Kamis, 14 Februari 2019

Aku Rindu

Kenapa diam saja? Padahal aku sudah lelah memintamu bergerak. Air mataku pun bahkan sudah lelah terurai.

Aku menghampiri, kamu pergi. Dihubungi, kau tolak panggilanku. Rasanya hatiku lelah.

Aku rindu.

Saat kita saling mengerti. Saling menghubungi. Warnamu dan warnaku saat itu senada, dan kita tau apa yang berbeda dengan tetap menghormatinya.

Aku rindu.

Tatapanmu saat tertuju padaku. Saling tersenyum. Bercerita tanpa harus kehilangan kata. Mengenang, menatap, merencanakan. Mengalir begitu saja.

Sekarang. Aku benar-benar sangat rindu.

Kenapa kamu sangat jauh?
Kenapa tatapmu tak langi menyentuh?
Kenapa menunggumu cair terasa sendu?

Aku rindu.
Continue reading Aku Rindu

Rabu, 13 Februari 2019

Aku dan Keengganan Mengakui

Mereka bilang; jangan terlalu banyak menerima kesenangan, jangan terlalu banyak menanggapi kebahagiaan. Jika suatu saat nanti keberuntungan itu berganti dengan kemalangan sesaat, kamu akan meraung tak henti.

Kupikir, itu tidak akan terjadi kepadaku. Aku hanya selalu bersyukur atas apapun yang kudapatkan, merayakannya selama aku bisa. Apapun yang baik bagiku, akan kupegang erat dan kuusahakan tidak akan terlepas.

Ternyata menghapusnya semudah itu bagi Tuhan. Karena terlalu kuat menggenggam, tanpa sengaja aku membunuhnya. Aku lupa diri.

Padahal mereka berkali-kali mengingatkan, tapi aku selalu menganggap diriku berbeda. Aku pasti lebih baik dari siapa yang yang mereka contohkan. Nyatanya pikiran itu membuatku besar kepala. Aku lupa bahwa skenario terburuk selalu ada. Bahkan saat memiliki berbagai rencana cadangan.

Inilah akhirnya. Aku terduduk. Dengan rasa penyesalan, yang lagi-lagi selalu datang di belakang. Bertanya kenapa semua ini datang kepadaku? Kenapa kebahagiaan itu direnggut? Kenapa harus aku?

Tapi aku lupa menyiapkan jawaban saat mereka bertanya, "Apa saja yang sudah kulakukan untuk mempertahankan kebahagiaanku?"
Continue reading Aku dan Keengganan Mengakui

Senin, 11 Februari 2019

Hujan di awal Desember

Suatu hari di musim panas, kamu mendatangkan hujan untukku. Mengguyur kegersangan perasaan yang kala itu dilingkari prasangka buruk. Terkurung tanpa tau cara mengeluarkan diri.

Ibarat hujan pertama di awal Desember. Datangmu selalu ditunggu semua orang. Yang membuatku tanpa sadar menjadi bagian dari mereka yang menunggu. Mengharapkan dirimu kembali.

Saat asap kebencian memenuhi saluran pernapasanku. Harummu serasa oksigen menyegarkan. Aku yang saat itu sesak akhirnya bisa menghela napas panjang.

Tapi berkali-kali diselamatkan membuatku jadi serakah. Dan aku benci pemikiran itu;
Bisakah aku menjadi salah satu orang yang penting untukmu?
Continue reading Hujan di awal Desember

Senin, 04 Februari 2019

Pernyataan

Terima kasih untuk menemani di saat-saat terberat
Senyum darimu adalah penyemangat yang ingin selalu kuingat.
Bahkan selalu bersedia untuk meminjamkan bahu
Mendengar suaramu saja sudah membuatku merasa lebih baik, kau tau?

Terima kasih untuk tak pernah mengeluh jenuh
Sugesti baik darimu selalu jadi penuntunku
Sepucuk kalimat pendek darimu cukup membuat hariku terasa menyenangkan
Pernyataan bahwa kau bangga padaku rasanya membayar semua kekesalan

Terima kasih untuk tak pernah lelah menggenggam
Rangkulan darimu selalu membawa bahagia yang dalam
Dengan adamu di sekitar, cemasku luruh begitu saja
Gemetar yang dulu memelukku akhirnya pergi dengan sengaja

Terima kasih untuk selalu ada.
Continue reading Pernyataan

Kamis, 24 Januari 2019

Masa yang Tak Bisa Dilepas

Ada kalanya ingin berhenti lalu mengeluh;
Aku lelah, bisakah cukup sampai di sini saja?

Juga di mana langitku dipenuhi awan abu-abu dan suara menggelegar;
Tapi hujan tak juga turun, udara tak juga dingin.

Hari-hari saat tubuhku demam tinggi dan menggigil ketakutan;
Otakku terus berteriak tetap bertahan, sedangkan hatiku enggan untuk melepas.

Aku tuli.
Telingaku hampa dari suara-suara penyemangat.

Aku buta.
Mataku silau ditutupi kemunafikan.

Aku lemah.
Tanpa tenaga. Tanpa harapan.

Satu-satunya yang keluar dari mulutku hanya dengungan. Tapi diacuhkan.
Padahal saat itu, aku sedang memohon.

Mengemis pertolongan.
Continue reading Masa yang Tak Bisa Dilepas

Senin, 14 Januari 2019

Sini Kuberitahu Sebentar

Suatu waktu, aku pernah mengalami pikiran negatif. Seluruh pikiranku hanya diisi oleh kecemasan dan ketakutan.

Jantungku berdebar. Nafasku terengah-engah. Aku ketakutan. Seperti kehabisan waktu.

Tapi apa yang aku takutkan?


Aku takut akan kehidupan setelah kematianku dan orang-orang terdekatku. Bagaimana interaksiku dengan mereka saat aku tiada nanti?

Bagaimana hal-hal yang kutinggalkan saat aku tiada?

Bagaimana aku melanjutkan hidupku nanti?

Apa aku masih bisa melihat mereka lagi?

Apa aku bisa menemukan teman?

Berapa lama aku harus menunggu?

Dan pertanyaan lain yang tidak aku ingat. Terngiang-ngiang di pikiran. Selalu berkelibat saat aku tiba-tiba ingat.

Lalu bagaimana aku menghalaunya?

Tidak tahu. Aku tidak tahu cara pastinya. Tapi aku ebih sering ber-Istighfar saat kecemasan tentang itu muncul.

Bershalawat, dan berusahan memejamkan mata. Tidur. Aku tidak mau terjaga.

Aku juga berusaha mengerti tentang hidup sesudah mati. Lebih banyak membaca, dan membaca. Bertanya dan berdiskusi.

Tidak ada yang paham dirimu selain kamu sendiri.

Kamu juga yang paling tahu dan harus berusaha mencari tahu bagaimana caranya agar berhenti.


Continue reading Sini Kuberitahu Sebentar

Sabtu, 12 Januari 2019

Can't Help Falling in Love

Wise men say only fools rush in
But I can't help falling in love with you
"Ayah tidak suka diburu-buru, membuat tertekan dan tidak bisa konsentrasi." kata Ayah saat aku memintanya untuk mengebut. Lagipula ini kan salahnya juga, kenapa senang sekali berlama-lama di kamar mandi saat ingin mengantarku ke kampus. Jadi aku harus menunggunya selama 10 menit dengan tidak sabar. Kau tahu sendiri, telat satu menit saja jalan Jakarta sudah penuh dengan kendaraan pribadi, apalagi 10 menit!

Sebenarnya aku juga bukan orang yang suka buru-buru. Dalam setiap janji minimal aku harus datang lima atau sepuluh menit sebelum waktu yang ditentukan. Aku tidak suka datang dengan badan penuh keringat dan nafas terengah-engah karena berlari berburu waktu. Tapi berbeda dengan hari itu, karena kejadian menunggu ayahku selama 10 menit di toilet. Aku diharuskan berlari menuju kelas. Jangan bertanya kenapa aku tidak berangkat sendiri saja, ayahku tidak mengijinkan anak perempuannya ini berangkat kampus sendirian saat beliau libur di rumah.

Jam delapan lewat satu menit, aku datang hampir bertepatan dengan dosen pengajar. Dengan kerudung dan pakaian acak-acakan karena berlari. Tapi di depan pintu, aku dan satu orang laki-laki yang sepertinya sekelas denganku diminta untuk keluar ruangan karena datang tidak tepat waktu. Padahal kami dan dosen itu sama-sama telat, tapi malah kami berdua yang tidak diijinkan masuk, huh!

Setelah menggerutu di depan kelas, aku dan Tsabit, laki-laki yang telat masuk kelas juga tadi, memutuskan untuk ke kantin. Aku memesan segelas cokelat hangat untuk mengembalikan suasana hatiku, sedangkan dia memesan teh manis hangat. Pilihan yang cukup unik. Karena kebanyakan lelaki di sekitarku lebih menyukai kopi hitam pekat yang pahit, sedangkan dia menyukai teh manis.

Kesan pertama yang aku dapatkan darinya, si gila teknologi. Gila dalam arti seperti pecinta. Dari cerita yang aku dapatkan saat bertanya apa yang ia kerjakan untuk tugas akhirnya, dengan semangat langsung memberitahuku tentang program yang ia buat. Padahal sejak tadi, dia hanya menjawab ya, tidak, dan tidak tau saja saat aku bertanya.
Shall I stay?
Would it be a sinI
f I can't help falling in love with you?
Tapi senang rasanya melihat ia menceritakan hal yang sangat ia sukai. Matanya berbinar, senyum tak pernah tenggelam dari wajahnya. Aku selalu suka melihat orang lain bercerita tentang hal-hal favoritnya, dan secara tidak sadar, itulah awal di mana aku jatuh cinta padanya.

Sejak kejadian telat hari itu, kami jadi lumayan sering bertemu. Entah sekadar mengobrol di kantin, atau saling bercerita. Rasanya menyenangkan bercerita dengannya. Selain cerdas, respon yang ia berikan selalu positif dan sesuai dengan apa yang aku butuhkan.
Like a river flows surely to the sea
Darling so it goes
Some things are meant to be
Aku merasa cocok dengannya dalam berbagai hal. Dia yang menyukai teknologi, sedangkan aku sangat jatuh cinta pada mesin-mesin antik. Jadi tidak jarang kami datang ke pameran teknologi dan museum untuk menemukan teknologi-teknologi antik jaman dulu. Kami juga sangat terobsesi dengan musim semi dan gugur di Eropa, daun berguguran dan berubah warna, bunga-bunga bermekaran, warna-warni pakaian.
Take my hand, take my whole life too
For I can't help falling in love with you
Dua tahun berlalu sejak pertama kali kami bertemu, setelah melewati masa-masa sulit dalam hubungan ini. Masa perjuangannya dieksekusi habis-habisan oleh dosen pembimbingnya, yang membuatnya benar-benar jatuh. Kegagalanku mendapat beasiswa di salah satu negeri musim semi. Salah paham kami. Kegagalan dan jatuh bangun projek start up kami.

Akhirnya. Dia. Melamarku.

Dan tentu saja jawabanku, "Ya!" Tak ada ragu untuk menerimanya. Hanya ada tangis bahagia. Tanpa kesan romantis seperti cerita fiksi yang aku baca. Dia melamarku saat kami merayakan anniversary dua tahun di sebuah restoran Jepang. Hanya kami berdua bersama sushi dan ramen yang perlahan dingin karena aku terlalu lama menangis. Katanya, sebelum melamarku dia dan orang tuanya telah datang ke rumah ayah dan ibuku sebulan lalu. Katanya juga, bahwa ia telah menghubungi salah satu teman dekatku juga.
Take my hand, take my whole life too
For I can't help falling in love with you
Jika saja waktu itu Ayahku setuju untuk mengebut, pasti aku tidak akan telat datang bersamanya. Jika saja waktu itu dosen kami mengijinkan masuk, pasti sampai saat ini kami saling tidak kenal.

Terima kasih telah membuatku jatuh cinta dan dibolehkan mengenalmu lebih jauh. Terima kasih telah selalu ada dan terus-terusan mencintaiku. Aku yakin tidak akan lelah bertumbuh dan menua bersamamu.
For I can't help falling in love with you




***



Terinspirasi dari lagu Can't Help Fallin' Love by Twenty One Pilot (Elvis Cover)


Continue reading Can't Help Falling in Love