Tampilkan postingan dengan label Music Crush. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Music Crush. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 Februari 2023

,

Kita Usahakan Rumah Itu

 Haiiii!

Teman-teman, ada yang tahu lagunya mas Sal Priadi, Kita usahakan rumah itu, gak sih?

Kita usahakan rumah itu

Saat pertama kali mendengarkan lagu ini, rasanya.. terharu. Seperti itulah hubungan suami-istri yang selalu ada dalam bayanganku saat kecil. Makanya selalu ada permainan "rumah-rumahan" kalau aku main.

Seperti judulnya, lagu ini bercerita tentang pasutri baru menikah yang sedang mengusahakan sebuah rumah untuk mereka. Sebuah rumah sederhana yang nyaman dan penuh dengan tempat untuk quality time berdua. Seperti itu juga rumah dalam bayanganku.

Saat ini, kami menyewa rumah yang membuat jatuh cinta saat pertama kali kami kunjungi. Setelah setuju, kami menempatinya dan mengisi rumah dengan barang-barang, cinta, dan harapan, agar semoga bisa selalu semesra ini.

Banyak barang yang belum kami beli, jadi bisa dibilang rumah kami masih setengah kosong. Namun ini membuatku merasa takjub dan agak sedikit.. bisa dibilang, bangga. Kami bisa membeli barang-barang yang kami inginkan satu per satu. Suatu hal, tidak, banyak yang kami syukuri.

Saat melihat kasur yang luas, kulkas, dan mesin cuci, aku merasa sangat bersyukur. Karena dulu membeli hal tersebut adalah waktu yang panjang, aku butuh waktu bertahun-tahun untuk menabung. Rasanya tidak percaya, walau pun bekas, tapi kami mendapatkan barang yang masih bagus dan bersih.

Seperti lagu "Kita Usahakan Rumah Itu" yang selalu kuputar setiap hari. Kami berusaha mengusahakan tempat ternyaman untuk pulang dan beristirahat. Karena sejauh apa pun kami pergi, rumah yang kami tinggali adalah tempat terbaik untuk melepaskan topeng yang terpasang lama.

Semoga teman-teman yang juga sedang mengusahakan rumah tinggal bersama pasangan, bisa mewujudkannya bersama ya!

Aamiin!

Continue reading Kita Usahakan Rumah Itu

Sabtu, 29 Desember 2018

,

Sewindu Menunggu

Assalamu'alaikum!

Beberapa hari lalu aku dengar lagunya Tulus - Sewindu diputar oleh salah satu tetanggaku. Tentu aja, aku langsung ikut nyanyi, siapa juga yang nggak bisa auto singing, kalau dengar lagunya. Kalian juga gak sih?

Look how cute kak Danish's smile in here!
Lagu ini bikin aku ingat sama salah satu momen di SMK, waktu naik angkot bareng teman-temanku. Kami nyanyi bareng-bareng di angkot waktu lagu ini diputar di radio yang dinyalakan abang angkot. Momen yang lucu, jadi setiap lagu ini muncul langsung ingat tim angkot dulu. Hahaha.

Tapi setelah beberapa tahun, aku baru sadar dengan liriknya. Maksudku- KENAPA LAMA BANGET DEKETIN CEWEK? SAMPAI NUNGGU DELAPAN TAHUN LOH! Aku cuma bingung aja, kenapa lama banget? :(

Terlepas dari interpretasi lirik yang aku tulis di bawah. Lagu ini merupakan salah satu favoritku sepanjang masa sih. Apalagi pemerannya adalah kak Danish! Aku suka banget sama aktris ini sejak lihat film "Dara". Cantiknya dia nih berkharisma di mataku, nggak yang lemah-lembut gitu. Unik! Apalagi Official videonya yang terlihat artistik dan enak dilihat, walaupun aku nggak paham maksudnya. Tolong ada yang bisa jelaskan?
How can you  can't love this actrees?
Kalian masih ingat nggak sih, liriknya? Nih aku tulis juga deh di sini. Sekaligus, ayo nyanyi bersama!
Sudah sewindu ku di dekatmu
Ada di setiap pagi, di sepanjang harimu
Tak mungkin bila engkau tak tahu
Bila ku menyimpan rasa yang ku benam sejak lama
Setiap pagi ku menunggu di depan pintu
Siapkan senyum terbaikku agar cerah harimu
Cukup bagiku melihatmu tersenyum manis
Di setiap pagimu, siangmu, malammu
Iya kan? sewindu cuma dekat, cuma selalu ada. Delapan tahun loh, delapan tahun! Huhuhu. Apa selama itu aku dan kamu cuma di zona bernama Friendzone aja? Dan selama itu pula kamu cuma tunggu di depan pintu gerbang rumahmu? Dengan senyum, kamu menyapa. Lalu sangat yakin kalau dia tahu bahwa kau menyukainya.

Dari mana dia bisa tahu? Bagaimana dia tahu?

Kamu cuma menyapa dengan senyummu dan merasa selalu ada cukup untuk mempertahankan hubungan baikmu dengannya? Di titik ini pun kamu cukup puas dengan melihat dia membalas senyummu aja, kan? Selama 8 tahun?
Sesaat dia datang pesona bagai pangeran
Dan beri kau harapan bualan cinta di masa depan
Dan kau lupakan aku semua usahaku
Semua pagi kita, semua malam kita
Oh tak akan lagi ku menemuimu di depan pintu
Dan tak ada lagi tutur manis ku merayumu
Setelah ada laki-laki lain yang kau sadari dia tampan, dan berani menyatakan perasaannya. Kau malah menyalahkan wanitamu? Berkata bahwa dia melupakan semua usahamu, semua rayuanmu. Hey, kau hanya merayu dan menunggu. Menunggu apa? Bukankah terlalu lama?

Kau terlalu pasif agresif. Merasa mendekati, tapi bisa saja wanitamu itu merasa kau hanya tetangga atau teman yang benar-benar ramah dan baik hati. Kau hanya terlalu baik untuk menjelaskan sifatmu bahwa kau menyukainya.

Jikapun kau merasa dia tahu perasaanmu, apa yang kamu inginkan? Kenapa membuatnya menunggumu begitu lama? Mengapa membuatnya seakan kaulah yang dia butuhkan, bukan sebaliknya?

Setelah delapan tahun mendekati. Kau merasa terlalu takut untuk beranjak dari kenyamananmu selama ini. Melihat senyumnya, berbicara dengannya. menatap wajahnya. Kau takut jika saatnya kau menyatakan perasaanmu, dia malah menjauh dan kau kehilangan semuanya.

Lalu kau memilih untuk tidak melakukannya, dan menunggu lebih lama lagi. Menunggu momen yang tepat.

Tetapi akhirnya wanitamu pergi dengan pangeran pilihannya.
Jujur memang sakit di hati
Bila kini nyatanya kau memilih dia
Takkan lagi ku sebodoh ini
Larut di dalam angan-angan tanpa tujuan
Aku senang akhirnya kau sadar kebodohanmu. Kau sadar kalau selama ini hanya mengangan-angankan dia. Walaupun kau harus sakit hati ujungnya. Setidaknya, kau tahu. Bahwa mengutarakan perasaanmu dan ditolak lebih baik daripada menyaksikan wanitamu akhirnya bersama orang lain, tanpa tau perasaannya padamu. 

Pokoknya. Utarakan aja kalau kau benar-benar menyukainya. Semoga berhasil.

Cheers!
Continue reading Sewindu Menunggu

Sabtu, 13 Oktober 2018

Break My Heart Again

Assalamu'alaikum!

Pasti kalian punya lagu patah hati yang selalu kalian putar kalau lagi galau. Apa? Kalian lagi nggak patah hati? Yaudah, temani aku aja sini. Aku mau cerita salah satu lagu patah hati yang, rasanya kalau dengar ini pengin nangis aja.


Image result for broken heartJudul lagunya, Break my heart again. Lagu ini yang lagi sering banget aku putar kalau aku lagi galau. Dulu sih. Waktu lagi ada satu orang yang lagi benar-benar membuatku tertarik dengan dia dan ceritanya. Kalau lagi penasaran sama orang, aku kuat buat terus-terusan balas chat, mencari tahu tentang orang tersebut dan cerita menariknya. 

Jadi mau cerita sedikit, ah tentang orang ini. Bukan karena dia spesial sih, tapi karena aku merasa dia yang bikin aku tau lagu ini secara nggak langsung. Alasanku tertarik sama dia, karena emang sebenarnya sempat suka sih. hahaha. Pas dihubungin, jadi penasaran dan beneran tertarik. Sama kayak laki-laki lainnya, ini orang tipe yang kalau balas pesan singkat, jadi aku kan penasaran~

Singkat cerita, dalam beberapa waktu, dia ini lama banget kalau balas pesan. Dan sebagai abg labil saat itu, aku galau. Nggak biasa buat bom chat orang, jadi ya dipendam sendiri. Padahal kangen chat-nya. Hahaha. Dari kegalauan inilah aku cari-cari lagu patah hati yang sedih, dan menemukan musik ini di sebuah akun musik Indie luar negeri.

Sampai sekarang, lagu ini masih betah untuk didengarkan.Walaupun rasa tertarikku sudah hilang dengan orang itu. Namanya juga remaja atuh, masih suka-sukaan sama orang. Hahaha. Kalau ditanya apa yang bikin rasa tertarikku berkurang? Karena aku baru sadar, kalau dia menghubungiku kalau sedang dibutuhkan aja. Bukan berarti aku nggak mau membantu. Tapi kalau aku yang butuh, dia nggak menanggapi dengan serius. Dari situlah, aku berhenti dengan rasa tertarik dengan dia. Tapi terima kasih, berkat kamu, aku jadi sempat galau dan tahu lagu ini. Hahaha. 

Pertama kali dengar lagu ini, seperti kebanyakan lagu dengan bahasa Inggris lainnya, aku nggak ngerti. Tapi setelah beberapa kali dengar, sedih banget sih. Mau ikut nangis boleh gak? :( Sekalian aku tulis liriknya biar kalian juga bisa merasakan juga. Selamat mendengarkan!
Hey, you! I'm just now leaving
Can I come around later on this evening?
Or do you need time? Yes, of course, that's fine 
Hey, you! Good morning
I'm sure you're busy now, why else would you ignore me?
Or do you need space?
You can't help it if your mind has changed 
So go ahead and break my heart again
Leave me wonderin' why the hell I ever let you in
Are you the definition of insanity?
Or am I? Oh, it must be nice
To love someone who lets you break them twice 
You're so blue
Are you still breathing?
Won't you tell me if you found that deeper meaning
Do you think I've gone blind?
I know it's not the truth when you say, "I'm fine" 
So go ahead and break my heart again
Leave me wonderin' why the hell I ever let you in
Are you the definition of insanity?
Or am I? Oh, it must be nice
To love someone who lets you break them twice
Don't pretend that I'm the instigator
You were the one, but you were born to say goodbye
Kissed me, half a decade later
That same perfume, those same sad eyes
So go ahead and break my heart again
Leave me wonderin' why the hell I ever let you in
Are you the definition of insanity?
Or am I? Oh, it must be nice
To love someone who lets you break them twice
Continue reading Break My Heart Again

Sabtu, 07 April 2018

,

Menghitung Hari

"Menghitung hari detik demi detik, menunggu itu kan menjemukan. 

Tapi ku sabar menanti jawabmu, jawab cintamu.


Jakarta, 17 Juni 2018.

Halo, apa kabar? Maafkan aku yang baru sekarang berani menulis surat untukmu. Dua tahun ini aku benar-benar sibuk! (dan menyibukkan diri :p) Aku tidak mau bercerita melalui surat ini, aku akan bercerita saat kau pulang saja. Ah iya, dan kau masih berhutang jawaban padaku!  Dan sekarang, kurasa inilah waktu yang tepat untuk menjawabnya.
Jangan kau beri harapan padaku, seperti ingin tapi tak ingin. 
Yang aku minta tulus hatimu, bukan pura pura.
Jangan menolak untuk menjawabnya! Kau telah menghilang dua tahun sejak aku menyatakan perasaanku. Aku bukan orang yang baik hati untuk menunggu lagi.  Walaupun aku agak terlambat menyadarinya, tapi setidaknya aku menyatakannya. Tidak sepertimu yang ambigu! Selalu disisiku, tapi ternyata lelah menungguku.

Jangan pergi dari cintaku, biar saja tetap denganku. 
Biar semua tahu adanya, dirimu memang punyaku.

Bisakah kau kembali dan menemuiku langsung untuk menjawabnya? Dan jangan pergi lagi. Di sini saja, tetap denganku. Ayo pergi ke cafe favoritmu dulu! Kita manggung lagi di sana, aku bernyanyi dan kau yang mengiringiku ya!

Maafkan aku selama ini tidak berani memandang dan menggandengmu di keramaian. Bukannya malu memilikimu, aku malu pada diriku sendiri. Bagaimana mungkin kau dan seluruh sifatmu cocok denganku yang serba kurang ini?

Setelah satu tahun pergimu, aku baru sadar betapa bodohnya ketakutanku selama ini. Ternyata jarak memang menciptakan ruangnya sendiri untukku menyadari. Terima kasih telah berani untuk tetap bertahan tanpa kejelasan.
Belum pernah aku jatuh cinta, sekeras ini seperti ini seperti padamu. 
Jangan sebut aku wanita, bila tak bisa dapatkan engkau."
Ah ya.. Ini pertama kalinya aku menyukai laki-laki begitu lama. Mungkin jika kau ingat, inilah rekor terlamaku menyukai dan tetap bertahan menghadapi laki-laki. Kamu pakai pelet ya biar aku tetap menunggumumu? :)

Jika kau bertanya, kenapa aku mengirim surat ke rumah orang tuamu. Jawabannya karena aku tidak diberi nomor handphonemu sama sekali oleh mereka. Bahkan sampai aku menangis di depan rumahmu hingga aku malu sendiri mengingatnya sekarang. Aku salut, mereka benar-benar menepati janji padamu. Tapi untungnya, ibumu memberitahuku kalau minggu ini kau akan kembali. Aku tidak sabar untuk mendengar ceritamu kali ini.

Kalau nanti kau sudah selesai membaca suratku, temui aku segera ya! Kau tahu pasti aku ada di mana.


Dariku,

Wanita bodohmu.


***



(Terinspirasi dari cover Fourtwnty - Menghitung Hari 2)
Continue reading Menghitung Hari

Kamis, 04 Januari 2018

Tentang Selera Musik

Assalamu'alaikum semua!

Kayaknya tahun lalu itu adalah tahun di mana lagu-lagu romantis menjadi favorit semua kalangan ya. Mulai dari Surat Cinta untuk Starla, Asal Kau Bahagia, Bukti, Akad, Tukar Jiwa, dan lain-lain. Waah, kayaknya banyak dari kita yang lagi senang digombalin dengan lagu ya. Haha
Sumber
Setiap tahun memang lagu romantis selalu mendapat perhatian khusus. Tentu saja, selain karena liriknya yang cantik, lagu romantis adalah bekal untuk melamar seseorang! Terutama bagi kaum pria, kayaknya kalau kalian bisa bermain gitar atau bernyanyi kesempatan kalian diterima bakal lebih besar. Karena rata-rata wanita suka dengan lagu.

Semakin banyaknya band dan penyanyi yang muncul, juga semakin menyemarakan panggung musik tanah air. Yah, walaupun yang masuk di acara televisi masih itu-itu saja, setidaknya di youtube, kita bisa menemukan bermacam-macam penyanyi dengan lagunya yang gak kalah keren. Terima kasih youtube! Walaupun trending musik Indonesia 60% dikuasai oleh penyanyi luar, entah itu Amerika atau India, setidaknya kita masih berbangga dengan 40 persennya.

Genre musik yang dibawakanpun semakin bervariasi. Dari satu genre, hingga menggabungkan beberapa genre sekaligus. Saya suka semua jenis genre, kecuali musik keras dan tembang sinden. Alasannya pertama, karena saya nggak bisa dengar suara-suara yang telalu keras atau 'banyak' pasti langsung pusing dengarnya (norak mode on). Dan alasan kedua, saya takut dengan suara tembang dari para pesinden, suara yang lirih dan tinggi bikin saya keingat film-film horror :( Namanya selera musik, kita tidak bisa memaksakannya.

Waktu kecil saya lebih sering dengar lagu dangdut lawas ala bang Haji Rhoma, bunda Rita, bunda Evie. Oh iya, Mama saya juga suka mendengar lagu lawas angkatan beliau, seperti Nike Ardila, Tomi, dan teman angkatannya. Gak heran kalau dengar lagu lawas, saya ikut nyanyi. Padahal saya termasuk anak ujung 90-an. Hahaha. Eh tapi saya juga diputarkan lagu anak-anak kok. Masa kecil saya termasuk bahagia juga lah. Hahaha

Pindah ke masa sekolah. Mulai banyak band mellow yang dikenal luas. Peterpan, Anima, Drive, Nineball, dan banyak lagi yang menghiasi layar kaca. Masuk sekolah menengah pertama, genre reggae mulai mendapat perhatian dari abg-abg labil macam saya waktu itu. Kayaknya kalau nggak tahu lagu reggae, gak asik! Hahaha.

Lulus SMP, masuk SMK. Sepertinya waktu saya kelas 10, genre saya masih sama dengan SMP. Yah namanya juga baru masuk. Masih alay-alaynya ya (sampai sekarang sih). Naik kelas dua, tiba-tiba teman laki-laki sekelas menyalakan lagu Payung Teduh - Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan melalui speaker kelas. Musik yang belum pernah saya dengar, lagu mendayu yang sendu. Bikin ngantuk, kata saya waktu itu. Pertama kali dengar saya nggak peduli sama sekali, tapi setalh beberapa kali diputar tenyata asik juga ya :D

Ternyata sekarang saya malah jatuh cinta dengan band-band indie. Liriknya yang aestetik (halah bahasa saya) dan musiknya yang khas benar-benar memabukan! Saya sampai mengubek-ubek youtube mencari band Indie Indonesia.

Kalau ditanya, dimana saya mencari dan mendengarkan lagu? Dulu mungkin saya jawabnya dari stafaband, gudanglagu, dan web lagu bajakan lainnya. Karena platform semacam joox atau spotify kan dulu belum ada, dan beli lagu melalui web langitmusik itu mahal banget. Jadi ya begitu deh :( Maafkan saya para musisi :(

Sekarang saya lebih suka mendengarkan via youtube. Saya nggak memakai aplikasi musik apapun. Karena banyak lagu yang saya cari nggak ada. Huh! Ya kalau mau dengar lagu aja sih resolusi videonya cukup 144p aja di youtube. Irit kuota kan! Haha.

Oh iya, kalau genre lagu kesukaan kalian apa?
Continue reading Tentang Selera Musik

Kamis, 28 September 2017

Merdeka [Remake]

­

Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku..Bangsaku, rakyatku, semuanya..Bangunlah jiwanya, bangunlah raganya..Untuk Indonesia raya..
Source: pinterest
Terdengar anak-anak sekolah dasar bernyanyi riang dari lapangan tengah, lebih tepatnta berteriak sambil bernyanyi. Entah senang karena ini dirgahayu tanah kelahirannya atau mereka bernyanyi untuk menghindari jeweran guru. Aku tidak begitu peduli, kupercepat langkahku untuk sampai ke pekarangan belakang sekolah. Lagipula aku tidak wajib untuk ikut upacara tujuh belasan ini, tugasku hanya membersihkan pekarangan dan toilet saja bukan untuk berdiri di la
pangan sana.

Dengan jalan yang sedikit aku percepat, akhirnya aku sampai pekarangan sekolah. Saatnya membersihkan tanah ini dari daun kering. Sebenarnya taman pekarangan belakang sekolah dasar ini sudah bersih, hanya ada daun-daun dan bunga kering yang nantinya akan kujadikan kompos. Teriakan lagu Indonesia raya sudah mereda sejak tadi, sepertinya sang kepsek sedang memberikan pidato.

Sambil bersenandung kecil, aku terus merobek daun-daun yang telah aku kumpulkan menjadi sepihan kecil. Sepertinya sudah cukup banyak yang aku buat kali ini.

“Astaghfirullah.” ujarku kaget saat melihat seorang anak yang bersandar di pagar. Aku menatap kakinya takut-takut, ngeri. Jangan-jangan dia.. Ah, bukan! Ternyata dia manusia. Gara-gara mitos yang disebarkan anak bocah, kenapa aku malah ketakutan begini?

“Hehe, maaf bang Adhen, aku bikin abang kaget ya?” katanya sambil terkekeh. “Habisnya abang kayaknya asyik banget nyanyinya, aku jadi gak enak mau panggil.” tambahnya.

Aku menunjukkan muka masam. “Loh kamu toh, Riq. Abang kira jin penunggu pohon mangga ini.” kataku sedikit ketus. Dikerjai aku sama anak kecil!

“Mana ada jin pakai baju merah-putih, bang?” cengirnya. “eh bang Adhen, upacaranya sudah mulai ya?”

“Sudah daritadi. Harusnya kamu datang jam tujuh biar bisa ikut.” jawabku sambil mengaduk daun yang akan kujadikan kompos.

“Yaaah, padahal aku sudah buru-buru ke sini. Tetap aja telat sih.” jawabnya sambil menendang-nendang pagar. “Eh, gak apa sih aku juga gak datang. Seragamku dipinjam juga sama Azad.” lanjutnya.

Aku menolehkan wajah. Oh iya, dia tidak memakai seragam putih-merah seperti yang diminta sekolah. Tapi hanya memakai kaus putih dengan celana sekolah merahnya. “Ya sudah, bagus dong kamu kan bisa tidur di rumah kalau gak masuk.” jawabku asal. “memangnya kenapa si Azad kok pakai seragammu?” tanyaku lagi.

“Gak enak di rumah aja mah. Enakan di sekolah, ketemu teman-teman jadi bisa main kan, bang.” jawabnya. “Sekarang jatahnya Azid buat ikut upacara kemerdekaan, bang. Tahun lalu kan aku sudah ikut.”

Gerakan tanganku terhenti sekejap. Tidak ingin terlihat mengasihaninya, aku berusaha bersikap santai dengan ucapannya itu. Aku baru ingat kalau Ariq adalah salah satu siswa penerima bantuan di sekolah ini. Tapi kenapa juga dia masih harus bergantian memakai baju seragam seperti itu? Jangan-jangan orangtuanya- “Aduh!” ujarku setelah memukul kepalaku sendiri dengan tangan.

“Kenapa, bang?” tanya Ariq dengan wajah terkejut.

Aku gelagapan, “eh, nggak, Riq. Tadi kepala abang gatal.” jawabku asal.

Dia mengangguk, lalu menatap ke arah lapangan. Sepertinya dia sangat menikmati pidato kepala sekolah yang sampai saat ini belum selesai juga. “Dulu waktu pahlawan kita masih sekolah, mereka pakai seragam juga nggak ya, Bang?” tanyanya sambil menolehkan wajah kepadaku. Matanya memancarkan keingintahuan, memadamkan keinginanku menjawabnya dengan ketidaktahuan.

“Dulu bahkan untuk sekadar beli baju aja susah, Riq. Gimana mau beli seragam?” jawabku. “Eh, tapi kayaknya dulu sekolah hanya untuk anak-anak orang kaya saja. Para anak petani dan buruh tidak diizinkan untuk belajar.”

“Kok begitu, bang? Kan belajar itu disuruh sama Nabi. Kenapa gak boleh?”

“Hmm, itu karena..” aku bingung mau menjawab apa. Aduh bagaimana menjelaskannya ya.

“Eh, ayo berdiri, bang. Kita mau nyanyi lagu Nasional nih.” Ujarnya sambil berdiri, Melupakan pertanyaan yang membuatku gagap. “Wah lagu sorak-sorak bergembira. Kesukaanku nih! Ayo berdiri bang!” serunya lagi dengan semangat.

Sorak sorak bergembira, bergembira semua..Sudah bebas negeri kita, Indonesia merdeka..

Selesai bernyanyi dia kembali ke tempatnya semula. “Ternyata benar, bang. Lebih enak di sini. Aku bisa duduk waktu upacara, gak perlu capek berdiri!" ujarnya sambil tertawa. Aku balas tersenyum. Kau telah menyesatkan satu anak kecil Adhen! Jahatnya kau!

“Bang Adhen.”

“Hmm..” jawabku sambil tetap mengurus komposku. Sepertinya aku harus meminta ember yang cukup besar untuk kompos selanjutnya, karena daun-daun ini semakin lama semakin banyak yang berguguran.

“Apa aku bukan bagian dari kemerdekaan Indonesia ya, bang? Atau aku yang belum merdeka?" tanyanya.

Lagi-lagi gerakan tanganku berhenti. Kenapa dia bertanya seperti itu sih di saat aku sedang mengurus komposku. Harusnya nanti saja saat aku sedang dalam keadaan yang mampu berpikir kritis. Akhirnya aku memilih diam. Bingung harus merespon seperti apa.

“Kata abang kan dulu waktu para pahlawan kita masih kecil, mereka mungkin gak dibolehin sekolah. Tapi itu kan dulu kita masih dijajah. Sekarang kan kita sudah merdeka. Tapi kenapa aku masih belum bisa datang ke sekolah karena seragam ya, Bang? Kalau kita gak perlu pakai seragam kan enak, suruh aja anak-anak pakai baju bagus. Batik misalnya. Kan waktu upacara jadi warna-warni tuh, bagus dilihatnya beda-beda begitu.” Tuturnya panjang.

Skak mat dua kali. Mati aku. Bagaimana aku harus menjawabnya? Aku bahkan tidak memikirkan hal itu. Bisa lanjut kuliah saja aku sudah sangat bersyukur. Ayo putar otak, jawab yang benar. Jangan sampai menyesatkan anak orang lagi, Adhen!

“Menurut Ariq kalau pakai bajunya bebas itu bagus?” tanyaku meyakinkan.

Ia mengagguk penuh semangat. Rambutnya yang berwarna kemerahan bergerak mengikuti anggukannya. “Iya dong, bang! Kan jadi banyak warna!”

Aku tersenyum kecil hendak mengacak rambutnya. Tapi gerakanku terhenti, aku lupa tanganku kotor karena kompos yang sedang aku buat. Tidak jadi, cukup tanganku saja yang bau. “Kalau misalnya pakai baju bebas, gimana dong orang yang punya baju batik tapi bajunya sudah jelek? Dia gak mau beli yang baru karena baju batik itu baju kesayangannya dia?” tanyaku.

“Bagus dong, bang Adhen! Aku juga punya baju kesayangan. Baju Persija yang biasa aku pakai main bola di lapangan!” jawabnya antusias.

“Kalau bajunya sudah lama banget, emangnya masih bagus? Kan warnanya jadi luntur tuh. Terus bentuknya sudah gak enak lagi di lihat.” aku diam sejenak, memilih kata yang tepat. “Kalau nanti teman-temannya anak itu malah kata-katain baju yang dipakai anak itu gimana?”

Kali ini Ariq yang diam. Sepertinya dia mengerti apa maksudku. Yah, tidak perlu diragukan lagi. Dia dianugerahi kecerdasan sosial. Jadi sepertinya hal itu dapat langsung dimengerti oleh otaknya.

“Ariq! Kok tadi gak ikut upacara sih? Besok kena marah bu Prasti loh!” ujar seorang teman Ariq. Sepertinya upacara penaikan bendera sudah selesai dilakukan.

“Alin! Sudah selesai ya upacaranya?” tanya Ariq sambil berlari ke arah temannya. “Bang Adhen, aku pulang duluan ya! Terima kasih sudah nemenin aku tadi! Daaaah!” teriaknya sambil melambaikan tangan ke arahku.

Aku tersenyum lagi sambil mengucapkan sama-sama dengan bahasa isyarat. Dia tertawa sebentar, lalu menjauh. Dengungan obrolan anak-anak makin terdengar pelan. Sepertinya mereka telah kembali ke rumah masing-masing. Aku masih memikirkan pertanyaan yang dilontarkan Ariq tadi. Sebenarnya apa yang dipelajari anak-anak sekolah dasar saat ini, mengapa pertanyaan-pertanyaan mereka terdengar sangat kritis? Atau aku saja yang tak pernah memikirkan pertanyaan itu?

Ah, aku pusing memikirkannya. Lebih baik aku mengurus komposku yang saat ini sedang aku olah. Oh tidak, komposku terlalu banyak air!



***

Remake dari tulisanku sebelumnya #dirgahayuindonesia69th
Continue reading Merdeka [Remake]

Jumat, 25 Agustus 2017

By Chance

Hi, Girl you just caught my eye
Thought I should give it try
And get your name & your number

Go grab some lunch & eat some cucumbers
Why did I say that?
I don't know why


sumber

Hai gadis yang selalu memesan tempat di sudut jendela kaca. Rasanya aku selalu melihatmu di sana setiap hari Kamis tepat pukul dua siang. Kau selalu memesan secangkir kopi latte dan sepiring kue cokelat. Lalu menulis jurnalmu. Sambil sesekali menatap ke jendela kaca, kau tersenyum. Mungkin aku harus mencoba berkenalan denganmu dan meminta kontakmu. Segera.

Tapi sepertinya perkenalan kita saat itu agak.. canggung? Karena aku melontarkan sebuah dialog yang aku sendiri tidak mengerti. Kau tidak tahu saat aku mengatakan itu, aku mengutuk diriku sendiri. Kenapa aku berbicara bodoh seperti itu? Untungnya tawamu berhasil mencairkan bekunya tanganku yang kedinginan. Lalu kita berdua hangat menertawai kebodohanku.

But you're smilin' & it's something' I like
On your face, yeah it suits you
Girl we connect like we have bluetooth

Kamis itu, aku kembali menyapamu. Kau tersenyum ceria. Manis. Sambil terus bercerita aku memperhatikanmu sambil sesekali tertawa. Kau ingat saat kita membantu memesankan seorang bocah laki-laki kue cokelat yang mencoba menggapai meja kasir? Aku hanya menatapmu, lalu mengangguk seolah menyanggupi untuk membantu. Hey, aku baru sadar, kenapa kau mengerti maksudku tatapanku?


I don't know why
I'm drawn to you
Could you be the other one so we'd equal two?
And this is all based on a lucky chance
That you would rather add than subtract

Kenapa juga magnetmu begitu kuat, sehingga mataku selalu tertuju pada gerakmu? Ataukah kamu merupakan bagianku yang membuatku utuh? Jika ya, aku pasti benar-benar sedang dalam keberuntunganku. Mungkin lebih baik jika aku segerakan keberuntunganku ini daripada aku menyesal melewatkannya.

You & I
Could be like Sonny & Cher
Honey & Bears
And You & I
Could be like Aladdin & Jasmine
Lets make it happen

Kadang membayangkan kita berdua itu seperti Pooh yang mencintai madunya. Kau tentu tahu Pooh, itu adalah karakter kesukaanmu bukan? Tapi aku juga membayangkan kita seperti Aladdin dan Jasmine. Sepertinya cerita mereka memang dibuat untuk kita. Kau adalah Jasmine, cantik, cerdas, dan dicintai orang banyak. Aku merasa seperti Aladdin yang tertimpa keberuntungan berkali-kali, bisa bertemu denganmu, berkenalan bahkan saat ini kau ada di hadapanku sambil tertawa.

Hey
How've you been?
I know that it's been awhile.
Are you tired cause you've been on my mind
Runnin' thousand & thousands of miles
Sorry, I know that line's outta style
But you
You look so beautiful on this starry night
Loving the way the moonlight catches your eyes & your smile
I'm captivated
Your beauty is timeless never outdated

Kau pernah bertanya, apakah aku merindukanmu atau tidak. Jawabanku tidak, tentu saja. Bagaimana aku bisa merindukanmu, sementara kamu terus hadir di pikiranku? Rindu itu ada saat aku tidak bertemu denganmu, sementara setiap detiknya, kau selalu berlari-lari di pikiranku. Tapi sebelum kau marah, aku ingin berbicara hal penting. Kamu terlihat menawan di malam yang berbintang ini. Aku suka sinar rembulan yang dipantulkan matamu dan senyummu. Sepertinya senyummny tak ada batas kadaluarsanya, ya? :)

Babe
It's been 5 years since that special day
When I asked you on our first date
I guess it's safe to say that

Let me say
You look beautiful on our wedding day

Sayang, hari ini tepat 5 tahun dari kencan pertama kita. Waktu terasa cepat saat aku bersamamu. Rasanya baru minggu lalu aku ketakutan saat mengajakmu makan malam. Tanganku dingin, dan jantungku berdebar kencang. Rasanya mau mati jika kau menolakku saat itu. Untungnya anggukan dengan senyum malu-malumu membuatku yakin aku bisa melakukannya.

Dan hari ini kau berjalan bersisian dengan ayahmu, dengan gaun biru langit dan senyummu yang mengalahkan mentari pagi ini. Kau tampak menawan. Kau dan langkahmu adalah gerakan lambat bagiku. Aku bahkan bisa mendengar lagu di setiap pijakanmu. Andai kau tahu kalau setiap hari hatiku bungah menghitung hari pernikahan kita. Dan bayanganku menjadi kenyataan, kau benar-benar cantik di hari pernikahan kita :)


***



Terinspirasi oleh lagu J.R.A - By Change, lagunya manis banget, gakuat kalau gak dibuat jadi suatu cerita >3<
Continue reading By Chance

Selasa, 08 Agustus 2017

,

Masa sih cuma punya hati?

Aku cuma punya hati.. Tapi mungkin kamu tak pakai hati..

Pernah dengar lagunya? Atau mungkin kalian bacanya malah sambil nyanyi ya? Iya, itu salah satu lagu dari Mitha alumni Indonesia Idol judulnya Aku cuma punya hati. Waktu kelas 12 dulu, lagu ini selalu diplay temanku kalau ada kelas kosong. Langsung deh paduan suara dimulai kalau lagu ini sudah disambungkan ke speaker. Iya, speaker.

Pertama kali dengar lagu ini sih biasa aja. Cuma ikut nyanyi, belum paham liriknya. Aku tuh tipe orang yang nyanyi dulu, baru pahamin lagunya. Ada yang sama gak sih kayak aku gini? Setelah di putar sampai bosan, aku baru paham lagunya. Kalau kata temanku "Lagu cewek bego" Hahaha.

Sumber
Gak habis pikir sih sama liriknya. Kamu berbohong akupun percaya, kamu lukai ku tak peduli. Masa sih ada wanita yang segininya cinta sama orang. Dibohongin, dilukain teteup aja sayang. Gak marah gitu? Kenapa masih sayang aja sih? Kan nyakitin hati sendiri.

Apalagi pas lirik, Kau tinggalkan aku ku tetap di sini, kau dengan yang lain ku tetap setia. Aku jadi mikir, ini sebenarnya yang salah siapa sih... Kan si wanita ini sudah ditinggalin (diputusin) terus prianya udah punya wanita lain, teteup aja ditungguin. Bisa jadi wanita ini malah terobsesi sama prianya.. Iya gak sih?

Atau dari sudut pandang yang lebih ngenes, si wanita ini digantungin tanpa status yang jelas, terus si prianya itu selingkuh. Tapi wanitanya ini dengan sabarnya mau setia. Jadi... Siapa sih yang sebenarnya jahat? :(

Hingga akhirnya pikiranku terbuka karena cerita seorang teman. Jalan ceritanya persis dengan lagu ini. Makanya waktu dengar lagu ini aku jadi ingat dia dan pacarnya :( Maafin aku, Mbak :(

Aku akhirnya paham, kenapa ada wanita yang sedemikian baiknya. Sudah di bohongin, dilukai, ditinggal, diduain tetap aja mau terima pria itu dengan tangan terbuka. Rasanya pas dia cerita aku mau marah-marahin cowoknya! Kesel! Sudah jelas-jelas dapat wanita yang baik, masih aja disia-siain. Huh! :(

Aku sempat tanya sama dia, emangnya sahabat-sahabatnya gak marah dengan hubungan mereka? Kata mbaknya, bukan marah lagi, si pria ini malah sempat dilabrak sahabat-sahabat mbaknya. Diintrogasi, dikata-katain, beuh! Akhirnya cowoknya mulai berubah sedikit. Iya sedikit. Tapi bikin temanku bersyukur banget.

Ternyata kalau sudah pakai hati, logika gak bisa berbuat apa-apa ya :')
Continue reading Masa sih cuma punya hati?

Selasa, 18 April 2017

,

Tuhan Tahu Kita Mampu


Pernahkah dirimu merasa gelisahBegitu hebatnya beban yang harus engkau bawaKau rasa susah, semangat patah, lalu kau pasrahHentikan langkah, hingga akhirnya kau mengalah

Pernahkah merasa begitu lelah? Merasa bahwa diri sudah tidak bisa menanggung beban lagi. Lelahmu memaksa dir untuk tunduk, berhenti dari seluruh perjuangan yang kau lalui. Kakimu seakan gemetar untuk melangkah, bahkan untuk bertahan menopang. Seluruh raga memaksa untuk menghentikan perjuangan. Cukup sudah, kata tubuhmu.
Di saat itu kau harus tahu
Bahwa Tuhan sebenarnya memberi ujian padamu
Ujian untuk mengukur kadar keimananmu
Ujian untuk mengangkat meninggikan levelmu
Karena tak ada ujian yang tak bisa dilalui
Karena Tuhan telah mengukur diri ini
Lebih baik hadapi segala beban diriHadapi dengan ikhlas di hati
Saat itu pula imanmu menguatkan, kau sedang diuji oleh-Nya. Berjuanglah. Ia mengusap kepalamu lembut, sambil terus menyemangati. Lalu mengulurkan tangan saat batasmu hampir tiba dan berkata "Kau rela berhenti setelah perjuangan yang kau lalui selama ini?"

Ketika itu pula kau ingat perjuangan-perjuangan temanmu di sana. Tidak diterima oleh orang tuanya, dimusuhi teman-temannya, diteror dengan surat, hingga diperangi karena pendiriannya. Rasakanlah, perjuangan yang kau hadapi tidak lebih mudah dibandingkan mereka.
Engkau tak sendirian menghadapi cobaanSaudara seiman pasti kan ulurkan tanganKita hadapi semua dengan hati terbukaYakin ini hanyalah ujian semata
Bertubi-tubi cobaan pun silih berganti Seakan-akan tak habis-habis dan tak berhenti
Kita rasakan semakin lemah setiap hari
Bahkan muncul keinginan tuk coba bunuh diri
Ingatlah mereka, saudarimu. Yang juga mengulurkan tangan dan siap menyediakan telinga untukmu bercerita. Dan jangan lupa, kau masih punya Allah-mu untuk bersandar. Tidakkah kau sadar, Allah tidak membiarkan hamba-Nya luput dari cobaan bahkan setelah ia sungguh-sungguh.

Jangan menyerah, kau masih punya hal yang bisa kau pertahankan alasan untuk tetap maju berjuang. Walaupun ujian itu serupa hujan yang datang bertubi-tubi, atau seperti puasa Sunnah yang hanya datang kadang-kadang saja. Atau yang kau bisa hadapi sendirian, ataupun yang membutuhkan bantuan teman-temanmu.
Tapi sejenak cermatilah kehidupan ini
Betapa luasnya karunia dari ilahi
Meski kadang di tengah, kadang di sisi

Kadang di atas, kadang di bawah, kadang tak dimengerti
Sadarlah kawan, di sepanjang perjalanan
Sungguh hidup ini terus memberi pelajaran
Karena bagaimanapun selalu ada TuhanYang memberikan kekuatan

Satu persatu seiring berjalannya waktu
Kita akan tahu sebenarnya yang Tuhan mau
Tuhan ingin kita jadi manusia yang tangguh
Tuhan ingin agar kita tak mudah tuk mengeluh
 
Dan ingat saja senyum mereka yang kau dapatkan. Kebahagiaan mereka yang kau juga dapatkan. Tetaplah menjadi orang baik, saat sekitarmu memaksa berbuat buruk. Tetaplah membumi, walaupun dirimu sedang di atas langit.

Kaupun sadar, setiap hal yang kau lalui selalu ada pelajaran. Sekecil apapun masalah, hikmah yang di dapat terasa berarti. Mengingatkan diri untuk terus berjalan. Terus berjuang. Hingga Allah berkata, waktumu sudah cukup di dunia ini. Kembalilah pada-Ku, sesungguhnya tempatmu kembali adalah Aku.
Aku di sini sedia menemani
Siap bantu jika beban itu mau kau bagi
Jangan pikirkan pamrih, hilangkan semua perih
Jangan lagi terpuruk dan tenggelam dalam sedih
 
Genggam erat pundakku, cengkeram erat bahuku
Biar segera terbagi semua beban itu
Bersama kita maju dan melangkah tanpa ragu
Hapus semua pilu agar kita terus melaju
 
Tuhan tak pernah tidur, apalagi mendengkur
Semua ini jelas-jelas telah Tuhan ukur
Mungkin dengan begini kita kan tahu bersyukur
Mungkin dengan ini kita takkan pernah takabur
Jangan ada penyesalan di kemudian hari. Imanmu selalu menyemangati, dan menggandeng erat tanganmu untuk menguatkan. Teman-temanmu akan selalu siap mendengar dan mengulurkan tangan untuk membantu. Dan yang harus kau ingat, Allah-mu selalu memanggilmu setiap hari. Selama 5 waktu. Dan kaupun membaca surat cinta-Nya, kau tahu Allah-mu tidak pernah mengecewakanmu.

Semuanya telah Allah-mu rancang. Bukan untuknya, tetapi untukmu. Untukmu di dunia, dan akhiratmu. Seluruhnya untukmu. Apa yang kamu takutkan? Keadilan-Nya melebihi dunia, kasih sayang-Nya melampaui alam semesta. Apa yang kau takutkan?
Saat kau terpuruk dan terjatuh
Pakai pundakku dan kita lawan terpuruk itu
Karena Tuhan tahu kita mampuSaat beban penuhi pundakmu
Genggam bahuku dan kita bagi bebanmu itu
Karena Tuhan tahu kita mampu

***

(Terinspirasi dari lagu Ali Sasta ft. The Jenggot - Tuhan Tahu Kita Mampu) 
Continue reading Tuhan Tahu Kita Mampu

Minggu, 22 Januari 2017

Mari Bercerita :)

Aku tersenyum menatap wajahnya. Seumpama gerakan slow motion. Angin menyapu wajahnya perlahan, sinar bulan yang biasanya redup kini benderang. Bulan purnama malam ini memancarkan sinarnya, memantulkan bias perak ke wajahnya. Aku terkesiap. Seperti malam-malam sebelumnya, wajahnya terlihat makin cantik dibiasi oleh sinar bulan.

"Hey, kau tahu? Kenapa bulan terlihat sangat dekat dari atas sini?" ujarnya sambil merapikan rambut yang terbang di sekitar telinganya.




Continue reading Mari Bercerita :)

[Music] PostmodernJukebox

Assallamu'alaikum semua!

Jadi hari ini aku mau review salah satu musik yang gak sengaja aku dengarkan dari youtube, yaitu 'Postmodern Jukebox'. Channel ini aku temukan setelah buang-buang waktu mencari cover dari closer milik The Chainsmoker. Aku gak tau kenapa aku selalu telat menemukan grup musik unik :((


Karena sebelumnya aku emang cari cover lagu Closer, jadi yang aku dengar pertama kali pasti lagu ini. Haha. Kesan aku pertama kali dengar lagu ini adalah "Wah jadi old banget jenis musiknya". Gimana gak old, dicovernya itu pakai gaya Retro Prom tahun '50an :)) Berasa vintage gitu dengarnya. Tapi tenang aja. Musik dan liriknya itu asyik banget didengar. :))

Jadi dari yang aku baca dari beberapa artikel, grup musik ini emang suka banget mengaransmen ulang lagu-lagu popular (khususnya di Amerika dan UK sana) menjadi bergaya vintage, entah itu jazz, RnB, Blues, dan lain-lain. Bagi aku yang gak terlalu familiar dengan musik bergaya vintage, pastinya tercengang banget. Dari musik yang awalnya dibuat dari komputer bisa disulap menjadi musik manual, menggunakan gitar, piano, dan alat musik lainnya. Menurutku keren banget! Serius!

Ini nih pendirinya Scott Bradlee
Oh iya, grup musik ini didirikan oleh Scott Bradlee pada tahun 2013. Awalnya hanya sekadar proyek musik biasa, hingga akhirnya berkembang menjadi sebuah grup musik. Yang unik di sini, Scott hampir selalu memakai personel yang berbeda-beda, dan akhirnya membuat aransemen lagunya tidak terpaku pada satu gaya saja, melainkan campuran dari beberapa gaya antara jazz, bluegrass, ragtime, hingga swing. Scott Bradlee sendiri adalah seorang musisi, pianis dan penggubah lagu.




Hingga saat ini channel Youtube Postmodern Jukebox sendiri telah memiliki 2.412.979 subscriber dengan 649.645.938x penayangan. Wah banyak juga ya :D

Musiknya cover mereka gak kalah keren kok dari musisi lainnya. Cara penyajian video klip yang simple tapi memberi kesan vintage banget dan jenis musik ala-ala Hollywood era '50-90an serasa menjelajahi mesin waktu dan ikut kembali ke masanya. Bagi kalian yang belum pernah mendengar lagu vintage ala Hollywood bisa langsung ke channel Youtube mereka bisa langsung di klik Postmodern JukeBox. Nah aku juga tambahkan beberapa lagu yang mereka cover, silahkan didengarkan! :)

Closer - Retro '50s Prom Style Chainsmokers / Halsey Cover ft. Kenton Chen

Creep - Vintage Postmodern Jukebox Radiohead Cover ft. Haley Reinhart

Love Yourself - Vintage 1929 Postmodern Jukebox Justin Bieber Cover ft. Sara Niemietz

Selamat mendengarkan! :)
Continue reading [Music] PostmodernJukebox

Kamis, 19 Januari 2017

#Rewind Ada Band ft Gita Gutawa - Yang Terbaik Bagimu

"Teringat masa kecilku, kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Disisimu terngiang
Hangat nafas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu
Kau ingin ku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu, jauhkan godaan
Yang mungkin kulakukan dalam waktuku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu jatuh dan terinjak"

Masih ingat dengan lagu tersebut? Atau bahkan kalian bacanya sambil bernyanyi? Haha. Kalau begitu sama kok denganku. Aku juga tulisnya sambil nyanyi sendiri. Habisnya lagu ini gak ada matinya banget! Sampai sekarang aku masih dengarkan. Padahal kalau dihitung-hitung sudah lebih dari 12 tahun lagu ini meramaikan musik tanah air. :)

Hasil gambar untuk ada band yang terbaik bagimu
Source Google Image & Youtube
Salah satu lagu hits dari Ada Band ini emang favorit banget. Selain musiknya yang cozy, nadanya juga gampang dihafal. Tapi jangan ambil nada soprannya Gita Gutawa saja, suaranya tinggi banget! Suaraku yang pas-pasan ini gak sampai nadanya, jadi aku ambil bagiannya Bang Donnie aja. Haha.

Lagu ini bercerita tentang kenangan remaja yang memasuki masa pubertasnya. Masa kecil yang penuh perhatian dari orangtua, terutama ayahnya. Oh iya, dulu aku sempat kira judul lagunya itu Ayah, karena di reffnya ada lirik Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu. Jadi aku searching di Youtube 'Ada Band - Ayah'. Untungnya Youtube sebelas-duabelas dengan Google jadi kesalahanku dimaklumi olehnya dan dipertemukan dengan judul aslinya. Haha.

Video klipnya juga gak kalah keren dan bikin baper. Aku langsung terharu begitu lihat vc-nya :') Dasar lemah, haha. Dibuat senatural mungkin. Simple, Yah walaupun video clipnya anak cowok aja. Padahal anak cewek juga ada yang dekaaattt banget dengan ayahnya :))

Di video clipnya dijelasin bagaimana seorang ayah mendidik anaknya. Memberi pelajaran secara tidak langsung, yaitu dengan mengajaknya ikut membantu pekerjaan kecil. Dan bagaimana kemarahan seorang ayah saat anaknya nakal dan dinakali oleh temannya. Secara keseluruhan, lagu ini benar-benar dibuat dan dinyanyikan dengan hati :))
"Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji, takkan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu"
Hasil gambar untuk ada band yang terbaik bagimu
Salah satu adegan yang bikin senyum-senyum sendiri :)


Tapi sayangnya video clipnya itu sekarang gambarnya pecah. Jadi agak buram, kayak film-film Warkop DKI gitu :( Tapi menurutku sih malah buat kesan old ala-ala vintage gitu. Jadi kenangannya dapet banget! Haha.
"Andaikan detik itu kan bergulir kembali
Kurindukan suasana basuh jiwaku.
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati"

Oh iya, bagi kalian yang mau dengar lagunya bisa via youtube, dicari aja atuh Ada Band ft Gita Gutawa - Yang terbaik bagimu (Inget jangan tulis Ayah! Haha). Dan bagi yang malas cari bisa diklik Yang terbaik bagimu aja langsung! :)


Selamat mendengarkan dan mengenang! :)
Continue reading #Rewind Ada Band ft Gita Gutawa - Yang Terbaik Bagimu

Sabtu, 29 Oktober 2016

[Music] Teka-Teki Rasa

Assalamu'alaikum, semuah! ^_^)/


Kali ini aku mau memberi rekomendasi lagu buat yang sedang rindu, tapi merasa di-PHP oleh doi. Atau yang merasa doi kasih tanda-tanda kalau dia suka sama kita, tapi ya cuma perasaan kita aja mungkin T^T


Lagu ini merupakan original soundtrack dari novel Teka-Teki Rasa karya kak Himsa. Novel yang bercerita tentang dua orang insan yang sama-sama jatuh cinta, tapi dalam diam mereka. Saat orang pertama memang sengaja tidak mengumbar, diam dalam perasaan mengikhlaskan, orang kedua hanya bisa menerka, membaca setiap aksara yang dibuat oleh orang pertama tersebut sambil merangkai harapan.

Aku belum pernah baca sama sekali buku karya Kak Himsa ini (semoga bisa ikut order lagi!), tapi dari soundtracknya saja sepertinya lagu ini sangat menggambarkan keseluruhan isi cerita dalam novel tersebut. Dan tentunya menggambarkan kisah cinta beberapa orang yang merasa kisahnya sama dengan mereka. Dan menjadikan soundtrack ini lagu galau yang pas, termasuk aku. Hehe.

Lagu ini maknanya dalaaam banget! Pertama kali dengar memang agak membingungkan sih untukku, apa sih maksud lagunya? Karena aku emang lagi gak fokus buat dengar, tapi sambil baca komentar yang ada di akun youtubenya, hehe.

Petikan gitarnya membuatku jatuh cinta! Jadi untuk kedua kalinya, aku memutarnya lagi dan berusaha untuk mendengarkan liriknya dengan hati. Paragraf pertama lagu tersebut membuatku tersenyum sendiri, aku jadi mengingat, dan....malu sendiri, haha. Kira-kira pada paragraf pertama bait tersebut begini liriknya:

Dalam bait aksara yang kamu reka
Aku menerka-nerka
Apakah kamu yang tak peka?
Atau aku yang yang salah sangka?

Bagaimana? Sudah tersenyum sendiri? Merasakan betapa bodohnya diri ini menganggap bahwa dia tak peka. Dan sebagian wanita pasti sering salah sangka, bahkan menghubung-hubungkan hal yang sama sekali bertolak belakang. Lalu berkata bahwa dia tidak peka dengan apa yang kamu rasa.


Dalam buaian rindu yang aku rasa
Aku menganalisa
Jugakah kamu menyimpan asa?
Atau semua hanya diagnosa?

Yes! Rindu bukanlah penyakit. Tapi dia memberi rasa sakit. Rasa sakit karena perpisahan. Rasa sakit karena perbedaan. Dan rasa sakit lainnya. Rindu juga memberi otak kita cara untuk mendiagnosa hal-hal yang persepsinya ingin kita buat benar. Seperti, apakah dia juga merindukanku? Mungkin iya, dari pesan yang ia kirimkan sehari yang lalu menggambarkan kalau dia merindukanku.


Aku seperti mendengar rindumu
Tapi aku takut salah mengartikannya

Akukah yang terlalu perasa?

Semua aksaramu bagai pertanda
Tapi aku takut salah membacanya
Bernarkah kamu menyimpan rasa?
Semua masih diagnosa

Dalam diagnosa aksara, semua hal terasa berkaitan. Aku bertanya kabar dan ia balik bertanya padaku, itu adalah salah satu alasan yang membuatmu merasa kalau ia juga merindukanmu. Padahal sebenarnya, bertanya kembali adalah cara bersopan santun.

Atau saat dia terasa lebih menyenangkan daripada biasanya. Kamu merasa dia merindukanmu. Padahal mungkin sebenarnya ada hal yang membuat suasana hatinya menjadi baik hari itu, dan kebetulan kamu menghubunginya hari itu juga.

Diagnosa aksara memang menyenangkan. Tapi dilain sisi juga terasa..... menyakitkan.

Sakit saat berpikir kalau perkiraan kita adalah suatu kesalahan. Sakit saat kita mengetahui kenyataan bahwa kita tidak tahu dia merindukan kita atau tidak. Dan sakit saat kita tahu, bahwa kita tidak berani mengungkapkan bahwa sebenarnya kita merindukannya. Merindukan sosoknya.

Karna semua masih dalam tanya
Dan kepastian yang belum ada
Jadi biarlah ku menunggu
Mengharap ikhlas dalam Do'a

Semua tentang dia adalah pertanyaan bagi kita yang tidak berani menyapa. Kabarnya, kerinduannya, kesibukannya, dan... perasaannya. Gelisah menunggu pesan darinya. Padahal... diri ini bahkan tidak berani mengetikkan kata pada kontaknya. Bagaimana mungkin harus menunggu dalam kegelisahan?

Doakanlah! Doakanlah yang terbaik untuknya. Rangkul seluruh rindu tersebut dalam sujud-sujud panjang. Kirimkan seluruh rindu itu dalam bingkaian-bingkaian doa. Keluarkan segala kegelisahan yang kau rasakan. Ikhlaskan seluruhnya, bila belum merasa mampu. Itulah teka-teki rasa. Lagu ini benar-benar menceritakan kegelisahan hati orang-orang yang belum berani mengambil komitmen untuk menikah. Menunggu dalam doa.

Lagunya benar-benar easy listening. Petikan gitar yang mengalun lembut, suara penyanyi yang mengayun perlahan, dan liriknya yang begitu 'menampar' menurutku membuatku benar-benar jatuh cinta. Saat hari rilisnya, lebih dari 5 kali kuputar ulang lagu ini.
Untuk lebih jelasnya langsung cek disini aja. Keren banget pokoknya buat kalian yang sedang dilanda rindu. Haha.

Sekian dulu tulisanku kali ini. Bagaimana komentar kalian yang sudah mendengar lagu ini? Share di kolom komentar yah! :)
Continue reading [Music] Teka-Teki Rasa

Minggu, 23 Oktober 2016

,

Perfectly Perfect

Dia adalah wanitaku. Berwajah oval dan lesung pipi di kedua pipinya. Rambutnya tertutup hijab. Ia selalu memakai jam tangan pada lengan kanannya, dan tas jansport. Sebelum menjadi istriku ia adalah mahasiswa hukum di salah satu universitas negeri di Yogyakarta, sekitar 3 tahun yang lalu.

You might not think you're a supermodel
But you look like one to me
I'd rather have your picture on my phone
Than on the cover of a magazine
Continue reading Perfectly Perfect

Sabtu, 06 Agustus 2016

#Rewind Pudar - Rossa

Kurasakan pudar dalam hatiku
Rasa cinta yang ada untuk dirimu
Kulelah ingin semua yang ada
Ingin ku lepas semua

Setan dalam hati ikut bicara
Bagaimana kalo ku selingkuh saja
Ku punya banyak temen lelaki
Sepertinya ku kan bahagia

Mestinya kau cari pengganti diriku saja
Karena kita sudah tak saling bicara
Pastikan cerita tentang kita yang tlah lalu
Hanya ada dalam ingatan hatimu

Maafkan aku jika kau kecewa
Cintamu bukanlah untuk diriku
Jika memang semuakan jadi cerita
Kutahu kau semakin terluka



Rossa - Pudar (2009)

***
Hasil gambar untuk rossa pudar 


Lagu hits di tahun 2009-an yang dinyanyikan oleh Rossa ini punya banyak kenangan banget. Jaman itu, anak-anak kecil menyanyikan lagu ini agar bisa meniru para audisi pencari bakat "Idola Cilik". Aku dan teman-temanku salah satu yang menyukai lagu. Lagu andalan, kata teman-temanku. Padahal dulu, para finalis tidak pernah menyanyikan lagu ini.

Dulu aku dan teman-teman tidak mengerti maksud lagu ini. Karena waktu itu kami baru kelas 5 Sekolah Dasar. Hanya bernyanyi tanpa mengerti maksud lagu tersebut, haha. Dengan wajah bahagia dan meniru gaya centil seperti penyanyi aslinya di lapangan dekat rumah

Kami baru mengerti maksud lagunya saat tidak sengaja mendengar kembali di sebuah stasiun radio saat SMP kelas 9, dan saat mendengar lagu tersebut, otomatis tawa kami pecah. Membayangkan betapa polosnya kami bernyanyi tanpa mengerti maksudnya. Mungkin dulu, orang-orang dewasa yang mendengar kami bernyanyi langsung geleng-geleng kepala, kasihan melihat anak-anak kecil sudah menyanyikan lagu orang dewasa. Padahal sejujurnya kami benar-benar tidak mengerti maksud lagu tersebut.

Lagu pudar diawali dengan musik yang semangat. Membuat siapa saja yang tahu lagu ini, pasti akan semangat bernyanyi. Musiknya yang ngebeat, dan lagunya yang easy listening membuat mudah dihafal. Dulu saat aku dan teman-temanku melewati lapak CD bajakan di pasar dan mendengar lagu ini, otomatis akan langsung bersenandung sendiri. Dan tanpa sadar langsung mengerubungi abang penjual CD untuk sekadar melihat video clipnya, haha.

Pokoknya lagu Rossa - Pudar ini benar-benar hits waktu itu. Di daerah rumahku, lagu ini yang membuat kami 'dekat', membuat kami menjadi teman dan akhirnya bermain bersama hanya karena sama-sama hafal. Entah kenapa seperti itu.

Oh iya, untuk Song #Rewind lainnya akan aku upload kalau aku ingat lagu apa yang berkesan lagi. Tunggu lanjutannya!^^


Salam Generasi 90an!
Continue reading #Rewind Pudar - Rossa
,

Malaikat Juga Tahu

Dentingan elektrokardiograf berdetak statis di ruang ICU. Seorang wanita setengah abad masih menutup matanya diatas ranjang putih ruangan itu. Kabel-kabel mesin rumah sakit terhampar disekitarnya. Wajah teduhnya membuat siapapun tidak percaya kalau ia sedang terbaring koma selama satu bulan penuh.


Di luar ruangan, seorang wanita berpakaian kasual tampak pucat mendengar perkataan dokter. Ia menghela nafas panjang, dan terhuyung. Sebelum benar-benar terjatuh, suster memegang lengannya. Setelah duduk di kursi rumah sakit yang dingin, ia menangis sendirian. "Ibu, Ibu" ucapnya lirih sambil terus menangis sesenggukan.



***

Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku pasti

Source: Pinterest
Seorang anak kecil berseragam SD berlari dengan mata berkaca-kaca. Sambil memeluk tas dan mengusap matanya agar tidak mengeluarkan air mata "Ibuu..." teriaknya setelah sampai rumah. Seorang wanita berwajah teduh segera keluar dari kamar setelah menghapus air mata di wajahnya. Ia tersenyum menenangkan, “Ada apa, Aruna sayang?” ujarnya sambil mengelus lembut kepala anaknya. Aruna menangis, air matanya yang sejak tadi ditahannya tumpah di hadapan Ibunya.

“Ibuu.. Aruna gak mau sekolah lagi. Kata Bobi, baju Aruna jelek, gak kayak punyanya Bobi.” ceritanya sambil tetap menangis.

Ibunya tersenyum kecil, lalu menjajajarkan wajahnya di depan Aruna. “Memangnya baju Bobi seperti apa, Sayang?” tanya Ibunya lembut.

Aruna berhenti dari tangisnya, “Baju Bobi bagus, Bu. Warnanya putih, seperti susu yang setiap pagi Aruna minum. Di kantong bajunya juga ada foto dua anak SD yang sedang tersenyum.” Ia berhenti sebentar, “Terus sepatunya hitam, bersih sekali. Tadinya Aruna mau memuji Bobi, tapi untungnya tidak jadi karena Bobi jahat.” lanjut Aruna. Tangisnya yang tadi sudah hilang, berganti semangatnya menceritakan seragam sekolah Bobi, teman sekolahnya.

“Ibu, kapan Aruna bisa pakai baju yang bagus seperti Bobi?” tanya anak itu setelah selesai bercerita. Ia mendekati Ibunya yang sedang bersiap-siap untuk bekerja.

“Makanya doakan Ibu, sayang. Semoga bisa beli baju seperti Bobi.” ujar Ibunya. Aruna tersenyum riang. “Sekarang Ibu mau berangkat kerja dulu, kamu jangan lupa makan siang, baru boleh main.” lanjutnya.

Aruna tersenyum senang. Rambutnya yang panjang basah oleh keringatnya. Ashar berkumandang dari Masjid di dekat rumahnya. Ia berlari-lari menuju rumah untuk mandi, lalu ikut Shalat berjamaah bersama teman-temannya. Dengan semangat, Aruna mengajak mereka untuk ikut mengaji setelah Ashar.

Pukul lima sore, Ibu Aruna pulang. Ia membawa satu kantong plastik. “Runa, sini sayang” panggilnya lembut. Aruna keluar dari kamarnya, lalu menyalimi Ibunya.

“Itu apa, Bu?” tanyanya penasaran.

Ibunya tersenyum, “Buka saja, sayang” ujarnya kemudian.

Terburu-buru, Aruna membuka kantong plastik itu. Ia menjerit senang “Baju baruku!” Sambil mematut diri di depan cermin ia berkata, “Baju baruku, seputih susu yang biasa aku minum. Terima kasih, Ibu” ujarnya sambil mencium pipi Ibunya.

Wanita berwajah teduh itu tersenyum bahagia. Lelahnya bekerja terbayar oleh senyuman Aruna yang riang. Ia menyanggupi mengerjakan lima ember besar cucian dengan imbalan tiga kali dari upahnya sehari. Dan hasilnya, sepanjang malam ia hanya bisa terbaring di ranjang ditemani sebotol balsam yang dibaluri di seluruh sendinya.

***

“Ibu, ini Aruna, Bu. Aruna pulang. Aruna kangen sama masakan Ibu” ujar wanita itu. “Aruna mau ajak Ibu ke wisuda Aruna, seperti yang Ibu harap selama ini.” tambahnya. Ia menggenggam tangan Ibunya lembut. Lalu menjatuhkan wajahnya di kasur Ibunya, menangis sesenggukan.

***

Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati

“Kamu mau kemana, Runa?” ujar Ibunya saat ia melihat Aruna membuka pintu rumah. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul delapan malam.

“Mau pergi ke rumah teman, Bu. Dia ulang tahun hari ini.” ujarnya dengan wajah bahagia. Aruna terlihat menjinjing sebuah tas selempang berwarna biru tua.

“Pulang jam berapa?” tanya Ibunya lagi. Cemas menghantui pikiran wanita itu.

Aruna menghela nafas. “Aruna belum sejengkalpun meninggalkan rumah, Bu. Kok ibu sudah bertanya pulang?” Ia terkekeh sebentar. “Mungkin jam sebelas malam, Bu.”

Ibunya bergidik. Sebelas malam? Bukankah itu terlalu malam untuk seorang gadis tujuh belas tahun pulang dari kunjungannya ke rumah orang lain? “Kau berangkat dengan siapa?” tanyanya lagi

“Runa bareng sama Dina kok, Bu. Nanti pulangnya juga bareng sama dia.” Ujarnya sambil tersenyum. “Ibu tenang saja, Runa gak akan jadi anak nakal.” Ia mencium pipi Ibunya, lalu mencium tangan Ibunya. “Runa berangkat, Assalamu’alaikum, Bu” ujarnya sambil melambai pada Ibunya.

“Hati-hati di jalan, sayang” teriak Ibunya mengingatkan. “Wa’alaikumussallam.” tambahnya lirih, sambil berdoa semoga anaknya baik-baik saja.

Jam tua di rumah Aruna berdentang kencang. Pukul dua belas malam tepat. Sedangkan Aruna belum pulang dari ulang tahun temannya. Ibunya menunggu cemas di halaman, sambil menunduk berdoa. Suara deruman motor di depan pagar membuatnya menoleh. Aruna pulang. Rasa khawatirnya hilang, berganti rasa syukur.

Setelah melambai pada orang yang mengantarnya, Aruna berlari ke arah Ibunya. “Assalamu’alaikum, Bu. Maaf Aruna telat pulangnya. Ternyata acaranya baru selesai pukul setengah dua belas tadi. Dan saat Aruna mau pulang sudah tidak ada Dina disana, bahkan angkutan umum sudah tidak ada. Untungnya tadi Kemi mau mengantarku pulang.” cerita Aruna sebelum Ibunya sempat bertanya.

“Kemi?” tanya Ibunya.

“Iya, Kemi. Dia orang yang ulang tahun tadi, Bu. Untung dia mau mengantarku.”

Ibunya memicing, “Kemi laki-laki?” tanyanya lagi.

Aruna tertawa, “Iya, Ibu. Masa perempuan namanya Kemi?” Ibunya hanya mengangguk paham.

Setelah Aruna masuk, ia duduk di kursi. Dua kali sudah ia menemukan nama Kemi hari ini. Pertama saat ia melihat sebuah Koran yang sedang dibaca pemilik baju yang tadi ia cuci, tertulis nama Kemi disana. Sekarang yang mengantar anaknya adalah Kemi. Siapa laki-laki itu? Ibunya menghela nafas, sedikit kecewa karena ada yang tidak ia ketahui dari anaknya.

***

“Ibu ingat Kemi? Dia sekarang sudah punya anak dari wanita yang dia tiduri dulu.” Aruna memejamkan matanya. Menghalau rasa kecewanya. “Anaknya laki-laki, tampan seperti Kemi, namanya Mars. Tapi semoga kelakuannya tidak seperti Kemi ya, Bu.” Ia tersenyum. Hening sejenak. Hanya ada suara dari elektrokardiograf yang masih statis. Kemudian ia melanjutkan ceritanya, “Aku bersyukur Ibu tidak mengijinkanku keluar malam untuk kedua kalinya waktu itu. Kalau tidak, mungkin yang dia tiduri bukan wanita itu, tapi aku.” Matanya kembali berkaca-kaca, “Maafkan aku, Bu. Karena kebodohanku, aku meneriaki Ibu hal yang sangat tidak pantas untuk diucapkan oleh seorang anak perempuan.” Tak sanggup menahan air matanya, lagi-lagi Aruna menangis.

***

Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri

“Kemi yang mengantarmu waktu itu sama dengan yang menjemputmu sekarang, sayang?” ujar Ibunya cemas melihat anaknya yang telah berpakaian rapi.

Aruna menoleh sebentar, “Iya, Bu.” Ia kembali mengenakan sepatunya. “Kenapa memangnya?” tambah Aruna lagi.

Jam delapan malam. Sejak bertemu dengan laki-laki yang bernama Kemi, Aruna jadi sering keluar pukul delapan malam. Dan pulang pukul sebelas malam, bahkan lebih. Ia mulai khawatir pada anaknya. “Sebenarnya kalian malam-malam begini kemana sih?” tanyanya.

Aruna berhenti sejenak, “Ibu, bukankah Aruna sudah bilang kalau Aruna mau kerja? Biar Ibu gak perlu lagi mencuci di rumah-rumah itu.”

“Tapi ini sudah malam, sayang. Kamu disana kerjanya apa? Ibu gak enak ditanya sama Ibu RT terus, mereka kira kamu kerja yang macam-macam.”

Aruna tidak menjawab. Suara mesin motor milik Kemi mulai terdengar. Aruna mulai bersiap untuk pergi menemuinya. Firasat Ibunya semakin buruk mendengar suara motor milik Kemi. Dia tahu ada sesuatu yang buruk akan terjadi malam ini. Penampilan Kemi yang asal-asalan terlihat dari kaca jendela menambah kecemasannya.

“Sayang, untuk malam ini kamu tidak usah keluar dulu ya. Perasaan Ibu gak enak dengan laki-laki itu.” Ujar Ibunya saat Aruna sudah memegang kenop pintu.

“Ibu gimana sih? Aruna kan sudah janji sama Kemi. Lagipula Runa sudah rapi, tinggal berangkat.” Ujar Runa sedikit kesal.

“Jangan, sayang. Tolong, kali ini saja jangan pergi. Perasaan Ibu tidak pernah secemas ini.”

Wajah Runa memerah, “Pokoknya Runa tetap berangkat. Kemi sudah datang jemput Runa, kasihan kan dia!” ucap Aruna, membentak ibunya.

Emosi Ibunya memuncak, antara perasaan cemas dan marah menjadi satu, ia mendorong Aruna ke kamarnya lalu mengunci pintunya. Aruna berteriak-teriak dari kamarnya. Menangis sambil menyumpahi Ibunya dengan kalimat-kalimat kotor yang ia dengarkan di tempat kerjanya.

Ibunya keluar rumah, mendatangi orang yang akan menjemput anaknya. Di depan Kemi, ia berusaha bersikap biasa saja. Dengan alasan sakit, Aruna tidak jadi dibawa oleh Kemi. Ibunya tahu, laki-laki itu tidak baik untuk Aruna. Dari jarak satu meter saja ia mencium bau alkohol yang menyengat dari Kemi. Dan di tasnya terlihat dua botol berwarna hijau dengan logo bintang. Dia tahu, keputusannya untuk Aruna benar.

Sementara di dalam kamar, Aruna masih menangis dan kembali berteriak kesal saat mendengar Ibunya masuk rumah. Dengan kesal ia memaksakan untuk tidur. Untuknya tidur adalah obat segala penyakit.

Kini ia menyesal telah mengatakan hal buruk di depan Ibunya. Setelah ia tahu pada malam Ibunya tidak mengijinkan ia untuk ikut dengan Kemi, Kemi benar-benar mabuk dan meniduri salah satu wanita yang menemaninya di bar malam itu.

Ia baru sadar Ibunya telah lebih dulu tahu berita tentang Kemi. Sebelum sempat ia meminta maaf pada Ibunya, kabar mengejutkan menghantuinya. Ibunya dilarikan rumah sakit karena terkena serangan jantung, dan hingga kini belum bangun dari masa komanya.

***

Hampamu takkan hilang semalam oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Ku percaya diri cintakulah yang sejati

Aruna, anaknya yang sedang jatuh cinta pada seorang laki-laki bernama Kemi membuatnya cemas. Tadi siang setelah ia melihat selembar Koran yang dibaca oleh tukang parkir di pasar ia tahu, Kemi bukan orang yang tepat untuk anaknya. Seorang laki-laki yang penuh kebohongan itu telah menipu anaknya.

Malamnya, Aruna terlihat akan pergi bekerja dengan laki-laki itu. Ia tahu anaknya bekerja di bar sebagai pengantar minuman. Anaknya tidak pernah minum alkohol, dan merokok. Tapi tetap saja, membayangkan anaknya menggunakan seragam pelayan membuatnya bergidik. Jadi malam itu ia melarang Aruna untuk pergi, dan menguncinya di kamar. Ia tahu keputusannya untuk Aruna malam itu tak salah. Tapi keputusannya itu membuat Aruna menjauh. Ia tak lagi bercerita tentang hari-harinya lagi. Tak bertanya apa yang sedang dimasak Ibunya setiap hari. Tak lagi peduli pada Ibunya.

Padahal saat itu, ia membutuhkan seseorang untuk mengusir rasa lelahnya bekerja. Mengusir rasa was-wasnya akan penyakit asmanya yang selalu kumat saat ia bekerja keras. Setiap pulang, tak lagi ia melihat senyuman riang anaknya yang menunggunya pulang. Lalu bercerita bagaimana ia memulai hari dengan bekerja di sebuah restoran.

Hingga puncaknya, sore hari ia merasakan sesak pada dadanya. Rasanya seperti tercekik sesuatu dengan sangat kuat. Ia terjatuh di kamar mandi rumah pemilik baju-baju yang dicucinya. Sepuluh menit kemudian ia baru dilarikan ke rumah sakit, karena baru diketahui oleh sang pemilik rumah tersebut.

***

Minggu ketiga setelah ibunya terjatuh di kamar mandi, sarapan dan bercerita di depan Ibunya yang sedang sakit menjadi aktifitasnya setiap pagi. Tetapi pagi ini berbeda. Ia membawa 2 album foto dari rumah. Hari Minggu, ia akan kembali mengingat foto-foto masa kecilnya. Kenangan yang sempat ia lupakan beberapa tahun terakhir.

Di album pertama ia membukanya tertulis sebuah paragraf buatan Ibunya:

Sourc: Brooke Smart Illustration
Kenangan hanya tergambar dalam album ini, tetapi dalam pikiranku ia tetap bersemi. Berjalan seolah aku tetap berada di dalamnya. Foto hanya bisa terbaca, dirasakan sesuai dengan ekspresi yang ada. Tapi dalam pikiranku, ia terkenang, tetap berdenyut, tetap kupertahankan rasanya, meski kutahu beberapa hal ada yang terlewat.

Ia tersenyum, Ibunya adalah orang paling romantis. Menyukai benda-benda romantis, juga menyukai sastra. Dia selalu jatuh cinta pada setiap goresan yang dibuatnya. Lembar berikutnya membuat Aruna tersenyum lebih lebar. Foto sepasang pengantin, dengan gaun putih yang serasi terpajang cantik di album. Itu foto Ayah dan Ibunya. Di bawahnya tertulis, “Bukankah Tuhan benar-benar pencipta yang ‘Maha’? Selalu menciptakan semua hal secara berpasangan, seperti Dia menciptakan kita.

Lembar demi lembar aku lewati, album ini hanya berisi Ayah dan Ibunya. Tentang cinta mereka, tentang perjalanan mereka, dan tentang kebahagiaan mereka. Lembaran terakhir album ini terlihat sedikit kusam. Dari tintanya, aku tahu bahwa tulisan itu ditulis baru beberapa tahun lalu.

Sampai saat ini, pertanyaan kita tentang waktu belum aku temukan jawabannya. Bahkan setelah waktu membawamu pergi meninggalkanku lebih dahulu.

Sebenarnya apakah waktu itu? Apa semacam lingkaran yang tak terputus? Atau semacam garis yang terus terbentuk?

Aku tak suka waktu saat kau meninggalkanku. Tapi aku menyukai waktu saat aku mengenalmu. Aku tak suka waktu saat kau tak disisiku. Tapi aku menyukai waktu saat aku bertemu denganmu.

Mengapa harus ada waktu? Jika lama kejadian yang aku rasakan berbeda dengan yang kau rasakan?

Ia menutup album tersebut, dan membuka album yang lainnya. Album kedua sepertinya adalah album tentangnya. Dihalaman pertama tertulis kalimat yang sangat ia dan ibunya sukai.

Mungkin kau tak melihat, terkadang malaikat
Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Siapa yang jadi juaranya

ARUNA AL-ISLAMI, MALAIKAT KECILKU, SEMANGATKU, BUAH HATIKU.


Mata Aruna kembali berkaca-kaca. Ia tahu, bagi Ibunya ia adalah malaikatnya. Ibunya tak pernah marah padanya, dan Kemi adalah kemarahan pertamanya. Bahkan saat pertama kali ia pulang malam, Ibunya hanya mengingatkan, tanpa memarahinya. Ia tahu kemarahan Ibunya bukan tanpa sebab. Bahkan Ibunya yang belum pernah melihat Kemi sudah tahu bagaimana Kemi.

Ia membuka lembar demi lembar. Tetap dengan air mata yang ia tahan. Ia rindu Ibunya. Tiga minggu bukan waktu yang sebentar. Ia rindu masakan ibunya, senyum ibunya saat ia memulai hari, pelukan ibunya menjelang tidurnya. Ia rindu. Benar-benar rindu. Album foto ini membuatnya tersenyum sekaligus menangis.

Di foto terakhir, saat ia sedang ulang tahun ke tujuh belas. Ibunya membawakan kue tart dari toko kesukaannya serta membelikannya sebuah smartphone canggih yang ia pakai hingga saat ini. Ia tahu ibunya telah menabung sejak enam bulan yang lalu untuk membelikannya smartphone. Ia tersenyum. “Karena kamu adalah malaikat. Yang tak bersayap, tapi bersinar. Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas, Aruna sayang. Ibu mencintaimu!” tulis ibunya di album itu. Aruna mengusap matanya yang terasa basah. Lagi-lagi, air matanya itu tak mau berhenti.

***

Kau selalu meminta terus ku temani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi karena tak sanggup sendiri

Aruna menghela nafas saat masuk kamar Ibunya, sudah dua bulan sejak kejadian itu Ibunya belum bangun juga. “Ibu, aku datang.” Ujarnya menyapa Ibu. Ia menarik kursi yang ada di samping ranjang, lalu duduk disana. “Tadi pagi aku beli bubur di Mang Ahyat loh, Bu. Bubur kesukaan Ibu. Mang Ahyat tanya kabar Ibu. Tapi seperti biasa dia masih kecewa dengan jawabanku.”

Aruna menggenggam tangan Ibunya. Ia baru sadar kalau tangan Ibunya terasa kasar. Sambil mengusap telapak tangan Ibunya ia berkata, “Dulu kata Ibu, Runa gak boleh mencuci biar tangan Runa sehalus Mbak-mbak cantik di bank waktu itu. Dulu Runa gak ngerti, kenapa gak boleh mencuci? Padahal Runa suka kalo bantu Ibu. Tapi Ibu bilang, kalo tangan Runa bakal jadi kasar kalo tetap mencuci. “ ujarnya lemah. “Tapi sekarang Runa paham kenapa Ibu gak bolehin Runa mencuci. Tangan Runa jadi halus, Bu. Tapi tangan Ibu jadi kasar. banyak kapal-kapalnya. Ya kan, Bu?” ujarnya sambil tertawa hambar.

“Maafin Runa ya, Bu. Dulu pernah berandai kalau ibu Runa itu Mbak-mbak cantik penjaga bank itu. Pasti Runa gak akan sejelek ini. Padahal kalau ibu Runa mbak-mbak itu, Runa pasti jadi sombong sekarang, seperti anak mbak-mbak cantik itu.” ia tersenyum sambil menggenggam tangan ibunya. “Runa gak tahu kalau kalimat itu bikin ibu menangis. Runa kira, ibu gak mau punya anak kayak Runa, yang gak cantik. Runa sampai marah sama ibu selama dua hari. Tapi ibu dengan baiknya malah meluk Runa, bilang kalau Runa anak yang baik, anak ibu yang paling cantik. Ibu selalu bisa bikin Runa bahagia. Tapi Runa selalu bikin ibu sedih. Maafin Runa ya, Bu.” 

***

Pagi yang cerah dihari ke enam puluh lima ibunya Runa di rumah sakit. Seperti biasa, ia selalu sarapan di rumah sakit. Bercerita seolah ibunya akan tertawa atau sekadar tersenyum membalasnya. Ia mulai terbiasa. Ia telah diterima kerja di sebuah perusahaan elite sebulan yang lalu. Berkat kerja kerasnya, ia diangkat oleh manager perusahaan menjadi asisten. Setiap pukul tujuh ia sudah harus berangkat, dan baru kembali pukul delapan malam. Tapi ia sadar, kesehatan ibunyalah semangatnya. Ia bekerja keras agar ibunya bisa merasakan kerja kerasnya saatu bangun nanti.

Suara elektrokardiograf berbunyi statis. Matahari bersinar samar pukul tiga sore ini. Dokter yang memeriksa ibu Aruna sedang mengecek denyut jantungnya. Tiba-tiba jari tangan ibu Aruna bergerak pelan. Suster yang menjadi asisten dokter tersebut memekik pelan. Sore itu, menjadi sore paling menegangkan bagi Aruna. Ia tidak tahu, Ibunya diambang kehidupan.

***

Namun kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Aku yang jadi juaranya

Suara lembut Dewi Lestari mengalun di kamar Aruna. Ia menangis, teringat ibunya setiap mendengarkan lagu itu. Ia ingat penyesalannya saat tidak bisa menemani ibunya yang sedang kritis. Berjuang hidup dan mati sendirian.

Seorang suster meneleponnya pukul enam sore, mengabarkan kondisi ibunya. Tetapi ia tidak diizinkan pergi oleh atasannya sebelum pekerjaannya selesai. Ia telah mengemis meminta izin, tetap tidak didapatkannya. Jadi ia menyelesaikan pekerjaanya sambil menangis, menahan kekesalan dan rasa menyesal pada Ibunya. Hingga pukul tujuh akhirnya ia dibolehkan meninggalkan gedung, setelah sang atasan melihat ia hanya menangis tanpa menyelesaikan pekerjaannya.

Sampai di ruangan ICU, ia bertanya pada suster yang hilir mudik di depannya. Sambil menangis, ia panik. Hingga seorang laki-laki dengan pakaian dokter mendatanginya dan menyuruhnya untuk tenang. Aruna hanya menangis, ia tak tahu apa yang ibunya perjuangkan di dalam, tapi ia berdoa semoga ibunya baik-baik saja.

Setengah jam kemudian, dokter keluar dari ruang ICU. Wajahnya kuyu, seperti kelelahan. Dua orang suster dibelakangnya mengikuti dengan wajah tertunduk.

“Maafkan kami, Dik. Kami telah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain. Nyonya Nur telah meninggalkan kita malam ini.” ujar dokter tersebut dengan wajah menyesal.

Aruni diam, mematung menatap dokter dengan wajah kosong. Ia kembali duduk di kursi rumah sakit, lalu tertawa kecil. “Dokter, kalau bercanda jangan berlebihan dong. Biarkan saya masuk, pasti Ibu yang menyuruh dokter untuk berkata seperti itu kan?” ujarnya.

Dua orang suster di belakang dokter tersebut saling menatap, “maafkan kami. Tapi kami tidak sedang bercanda untuk masalah seperti ini.” ucap seorang suster. Suster lainnya mengangguk mengiyakan kalimat tersebut.

Aruna kembali terdiam. Ia merasa jantungnya membeku waktu itu. Tangannya dingin. Ia menggenggam tangannya sendiri sambil terpejam. Kini telinganya berdenging sangat kencang, seketika itu pula ia tidak sadarkan diri.

Saat ia bangun satu jam kemudian, sekeliling tempat tidurnya banyak tetangga-tetangganya yang datang. Seorang lelaki paruh baya terlihat mendekat, “Yang sabar ya, Run. Ibumu telah dipanggil Allah duluan. Allah sayang sama dia, Run.” Ujarnya sambil mengelus kepala Aruna.

Lagi-lagi Aruna hanya diam. Otaknya seolah berhenti bekerja untuk saat itu. Hingga pemakaman Ibunya selesai ia tak mengeluarkan air mata sama sekali. Orang-orang menatapnya kasihan. Ia cuti dari pekerjaannya selama seminggu. Dan dalam seminggu itu ia tak pernah keluar kamar. Ia hanya berbaring di kasur tanpa berbicara apapun. Memandang langit-langit kamarnya yang berwarna biru dengan tatapan kosong. Ia tak menjawab pertanyaan siapapun. Bahkan saat ia mau makan sekali saja, tetangganya sudah sangat bersyukur. Wajahnya pucat, dengan kantung mata tebal berwarna hitam membuatnya sedikit lebih tua. Rambutnya yang panjang terlihat acak-acakan. Otaknya masih belum bisa menerima keadaan apapun.

Hingga puncaknya saat ia mendengarkan lagu Dewi Lestari yang diputarkan radio tetangganya di sore hari. Ia menangis. Tersedu hingga nafasnya terasa sesak. Ia berteriak histeris. Tetangga-tetangganya berkerumun di rumahnya. Laki-laki paruh baya kemarin mengunci tangannya agar ia tidak menyakiti diri sendiri, sedangkan istrinya terlihat memeluk Aruna, menenangkan. Semua orang menatapnya dengan kasihan. Ia akhirnya menangis kembali. Tersedu sendirian. Mengingat ibunya telah meninggalkannya dengan cara menyesakkan.

Namun kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu



Aku yang jadi juaranya


Lagu yang dinyanyikan Dewi Lestari telah berhenti sejak tadi. Aruna tersenyum kecil, di sela tangisnya. Satu hal yang ia tahu, ia tetap menjadi malaikat bagi ibunya. Dan ia tahu pasti, Ibunya tetap menjadi malaikat tanpa sayapnya. Yang dengan senyumnya saja sudah meluluhkan seluruh emosi, yang dengan peluknya saja memberinya ketenangan, yang dengan masakannya saja membuatnya lupa akan kekesalannya.



Ia tahu, ibunya adalah malaikat tanpa sayapnya, yang selalu menjadi juara di hatinya.
Continue reading Malaikat Juga Tahu