Tampilkan postingan dengan label Diskusi yuk!. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Diskusi yuk!. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Agustus 2024

Prasangka Tentang Kematian

Pernah gak sih kamu berpikir hidup setelah kematian?

Beberapa tahun ini, lebih tepatnya setelah menginjak usia 20 tahun, tiba-tiba aku terbayangkan sebuah realita. umur 40 tahun nanti dan saat aku dilahirkan dulu, hanya terpaut 20 tahun dari umurku sekarang.

Tua dan mudaku memiliki jarak yang sama, dengan rasa yang berbeda. Masa muda aku lalui dengan senang hati, sedangkan masa tua aku lalui dengan kekhawatiran.

Aku tidak takut menjadi tua, tapi aku takut akan kematian. Walau tak selalu mati dan tua adalah dua hal yang berhubungan.

Bukan, aku bukan takut mati. Tapi ketakutanku adalah.. bagaimana hidupku setelah mati?

Terlalu banyak pertanyaan dalam otakku yang membuatku takut. Bahkan ketakutan ini membuatku terjaga hampir setiap malam. Aku bisa gemetar dan memangis karena pikiranku sendiri, dan baru bisa tertidur setelah mendengar murotal atau saat telepon dengan pacarku (sebelum kami menikah).

Mungkin jika dijabarkan, ini adalah beberapa pertanyaan tentang kematian dalam pikiranku yang membuatku takut..


Jika aku meninggal, bagaimana orang-orang sekitarku akan terus berjalan? Bagaimana aku saat dikafani? Bagaimana aku setelah dikebumikan?

Apakah aku sadar kalau aku sudah meninggalkan dunia? Apakah aku sadar kalau waktuku sudah habis untuk beribadah kepada-Nya?

Apakah aku sadar kalau dosaku masih terlalu banyak untuk diampuni?

Lalu setelah itu, siapa yang bisa aku temui di sana?

Akankah rutinitasnya akan sama dengan kehidupan duniaku?

Mungkinkah rasa takutku sama seperti apa yang aku rasakan di dunia?


Ada begitu banyak pertanyaan yang ada di kepalaku. Kadang kala aku sampai menangis ketakutan saat membayangkannya.

Apakah ini hal aneh? Atau semua makhluk bernyawa merasakan ketakutan ini?

Aku bersyukur ketakutan ini mulai berkurang sekarang. Namun tetap saja, menulis ini pun rasanya dadaku berdebar kencang. Aku ketakutan.

Continue reading Prasangka Tentang Kematian

Minggu, 07 Juni 2020

Kehabisan Kata

Halo!

Pernah nggak sih merasa kehabisan kata? Kehabisan bahan obrolan dengan orang lain dan akhirnya saling diam. Hingga akhirnya sadar kalau selama ini obrolan itu cuma satu arah. Selalu kamu yang berusaha membangun suatu topik untuk tukar pikiran, tapi nggak pernah diajukan pertanyaan yang sama.

Nyesek ya?

Niatnya berusaha jadi orang yang menyenangkan dengan berbagai macam obrolan, tapi akhirnya sadar kalo cuma kamu yang berusaha. Orang yang kamu ajak bicara nggak peduli dengan pemikiranmu, dengan pendapat atas topik yang kamu tanyakan. Dia cuma peduli dengan dirinya sendiri, iya egois.

Dia tetap membalas kamu, tapi nggak bertanya apa mimpi dan pendapat kamu. Lelah ya? Padahal sebagai teman mengobrol, rasanya juga ingin ditanyakan hal yang sama. Nggak, masalahnya bukan di "langsung ngomong pendapatmu aja apa susahnya sih?" bukan itu. Berbicara adalah kegiatan bertanya dan mendengarkan. Kalau nggak ditanya, untuk apa berbicara? Bertanya kan juga berarti tertarik dengan jalan pikiran lawan bicara.

Jadi apa kesimpulannya?

yak mundur

Iya, kamu kehabisan kata karena lawan bicaramu nggak tertarik dengan pembicaraan kalian. Atau bahkan dengan kamu. Hahaha. Mundur saja. Jika dia tertarik, obrolan kalian tidak akan pernah berhenti bahkan atas pertanyaan basa-basi seperti "sudah makan?" akan terasa menyenangkan.

Mundur, gaes. Obrolan kalian udah nggak menyenangkan.
Continue reading Kehabisan Kata

Jumat, 13 Desember 2019

You're too Good For Me, Let's Break Up!

Kemarin waktu scrolling twitter, aku nemu sebuah cuitan orang yang intinya;

Kenapa cewek lebih suka sama bad boy dibanding cowok baik-baik? Kenapa ngajak putus dengan alasan kamu terlalu baik buatku?


Kalo dipikir-pikir, iya juga ya. Rata-rata orang cenderung lebih atraktif sama orang-orang yang terkesan "bad" entah cewek maupun cowok. Bukan cuma buat ngebenerin aja, tapi kesan yang mereka tunjukkan tuh apa adanya dan kelihatan lebih menarik. Dibanding good person yang bikin ngerasa minder duluan sebelum pedekate. rasanya nggak cukup baik buat dekat sama orang sebaik dia. Eh iya nggak sih? Kalo menurut kalian gimana?

Why we break up?

Ngomong-ngomong, aku baru tau kalo ada yang minta putus dengan alasan terlalu baik. Beneran. Dulu banget, alasan aku putus karena diselingkuhin dan nggak berhasil diyakinin, tolong jangan minta aku buat cerita. Nggak mau soalnya, hahaha. Cerita dari temen-temen juga nggak ada yang diputusin atau mutusin karena terlalu baik sih, aku baru tau dari cerita di internet aja. Hahaha.

Alasan terlalu baik itu bikin aku mikir lagi, bukannya kalo pasanganmu orang yang baik jadi bisa bimbing ke arah yang lebih baik juga? Atau bisa saling belajar buat jadi baik. Isn't that good to be better together? Growing up and having bad-good memories together.

Bukannya jadi goals juga kalo misalnya jadi baik bareng-bareng? Kan enak tuh waktu cerita ke anak-cucu nanti, "dek, berpasangan itu nggak selalu tentang baik-baik aja. Kamu juga harus berproses jadi lebih baik lagi. Dulu, mama sama papa..." dan selanjutnya-selanjutnya deh yaa. Bisa dibayangkan sendiri.

Punya pasangan kan juga tentang berproses ya? Semua proses nggak ada yang mudah, nggak ada langsung berhasil, pasti ada capeknya dulu. Ada marah dan berantemnya dulu, dan semua-semuanya. Bukannya emang minta didekatkan dan dijodohkan dengan orang yang baik ya? Setelah dikasih kok malah menolak dengan alasan terlalu baik?

Asli, alasan kayak gitu masih nggak masuk di akalku. Kenapa sih mau pisah karena terlalu baik? Karena sifat terlalu baiknya merugikan kita sebagai pasangan, misal suka pinjamin orang uang gitu? Apa karena minder waktu lagi ngeliatin dia treat kita? Hmm, nggak ngerti, beneraaan.

Ya tapi sebenernya terserah sih mau beralasan apapun juga. Toh, aku nggak terlibat juga dalam hubungan itu, 'kan. Eh, tapi seriusan, ada nggak sih yang pernah diputusin atau mutusin pacar dengan alasan terlalu baik buat aku? Aku masih nggak percaya! :(
Continue reading You're too Good For Me, Let's Break Up!

Minggu, 13 Oktober 2019

Hey!

Jangan lakukan, jika apa yang akan kamu kerjakan penuh keraguan.
Karena ragu bukanlah sebuat hal yang bisa dibanggakan. Bukan hal yang bisa diteruskan.
Cari jawabannya sebelum menetapkan hati. Yakinkan diri sendiri bahwa hal itu adalah yang kamu sukai, yang akan kamu selesaikan hingga akhir.

Memangnya apa yang kamu harapkan saat menyelesaikan suatu hal dalam keadaan abu? Selesai dengan memuaskan? Atau tanpa banyak hambatan?

Hahaha. Tidak mungkin.

Bahkan yang yakin saja masih harus melewati sekian terjal, bagaimana mungkin kamu bisa melewatinya dengan santai?

Yakin saja. Kamu bisa melewatinya.
Terus belajar ya.


Hey,
Mau kuberi tahu satu mantraku?
Cukup katakan, "Aku akan baik-baik saja, sedikit lagi sebelum menyerah."


Continue reading Hey!

Minggu, 01 September 2019

Yaudahlah

Katanya semakin dewasa manusia, semakin malas juga mengurusi hal-hal yang nggak sesuai dengan keinginan. Apalagi menyangkut orang blain. Makin me-yaudah-lah semua hal, makin malas berdebat. Kalian gitu nggak sih?

Sebagai orang yang dulu maunya semua hal sesuai keinginan, sesuai rencana, aku merasa kalimat itu bener banget. Pernah beberapa hal aku paksakan biar benar-benar terjadi, bahkan sampai bertengkar dan tidak berkabar. Aku kesal dan memilih nggak mau berhubungan.

Saat mengajak orang lain dan ternyata mereka tiba-tiba membatalkan janji, aku yang dulu mungkin akan kesal dengannya. Padahal aku tau bahwa setiap orang punya prioritas. Tapi tetap saja, rasanya marah. Aku benci berjanji dan tidak ditepati.

Akhirnya aku sadar sendiri, kalau dunia nggak selalu berpijar di dekatku aja. Nggak semua bakalan bisa sesuai dengan apa yang aku inginkan. Sebagai makhluk sosial yang butuh orang lain dan hidup bersama orang lain, nggak mungkin semua jalan sesuai dengan rencanaku. 

Aku juga nggak selalu tepat janji kok. Bisa jadi tiba-tiba ada kerjaan mendadak atau diajak ke rumah saudara. Kalau udah gitu, biasanya aku akan janji ganti hari, atau traktir dia makan sebagai gantinya. Walaupun kekesalan emang nggak bisa digantikan dengan apapun ya, tapi menunjukkan penyesalan karena membatalkan janji setidaknya bisa meredam rasa marah, menurutku.

Jadi sekarang kalau janji dibatalkan merasa, "yaudahlah, nggak semua orang sesantai kamu kali, Man. Sendiri aja lah." Selalu begitu. Sampai kadang rasanya agak segan mengajak orang lain untuk jalan-jalan. Kalau bisa sendiri, jalan ajalah. Kalo malas, mendingan baca buku di rumah atau nulis aja, itu pikiranku aja sih.

Dari dulu sebenarnya aku terbiasa sendirian ke manapun. Rasanya nyaman-nyaman aja. Entah sejak kapan, aku mulai butuh teman saat jalan-jalan, ke tempat baru, pameran, nonton bioskop. Beberapa bulan ini aja sih, rasanya aku begitu butuh teman untuk sekadar beli baju di mall. Kenapa ya? Apa ini yang dinamakan kesepian? Apa aku lagi bosan sendirian ya? Hahaha.

Tapi bener deh, sikap "yaudahlah" ini bisa meredam kekecewaan aku terhadap orang lain. Walaupun efek buruknya, aku jadi malas bergantung pada orang lain kalau pergi ke mana-mana. Tiba-tiba dichat teman,"kok nggak ngajak?!" Maaf ya teman-temeaku :'D
Continue reading Yaudahlah

Sabtu, 13 Juli 2019

, ,

Istirahat

Hallo.

Maaf, akhir-akhir ini rasanya aku kehilangan mood untuk melakukan apapun. Rasanya cuma ingin tidur seharian atau duduk di taman tanpa melakukan apapun. Perasaanku benar-benar berantakan. Emosi macam apa ini? Rasanya patah hati banget. Sedih. Nggak dipedulikan. Overthinking. Mau nangis. Males ngomong. Iri terhadap apapun. Kenapa sih?

Aku pengin cerita ke seseorang. Tapi aku nggak tau harus cerita apa dan gimana? Dan juga apa ceritaku nanti buat orang itu juga ikut ngerasa sedih? Jadi merasa bersalah? Gimana kalo nanti malah menyebarkan masalah?

Rasanya pengin menyandarkan kepala sebentar di bahu seseorang sambil disayang. Diberi tau kalau semuanya bakal baik-baik aja. Ada waktu di mana kamu emang harus nangis tanpa sebab. Atau cuma butuh seseorang untuk dipeluk tanpa banyak bertanya. Rasanya pusing sekali mendengarkan isi kepala yang tidak selesai.

Atau diajak jalan ke tempat yang menenangkan, mendengarkan suara air mengalir atau burung-burung berkicau. Suara daun yang tertabrak angin. Atau suara anak-anak kecil tertawa dan saling berlari-larian.

Takut tapi nggak tau apa yang ditakutkan. Merepotkan diri sendiri dan bikin bingung orang lain. Aku nggak suka aku yang kayak gini. Aku nggak suka aku yang cengeng. Aku nggak suka aku yang nyakitin orang lain terus. Aku nggak suka aku yang nggak acuh sama orang lain.

Butuh me time, mungkin? Setelah selama ini lelah berinteraksi dengan orang-orang. Mendengarkan keluh kesah mereka ternyata sedikit berdampak juga kepadaku. Aku harus segera ke perpustakaan.
Continue reading Istirahat

Sabtu, 29 Desember 2018

,

Sewindu Menunggu

Assalamu'alaikum!

Beberapa hari lalu aku dengar lagunya Tulus - Sewindu diputar oleh salah satu tetanggaku. Tentu aja, aku langsung ikut nyanyi, siapa juga yang nggak bisa auto singing, kalau dengar lagunya. Kalian juga gak sih?

Look how cute kak Danish's smile in here!
Lagu ini bikin aku ingat sama salah satu momen di SMK, waktu naik angkot bareng teman-temanku. Kami nyanyi bareng-bareng di angkot waktu lagu ini diputar di radio yang dinyalakan abang angkot. Momen yang lucu, jadi setiap lagu ini muncul langsung ingat tim angkot dulu. Hahaha.

Tapi setelah beberapa tahun, aku baru sadar dengan liriknya. Maksudku- KENAPA LAMA BANGET DEKETIN CEWEK? SAMPAI NUNGGU DELAPAN TAHUN LOH! Aku cuma bingung aja, kenapa lama banget? :(

Terlepas dari interpretasi lirik yang aku tulis di bawah. Lagu ini merupakan salah satu favoritku sepanjang masa sih. Apalagi pemerannya adalah kak Danish! Aku suka banget sama aktris ini sejak lihat film "Dara". Cantiknya dia nih berkharisma di mataku, nggak yang lemah-lembut gitu. Unik! Apalagi Official videonya yang terlihat artistik dan enak dilihat, walaupun aku nggak paham maksudnya. Tolong ada yang bisa jelaskan?
How can you  can't love this actrees?
Kalian masih ingat nggak sih, liriknya? Nih aku tulis juga deh di sini. Sekaligus, ayo nyanyi bersama!
Sudah sewindu ku di dekatmu
Ada di setiap pagi, di sepanjang harimu
Tak mungkin bila engkau tak tahu
Bila ku menyimpan rasa yang ku benam sejak lama
Setiap pagi ku menunggu di depan pintu
Siapkan senyum terbaikku agar cerah harimu
Cukup bagiku melihatmu tersenyum manis
Di setiap pagimu, siangmu, malammu
Iya kan? sewindu cuma dekat, cuma selalu ada. Delapan tahun loh, delapan tahun! Huhuhu. Apa selama itu aku dan kamu cuma di zona bernama Friendzone aja? Dan selama itu pula kamu cuma tunggu di depan pintu gerbang rumahmu? Dengan senyum, kamu menyapa. Lalu sangat yakin kalau dia tahu bahwa kau menyukainya.

Dari mana dia bisa tahu? Bagaimana dia tahu?

Kamu cuma menyapa dengan senyummu dan merasa selalu ada cukup untuk mempertahankan hubungan baikmu dengannya? Di titik ini pun kamu cukup puas dengan melihat dia membalas senyummu aja, kan? Selama 8 tahun?
Sesaat dia datang pesona bagai pangeran
Dan beri kau harapan bualan cinta di masa depan
Dan kau lupakan aku semua usahaku
Semua pagi kita, semua malam kita
Oh tak akan lagi ku menemuimu di depan pintu
Dan tak ada lagi tutur manis ku merayumu
Setelah ada laki-laki lain yang kau sadari dia tampan, dan berani menyatakan perasaannya. Kau malah menyalahkan wanitamu? Berkata bahwa dia melupakan semua usahamu, semua rayuanmu. Hey, kau hanya merayu dan menunggu. Menunggu apa? Bukankah terlalu lama?

Kau terlalu pasif agresif. Merasa mendekati, tapi bisa saja wanitamu itu merasa kau hanya tetangga atau teman yang benar-benar ramah dan baik hati. Kau hanya terlalu baik untuk menjelaskan sifatmu bahwa kau menyukainya.

Jikapun kau merasa dia tahu perasaanmu, apa yang kamu inginkan? Kenapa membuatnya menunggumu begitu lama? Mengapa membuatnya seakan kaulah yang dia butuhkan, bukan sebaliknya?

Setelah delapan tahun mendekati. Kau merasa terlalu takut untuk beranjak dari kenyamananmu selama ini. Melihat senyumnya, berbicara dengannya. menatap wajahnya. Kau takut jika saatnya kau menyatakan perasaanmu, dia malah menjauh dan kau kehilangan semuanya.

Lalu kau memilih untuk tidak melakukannya, dan menunggu lebih lama lagi. Menunggu momen yang tepat.

Tetapi akhirnya wanitamu pergi dengan pangeran pilihannya.
Jujur memang sakit di hati
Bila kini nyatanya kau memilih dia
Takkan lagi ku sebodoh ini
Larut di dalam angan-angan tanpa tujuan
Aku senang akhirnya kau sadar kebodohanmu. Kau sadar kalau selama ini hanya mengangan-angankan dia. Walaupun kau harus sakit hati ujungnya. Setidaknya, kau tahu. Bahwa mengutarakan perasaanmu dan ditolak lebih baik daripada menyaksikan wanitamu akhirnya bersama orang lain, tanpa tau perasaannya padamu. 

Pokoknya. Utarakan aja kalau kau benar-benar menyukainya. Semoga berhasil.

Cheers!
Continue reading Sewindu Menunggu

Senin, 10 Desember 2018

Sunday, Funday

Assalamu'alaikum!


Hari senin identik banget dengan jalanan yang macet, dan bus-bus penuh terus. Dari mulai jalan protokol, sampai jalan-jalan alternatif Full kendaraan! (atau cuma di Jakarta aja ya?) Hari senin adalah hari yang paling sering disesali, kata-kata seperti "Yaah, besok senin.", "Senin males banget ya.", "Kenapa hari Minggu ke Senin itu cepet banget?" dll itu sudah gak asing banget di telinga kita pastinya. Entah itu diucapkan oleh diri sendiri, atau teman-teman di sekitar kalian, kan?

Sumber
Sebenarnya kenapa sih hari Senin identiknya dengan malas? Padahalkan Senin adalah awal hari, harusnya kita lebih semangat, kan? Di jalan-jalan protokol juga, kenapa sih hari Senin itu harus macet? Dan bus-bus seperti Transjakarta selalu penuh? #teamTJ

Apalagi Senin menurut anak sekolah yang emang hal yang paling nyebelin, karena harus berurusan dengan upacara. Harus datang pagi, bawa topi, berdiri selama kurang lebih 45 menit di lapangan, dan belum lagi kalau ada sidak kerapihan. Wah, Senin emang benar-benar menyebalkan!

Sumber
Senin adalah hari transisi dari hari libur. Jadi suasanya malasnya itu berasa banget. Semua orang mengeluh tentang hari Senin. Padahal nih, walaupun hari Senin ini diganti hari Selasa, tetap aja suasana malas-malasannya tetap berasa, karena kemarinnya adalah hari libur. Berarti bisa jadi yang salah adalah... masuk setelah libur pemikiran kita. Karena terlalu menyukai hari libur, rasanya malas menemui hari Senin.

Maka dari itu, yuk kita ubah rasa malas kita akan hari Senin, jadi Sunday, Funday! Coba kita ingat yang baik-baik aja tentang hari Senin. Jangan bilang gak ada baik-baiknya ya! Haha.
  1. Hari Senin adalah permulaan hari, mungkin selama libur kita gak ketemu teman-teman kantor atau sekolah. Nah dihari inilah kita kembali ketemu dengan mereka dan menceritakan hal-hal dari yang penting sampai gak penting sama mereka.
  2. Masuk kerja atau sekolah lagi, bisa ketemu dengan gebetan yang wajahnya adem kayak ubin masjid. Atau sekadar curi-curi pandang aja.
  3. Hari Senin adalah hari dimulainya aktifitas, kita bisa nemuin hal-hal seru dan bergerak lagi. Secara kan ya, selama liburan gravitasi kasur kuat banget rasanya.
  4. Kalau hari Senin kalian dibuat malas-malasan atau badmood, bisa jadi seluruh hari dalam satu minggu akan jelek loh! Karena hari Seninlah yang mengawali perasaan kita di hari-hari setelahnya.
Kalian tipe orang yang semangat Senin atau butuh banyak hari Minggu lain sih?
Continue reading Sunday, Funday

Rabu, 28 Maret 2018

InsyaaAllah ya!

Assalamu'alaikum!

Sudah ada janji hari ini? Atau sedang buat janji? Siapa yang kalau diajak pergi jawabannya "InsyaaAllah"?  InsyaaAllah yang maksudnya menolak dengan halus. Mau tolak langsung tapi gak enak, akhirnya jawab InsyaaAllah yang maksudnya nggak mau ikut.

InsyaaAllah, kalau gak mager ya.
Entah kenapa dan siapa yang memulai, jawaban InsyaaAllah adalah jawaban penolakan secara halus. Saat kita diajak pergi ke tempat yang malas kita datangi, atau malas bertemu dengan orang lain. Secara nggak langsung, InsyaaAlah merupakan jawaban diplomatis untuk menolak suatu ajakan.

Contoh InsyaaAllah yang malas-malasan
ini chatku dengan teman dekeeet banget
Misalnya saat kita diajak reuni sekolah. Ada mantan yang nyebelin banget datang juga, dan buat kita malas ketemu dia! Jawaban yang kita berikan biasanya "InsyaaAllah ya, kalau bisa." Dalam arti sebenarnya adalah "Nggak dulu deh, malas banget gue datangnya!" Tapi gak enak banget kan kalau menolak dengan alasan begitu.  Biasanya teman-teman muslim kasih jawaban diplomatis yang nggak jelas pastinya begini nih artinya (aku termasuk juga yang suka jawab InsyaaAllah tapi nggak datang :'D).

Padahal, arti dari InsyaaAllah di sini 99% pasti datang, dengan kemungkinan nggak jadi ikut 1% di luar kuasa kita. Contohnya, tiba-tiba sakit atau dapat kabar duka mendadak. Bukannya janji datang tapi malah gak ada kabar setelahnya. Seenggaknya kabarin gitu mau ikut atau nggak, biar nggak ada yang menunggu gitu.

Eh, tapi sekarang nggak hanya muslim saja yang jawab begini kok, banyak teman-temanku yang non-muslim juga mengucapkan kayak itu. Aku sendiri belum tahu alasan mereka bilang begitu, tapi kok ikut senang aja gitu. InsyaaAllah nggak cuma diucapkan buat sesama aja, tapi kayak sudah semacam bahasa Indonesia biasa gitu.

Jadi siapa yang masih bilang InsyaaAllah tapi nggak janji ikut?
Continue reading InsyaaAllah ya!

Kamis, 15 Maret 2018

Blog dan Kelabilanku

Assalamu'alaikum!

Sampai awal  Maret ternyata saya belum ngeblog lagi ya. Padahal ide banyak banget, tapi karena gak diasah dan gak sempat dicatat jadi lupa terus u,u

Ah iya, sekalian aja aku mau menumpahkan kelabilanku. Aku bikin blog ini dari tahun 2013. Waktu itu blogspot emang nggak terkenal-terkenal banget sih, teman-temanku nggak ada yang buat sama sekali. Mereka cuma punya facebook aja. Dan aku sudah punya beberapa akun sosmed. Yaampun.

Sebenarnya aku agak lupa alasanku membuat blog malah. Kalau nggak salah ingat, dari teman rezpector-ku. Aku nggak begitu kenal sih sama dia, tapi aku lihat di bio twitternya dia ada websitenya gitu. Aku klik, dan keluarlah sebuah website dengan nama dia di headernya. Saking terpesonanya, aku sampai cari di google, cara membuat blog. Daan taraaa, aku punya blog! Dengan header seadanya karena belum paham sama sekali.

Kursor mouse yang kayak ini
nih contohnya
Blognya dia tuh bagus banget menurutku. Di kursor mousenya itu ada salju-saljunya gitu, terus headernya running text yang warna-warni, ada foto dia di ujung kanan, terus kalau nggak salah ada jam dan lagunya. Keren banget dulu tuh!

Akhirnya karena pengen punya blog bagus, aku utak-atik semua pengaturan di sana. Lumayan bikin pusing, tapi karena aku suka dan benar-benar pertama kali punya blog jadi yaa... Senang dan bangga! Oh iya, waktu itu nama blogku masih manzilarezpect.blogspot.com, headernya namaku, dan isinya.. curhatan tentang gebetan (klik), wahahaha. Dan bisa dilihat, aku memanggil diriku dengan kata 'gue'. Sebenarnya biasa aja sih, tapi di sana kok jadi terlihat songong ya? Hahaha.

Sampai tiga tahun aku pakai alamat itu, akhirnya aku berniat ganti. Aku lupa apa aja T,T Yaampun, kenapa dulu aku nggak screenshoot ya, sebagai bukti betapa noraknya aku kala itu. Eh sampai sekarang masih sih. Yaudahlah yaaa. (Revisi, ternyata aku sempat membagikan websiteku ke google plus-ku xD)

penggantian pertama: nadadiksi
Penggantian kedua: jurnal-imaji
Sejak 2016 itulah aku mulai coba ganti template blog dari berbagai website template gratisan. Dan masih bingung, karena aku ngerasanya kurang cocok aja. Dan berganti nama jadi manzilatsuraya.blogspot.com. Tapi cuma bertahan setahun, karena kok rasanya kayak nggak cocok (lagi) aja gitu.

Source:Asjley Jerome's Pinterest
2017-saat ini aku pakai template sugar and spicy (dan berniat buat diganti lagi karena terlalu pucat) dengan domain manzeeeyla.blogspot.com. Dengan penyebutan diri 'saya' dan balik lagi ke 'aku'. Tapi aku masih terus cari template yang cocok sih buat diriku sendiri. Bahkan aku masih coba buat templateku sendiri. Yah, walaupun amatiran, seenggaknya aku sedang belajar :p Ternyata susah banget yaaaa, haha.

Gitu deh, blog dan kelabilanku untuk mencari tema dan domain yang cocok untukku sendiri. Bahkan kadang aku bingung, template yang kayak gimana yang cocok untuk blog dan diri ku?
Continue reading Blog dan Kelabilanku

Jumat, 12 Januari 2018

Dasar Generasi Mecin!

Assalamu'alaikum!

Gimana, gengs? Resolusi tahun baru sudah didata belum? Atau malah masih sama dengan resolusi tahun lalu yang belum tercapai? Haha, tenang. Kamu gak sendirian! Karena beberapa resolusi saya juga masih ada yang belum tercapai di tahun lalu! Masih semangat kan mencapainya?

Semakin ke sini, sepertinya zaman semakin melesat cepat ya. Yang dulunya kita anak-anak SD hanya bisa memainkan handphone mainan yang isinya air atau kalau dipencet keluar lagu "Butterfly", sekarang adik-adik kita sudah bisa memegang bebas handphone di tangannya. Yang dulunya kalau mau terkenal, kita harus ikut audisi "Idola Cilik" atau kirim-kirim surat ke majalah Bobo, sekarang tinggal rekam, lalu upload ke instagram atau youtube dengan kata-kata pancingan. Langsung bisa dikenal.

Saya jadi ingat, dulu waktu sekolah dasar mainan termahal yang aku punya adalah monopòli dan binder! Mahal banget! Mau beli monopoli harus ngumpulin stiker dulu yang harus disusun satu-satu. Harga stikernya juga mahal kalau buat bisa dapat monopoli. Atau beli binder yang kalau merknya 'Harvest' atau 'Kiky' yang tebal bisa menghabiskan uang jajan seharian. Haha. Sekarang adik saya mainan termahalnya squishy dan slime (dulu namanya lumpur lapindo, haha)! Yang kalau main itu bisa menghilangkan stress katanya.

Iya, salah satu adik saya suka banget sama slime. Bahkan sampai akun instagramnya (iya, dia punya akun sendiri) mengikuti akun slime. Padahal menurut saya, nggak ada gunanya sama sekali. Tapi mau gimana lagi, dia suka?

Ngobrol tentang perbandingan anak sekarang dengan anak zaman dulu bikin saya ingat satu kata yang sedang tenar sekarang, "Dasar Generasi Mecin!" Saya jadi mikir lagi, emang iya anak yang lahir tahun 2000-an malah generasi mecin?

Mecin, bang!
Seingat saya, mecin banyak terpapar di generasi 90-an (saya termasuk generasi 90-an akhir juga sih). Mulai dari jajanan abang-abang gendong sampai makanan ringan, semuanya mengandung mecin! Iya, hampir semuanya. Cilor, cireng, milor, basreng, chiki taro, chitatos, dan kawan-kawan penuh dengan zat yang sangat asinnya bikin ketagihan. Dan beberapa dari kita dengan bangganya bandingin makanan bermecin itu dengan makanan anak zaman sekarang yang penuh nutrisi. Jangan mencibir kalau lihat remaja milenial yang upload foto-foto makanan mereka yang kaya gizi, seperti steak atau chiken cordon blue. Lihat aja, jajanan kita waktu seumuran mereka adalah makanan penuh mecin. Jadi sebenarnya siapa sih yang generasi mecin?

Dan ya, pasti orang tua muda milenial sekarang lebih sering memberi makanan anaknya dengan makanan organik. Karena mereka tahu apa yang baik untuk tubuh anaknya, apalagi sekarang gaya hidup sehat sedang naik-naiknya. Pantas aja kalau badan mereka lebih cepat bertumbuh dibanding kita yang dulu jajannya cemilan-cemilan berminyak. Tapi bukan berarti orang tua kita dulu tidak peduli dengan jajanan kita. Ini hanya masalah zaman yang bergerak terus, tanpa henti.

Bahkan merokok dan mabok, loh!
Ah iya, dan bagaimana anak generasi 2000-an tidak mau lekas bertumbuh? Sedangkan kakak-kakak generasi 90-an terus memberi mereka inspirasi-inspirasi yang diekspos melalui media sosial. Anak sekolah dasar berpacaran, siapa yang mereka lihat? Kita, anak 90-an yang memajang foto di instagram sedang merayakan aniversary bersama kekasih. Dan kita salahkan mereka dengan mengatakan "Dasar generasi mecin!"

Sinetron juga salah satu pemicu kasmaran dini loh!

Sadar gak sadar, sebenarnya generasi 90-an lah yang membuat mereka bertumbuh sebelum waktunya. Tidak, jangan mempermasalahkan orang tua mereka yang memberi handphone sebelum waktunya. Tanpa handphone-pun pemandangan wanita dan pria yang bergandengan sudah lumrah terjadi di semua tempat (ini tidak termasuk orang tua ya). Jika semua tempat dipenuhi orang kasmaran, di mana kita bisa mengajak adik atau anak kita untuk wisata?

Kesimpulannya, ini bukan sepenuhnya salah mereka. Kita juga memiliki andil dalam kegiatan mereka segari-hari. Jadi mau gak mau, kita juga harus membantu mereka mengenal mana yang bisa mereka lakukan dan mana yang belum boleh mereka lakukan di usianya. Dan dengan pengertian selembut mungkin. Karena rata-rata remaja (bahkan sebagian orang dewasa sekarang juga begitu), lebih suka diingatkam sebagai teman, bukan di nasehati sebagai yang lebih tua.

Menurut kalian, apa dan siapa yang menjadi tolak ukur generasi 2000-an saat ini?

Cheers!
Continue reading Dasar Generasi Mecin!

Selasa, 14 November 2017

Smartphone not smart-person.

Assalamu'alaikum! Apa kabar? Semoga sehat-sehat aja yaa!

Akhir-akhir ini hujan makin sering mengguyur Jakarta. Udara di pagi hari jadi lebih sejuk, Jakarta rasa puncak kalau kata temanku. Tapi ternyata udara di media sosial masih aja gersang, panas. Ah, dunia maya kapan kalian tenang dan sejuk? Aku jadi rindu internet di era 2000-an yang belum se-booming sekarang.

Makin maju teknologi, sepertinya pikiran manusia akan semakin mundur. Entah itu karena sekarang semua hal lebih mudah atau karena kita yang tidak berkembang. Rasanya semua sudut dunia maya penuh dengan kalimat-kalimat kebencian. Lelahnya.
Sumber
Rasanya ingin berhenti sebentar dari kegaduhan massal ini. Mencoba selama tiga hari tanpa memegang smartphone terus menerus. Tapi gagal pada hari pertama. Setelah membalas chat seadanya, saya malah buka Instagram selama dua jam. Padahal di instagram saya hanya lihat ig story orang lain, dan menonton video masak dan kucing :( Kenapa waktu selalu terasa lebih cepat saat di dunia maya ya?

Hari kedua, saya sedikit berhasil untuk tidak terlalu sering memegang smartphone. Setelah membalas chat sedikit, handphone langsung saya taruh di kasur. Membaca sebuah novel terasa menyenangkan tanpa diganggu oleh chat. Leganya. Selama seharian penuh saya hanya memegang handphone selama lima jam! Itu suatu kemustahilan menurut saya.

Hari ketiga, saya benar-benar gagal! Karena termasuk hari kerja, saya jadi memegang smarphone terus-terusan. Padahal yang saya buka hanya instagram, facebook, youtube, chat, balik lagi ke awal. Bahkan saya lupa kalau sedang menantang diri saya sendiri untuk meminimalisir gadget. 


Saya jadi bingung, sebenarnya gadget yang menjadikan saya budaknya atau seminim itukah kegiatan saya hingga hanya melihat gadget saja? Gimana dengan kalian, apa seharian penuh hanya memandang handphone saja?


Cheers!
Continue reading Smartphone not smart-person.

Selasa, 08 Agustus 2017

,

Masa sih cuma punya hati?

Aku cuma punya hati.. Tapi mungkin kamu tak pakai hati..

Pernah dengar lagunya? Atau mungkin kalian bacanya malah sambil nyanyi ya? Iya, itu salah satu lagu dari Mitha alumni Indonesia Idol judulnya Aku cuma punya hati. Waktu kelas 12 dulu, lagu ini selalu diplay temanku kalau ada kelas kosong. Langsung deh paduan suara dimulai kalau lagu ini sudah disambungkan ke speaker. Iya, speaker.

Pertama kali dengar lagu ini sih biasa aja. Cuma ikut nyanyi, belum paham liriknya. Aku tuh tipe orang yang nyanyi dulu, baru pahamin lagunya. Ada yang sama gak sih kayak aku gini? Setelah di putar sampai bosan, aku baru paham lagunya. Kalau kata temanku "Lagu cewek bego" Hahaha.

Sumber
Gak habis pikir sih sama liriknya. Kamu berbohong akupun percaya, kamu lukai ku tak peduli. Masa sih ada wanita yang segininya cinta sama orang. Dibohongin, dilukain teteup aja sayang. Gak marah gitu? Kenapa masih sayang aja sih? Kan nyakitin hati sendiri.

Apalagi pas lirik, Kau tinggalkan aku ku tetap di sini, kau dengan yang lain ku tetap setia. Aku jadi mikir, ini sebenarnya yang salah siapa sih... Kan si wanita ini sudah ditinggalin (diputusin) terus prianya udah punya wanita lain, teteup aja ditungguin. Bisa jadi wanita ini malah terobsesi sama prianya.. Iya gak sih?

Atau dari sudut pandang yang lebih ngenes, si wanita ini digantungin tanpa status yang jelas, terus si prianya itu selingkuh. Tapi wanitanya ini dengan sabarnya mau setia. Jadi... Siapa sih yang sebenarnya jahat? :(

Hingga akhirnya pikiranku terbuka karena cerita seorang teman. Jalan ceritanya persis dengan lagu ini. Makanya waktu dengar lagu ini aku jadi ingat dia dan pacarnya :( Maafin aku, Mbak :(

Aku akhirnya paham, kenapa ada wanita yang sedemikian baiknya. Sudah di bohongin, dilukai, ditinggal, diduain tetap aja mau terima pria itu dengan tangan terbuka. Rasanya pas dia cerita aku mau marah-marahin cowoknya! Kesel! Sudah jelas-jelas dapat wanita yang baik, masih aja disia-siain. Huh! :(

Aku sempat tanya sama dia, emangnya sahabat-sahabatnya gak marah dengan hubungan mereka? Kata mbaknya, bukan marah lagi, si pria ini malah sempat dilabrak sahabat-sahabat mbaknya. Diintrogasi, dikata-katain, beuh! Akhirnya cowoknya mulai berubah sedikit. Iya sedikit. Tapi bikin temanku bersyukur banget.

Ternyata kalau sudah pakai hati, logika gak bisa berbuat apa-apa ya :')
Continue reading Masa sih cuma punya hati?

Jumat, 13 Januari 2017

Zaman "Serba Salah"

Hallo! Assalamu'alaikum semua! ^_^/
Apa kabar? Semoga sehat selalu yaah! :) Soalnya akhir-akhir ini virus hoax menyebar di udara yang kita hirup~

Yaah, akhir-akhir ini kayaknya hoax makin menjadi-jadi di negeri kita tercinta ini. Mulai dari hal-hal yang gak penting, seperti 1 share 1 doa sampai berita tentang kepemerintahan jadi sasaran empuknya. Ternyata makin mudah suatu berita didapatkan, makin sulit mencari kebenarannya.

Dulu semua berita harus positif, apalagi menyangkut 'pemerintah'. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan citra pemerintah di mata masyarakat. Dan juga menjaga kepercayaan masyarakat akan pemimpinnya. Yah bisa dibilang metode tersebut berhasil meningkatkan citra pemerintah di mata masyarakatnya. Zaman itu semua penduduk merasakan kemudahan. Barang-barang murah, sembako murah, beras terhampar banyak, petani terselamatkan. Walaupun suasana negeri penuh dengan ketakutan dan kecemasan.

Kini kebebasan pers semakin ditegakkan. Sisi baiknya, kita bisa mengemukakan dan memberi saran kepada pemerintah. Apa saja yang diinginkan masyarakat, bagaimana tanggapan atas pembangunan sesuatu, atau meninjau hasil kerja gubernur bisa dicari menggunakan google. Ok, google~

Semua yang mempunyai sisi baik pasti memiliki kubu negatif. Kebebasan pers ini juga merupakan salah satu yang paling banyak dampak negatifnya. Apalagi di zaman serba canggih. Kalau mau jadi penulis artikel bisa buat website dan tulis deh sesuka hati (seperti yang sedang aku buat ini haha). Akibatnya banyak berita-berita yang terkesan buram dan samar. Hingga akhirnya membuat pembaca bingung mana yang benar dan mana yang hanya dibenar-benarkan.

Membaca berita sekarang membuat serba salah. Baca berita yang ditulis media A, isinya memuja pemerintah. Mengungkapkan apa saja hal-hal baik yang pernah dilakukan pemerintah, dan pasti dengan bukti dan fakta yang menyejukkan. Senang sekali membacanya, serasa Indonesia akan menjadi negara maju dengan segera :)

Pindah ke berita yang ditulis media B, isinya mengkritisi pemerintah. Hal-hal yang tidak berhasil dilakukan pemerintah, kesalahan yang dilakukan pemerintah, muaknya pada koruptor yang tak juga tertangkap, dan juga disertai bukti dan fakta yang riil. Membacanya seakan-akan ikut terbakar, kesal pada koruptor tersebut.

Baca lagi berita lain, dengan media yang beda juga. Isinya tentang isu-isu seputar artis. Entah itu perselingkuhan, perdukunan, pernikahan, dan anak-anaknya. Sepertinya urusan artis juga hal yang harus dikomentari juga. Mungkin memang menyenangkan mengobrol tentang aib seseorang :(

Banyaknya media berita ini membuat pembaca bingung dengan berita yang sebenarnya. Dan pihak-pihak yang bersangkutan juga biasanya membiarkan saja hal tersebut sebagai salah satu upaya untuk menaikkan tingkat ketenarannya. Pembaca dibiarkan berasumsi dengan imajinasi yang dibuatnya sendiri. Mungkinkah dia selingkuh dengan artis? Atau mungkin dia malah mau jadi pejabat di daerah Y? Sepertinya, mungkin, dan teman-teman asumsi lainnya.

Bingungnya menghadapi situasi ini. Hoax yang didapat bukan sekadar satu atau dua website. Bahkan media televisi dan koran juga ikut terjangkit virus itu. Mungkin memang benar virus ini ingin menularkannya pada semua orang hingga dia ikut menyebarkan berita hoax dengan meyakinkan.

Ah ya, satu lagi. Sebenarnya kita hanya membaca, melihat, dan setuju pada apapun yang sesuai dengan pemikiran kita saja. Jadi lebih baik ikuti kata hatimu saja, itupun jika hati kita masih benar-benar bersih :(


Hati-hati berita hoax menyerang dimana saja~
Continue reading Zaman "Serba Salah"

Senin, 29 April 2013

Jangan Salahkan Hijabnya!

Bismillahirrahmanirrahim.
Pernah mendengar omongan orang “Jangan pake Jilbab deh kalo Sikap Lo masih kayak cewek gak bermoral!” atau “Mendingan Lo lepas jilbab Lo deh kayak kita begini, daripada Lo pake  kerudung tapi sikapnya lebih daripada cewek gak kerudungan! Gak malu sama Kerudung?”.


Astagfirullah, itu salah loh sebenernya. Jilbab itu kan perintah Allah buat setiap muslimah, dan bukan untuk mengukur moral seseorang. Jadi jangan salahkan jilbabnya dong, tapi jangan juga kalian salahkan orangnya.
Lebih baik kalian Muhasabah diri kalian masing-masing. Apakah saya  lebih baik daripada dia? Seenaknya memberi komentar seperti itu? Belum tentu Saya lebih baik daripada dia, atau Saya malah lebih buruk daripada dia?


Coba kalian fikir lagi teman, Hijab itu adalah perintah Allah dan perintah Allah itu “Wajib” dikerjakan. Apa kamu sudah memakai Hijab seenaknya member komentar seperti itu? Kalau belum, tentulah lebih baik dia yang telah melaksanakan perintah Allah daripada kamu yang belum memakainya. Kalau sudah, kamu juga lebih baik dari dia, karena :
1.      Kamu membicarakan dia tanpa tahu faktanya.
           Tapi jika itu benar-benar tejadi dan kamu mengetahuinya lebih baik kamu diam saja, karena membicarakan aib seorang muslim itu tidak baik dan dosa (Ghibah).
2.      Jika kamu salah memberitahukan orang tentang dia, kamu terkena dosa 2 kali yaitu Fitnah dan Ghibah.


Ingat! Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Dan lidah lebih tajam dari Pedang! Maka jagalah omonganmu itu!


Jadi, jangan pernah menggunjingkan orang yang belum kamu kenal. Karena :
“Orang yang membicarakan belum tentu lebih baik dari yang dibicarakan”




Continue reading Jangan Salahkan Hijabnya!

Kenapa Memakai Kerudung?

Bismillahirrahmanirrahim.





Pernahkah kamu merasa jadi orang Aneh? Aku pernah merasa dianggap Aneh karena memakai suatu hal yang menurut orang-orang pada zamanku dulu belum HARUS dipakai pada anak seusia aku.


Dahulu, waktu Sekolah Dasar aku pernah disuruh oleh Papaku untuk memakai kerudung. Tetapi aku menolaknya, maklumlah aku masih anak-anak masih ingin bergaya, memakai baju yang modelnya macam-macam. Dan Papaku pun tidak memaksakan untuk menyuruhku memakainya lagi.


Waktu terus berlalu. Hingga aku kelas 4 SD saat liburan, aku ingat sekali Papaku menyuruhku hal yang sama. Aku bingung, disatu sisi aku ingin memakai Kerudung, tapi di sisi lain aku malu. Malu karena dulu teman-temanku tidak ada yang menggunakan kerudung. Bukan karena mereka Kristen semuanya, tetapi karena kami asli SD Negeri yang hanya mengandalkan kemampuan Lahir saja. (Ini dulu!)


Tapi entah mengapa, aku sangat ingin memakainya, dan aku putuskan untuk berrkerudung sejak saat itu. Alhamdulillah.


Awal masuk sekolah, semua temanku bertanya-tanya alasanku berkerudung, bahkan sampai ada yang berbicara “Kita kan masih kecil, jadi nanti aja pake kerudungnya kalo udah SMA”. Aku Cuma tersenyum, karena aku bingung mau menjawab pertanyaan mereka yang seperti kereta api itu. Hehe..


Tapi akhirnya satu sahabatku memakai kerudung juga. Dia sangat cantik saat memakai kerudung, terus terang saja aku saja sampai iri melihat kecantikannya. Dan setelah dia, akhirnya banyak teman sekelasku yang memakai kerudung juga, Alhamdulillah.


2 tahun kemudian aku pindah ke daerah Cipayung, Jakarta Timur. Aku mengenal mereka rajin shalat, sampai aku malu dengan diriku sendiri karena waktu itu aku masih bolong-bolong shalatnya.


Disana, lagi-lagi aku ditanya, “Kenapa pake kerudung?”, “Dari kapan Pake kerudung?” dan lain-lain. Aku heran, kenapa semua orang yang baru mengenalku selalu menanyakan kerudungku? Apa ada yang aneh? Apa mereka tidak pernah melihat orang yang berkerudung? Batinku merenung.


Setelah aku lulus SD dan melanjutkan ke SMP Negeri juga, aku khawatir kalau-kalu ada yang menanyakan seperti itu lagi kepadaku. Aku bingung harus menyiapkan jawaban apa, karena aku masih tidak mengerti hukumnya wanita berjilbab.


Tapi ternyata aku keliru, di SMP itu banyak anak-anak yang berkerudung. Karena kebanyakan mereka dari Madrasah. Aku senang sekali, aku punya teman dan tak perlu takut ditanyakan “Kenapa aku berkerudung?”.


Oh iya, walaupun dulu aku sudah berkerudung di sekolah, tetapi di rumah aku tak berkerudung. Dan jelas sekali, saat aku tak berkerudung aku dibilang “Tomboy” karena style-ku yang menurut Mamaku terlalu Cowok banget. Dan aku senang dibilang seperti itu, karena menurut pandanganku Tomboy itu keren! Tidak tahu alasannya apa, pokoknya keren saja!


Sampai akhirnya aku kelas 8 SMP, aku malu sendiri. Aku malu karena hanya memakai kerudung di sekolah saja, kesannya gak niat banget aku pake kerudung kayaknya. Aku memikirkan itu berhari-hari. Dan saat aku bingung dengan fikiran itu, aku melihat seorang Ukhti yang cantik dengan jilbab lebarnya dan aku langsung tak ragu-ragu lagi! Aku percaya aku bisa memakai kerudung saat keluar rumah. Dia saja bisa kenapa aku ngga? Iyakan?


Dan lagi-lagi saat aku bertemu temanku aku ditanyakan. “Kenapa pake kerudung? Lagi Insaf? Biasanya ngga jugaan”.


Kata itu lagi yang aku dengar. “Apa aneh ya? Seorang wanita yang rambutnya ditutupi dengan hijab? Bukannya tambah cantik?” Tanyaku pada dia.



“Iya sih, tapi kan Lo biasanya Tomboy. Haha” kata dia diiringi gelak tawa teman-temanku. Apa salah seorang Tomboy memakai kerudung untuk menutupi ketomboyan-nya? Lagi-lagi batinku bertanya.


Dan sampai sekarang aku masih berkerudung, walaupun belum istiqamah dengan memakai jilbab lebar seperti ukhti itu. Tapi InsyaAllah aku akan terus berusaha agar bisa menutup aurat dengan sempurna selamanya. Dan jika ditanya “Kenapa kamu berkerudung?”


Akan aku jawab “Aku berkerudung, karena ini adalah perintah Allah kepada semua Muslimah. Dan kerudung dapat menjauhkan aku dari zina mata bukan mahramku memandang tubuhku dengan bebas karena semua tubuh wanita adalah AURAT”.
Continue reading Kenapa Memakai Kerudung?