Tampilkan postingan dengan label Simple Impression. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Simple Impression. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 April 2019

,

Kala Itu #2

"Mbak Manzila?" tanya seorang pengemudi ojek online berjaket hijau di depanku.

"Iya, pak." aku mengangguk.

"Maaf ya, mbak telat. Pancoran macet banget, lampu merahnya mati!" katanya seraya mengulurkan helm berwarna hijau.

Aku segera memakai helm tersebut dan naik di motornya, "Gapapa, pak. Tapi kalau bisa agak ngebut ya, soalnya mau reuni nih, pak!"

"Wih, reunian sama teman SMA ya, mbak? Saya udah lama nggak ketemu sama temen SMA saya..." ujarnya semangat sambil terus bercerita. Entah telingaku yang agak budeg atau suara si bapak yang kalah kencang dengan kecepatan motornya, aku sama sekali tidak mendengar apa yang dia ceritakan. Jadi hanya menjawab seadanya; haha-hehe dan iya-tidak saja,




Lima belas menit kemudian aku sampai di sebuah restoran makanan Korea. Setelah celingak-celinguk mencari keberadaan mereka, kulihat segerombolan wanita berkerudung di pojok ruangan, tepat di bawah AC. Aku berusaha mendekat sambil tetap memakai masker.

"Manzi! Gue kira lo beneran nggak dateng!!" teriak Sitta begitu jarakku kurang lebih dua meter dari sana. Aku melambaikan tangan.

"Ziiiilll, kangennn!! Kata kamu nggak bisa dateng?" sambung Anisah kemudian. Sambil mengisyaratkan untuk duduk di sebelahnya.

"Kamu kayak nggak tau Manzila aja, dia kan suka pick n bonny!" jawab Nabila. Aku hanya menjawabnya dengan tertawa. Lulux memandangku dengan sebal karena dibohongi, sedangkan Cao mengangkat wajahnya sebentar lalu kembali fokus dengan handphone di tangannya.

Setelah memanggil pramusaji dan memesan, aku menolehkan pandangan ke arah mereka. "Cerita apaan sih heboh banget? Cantik-cantik masih aja ketawanya kayak speaker masjid."

"Biarin apa, namanya juga ketemu temen, Zil." jawab Anisah dengan cepat. "Eh Luxy! Kemarin aku udah baca novel kolaborasi kamu sama Cao. Gambarnya bagus, ceritanya juga!" sambungnya lagi.

Luxy membenarkan cara duduknya, pertanda bahwa dia akan memulai ceritanya.

"Tapi sini masih kesel sama editornya, masa rambut sama tiara yang dipakai di cover harus diubah. Mana bajunya juga diminta lebih tertutup. Inikan novel fantasi bukan novel religi!" respon Cao sambil memotong daging di piringnya dengan sebal.

"Iya! Itu kan cerita tentang Succubus! Masa Succubus bajunya tertutup? Katanya biar nggak mengundang. Udah tau ceritanya tentang Succubus!" ujar Lulux dengan semangat kekesalan tinggi.

"Harusnya kamu kasih ke dia foto yang nggak pake baju, Luxy! Pasti dia langsung setuju deh!" timpal Nabila.

Sitta merespon ucapan Nabila dengan tabokan cukup keras sambil tertawa. "Gila lo ya! Yang seksi aja nggak diterima apalagi yang begitu. Pasti disimpen sama editornya!" kami tertawa.

Setelah hampir satu jam bertukar cerita tentang kabar masing-masing, tiba-tiba Anisah bertanya yang membuatku tersedak, kaget. "Zil, kamu udah punya pacar belum sih?" tanyanya sambil menatapku dengan serius.

"Kalo tanya sesuatu, tolong waktu selesai aku ngunyah makanan ya. Kaget ini." ujarku setelah meredakan batuk. Anisah hanya tertawa jahil sambil menunjukkan peace dengan dua jarinya.

"Eh iya, emang kamu udah punya pacar, Zil?" ulang Nabila. Aku mengangguk sekilas sebagai jawaban.

"Cerita dong!! Punya pacar diem-diem aja sih!" sambungnya.

"Emang dikekepin bae, takut ada saingan kali."

"Bukannya dikekepin, Sit. Masa gue harus bikin video berdua dia terus kirim ke grup sambil pamer 'hai temanku, inilah pacarku' gitu?." ujarku membela diri.

"YAA NGGAK NGOMONG BEGITU JUGA KALI!" sambung Sitta kemudian. "Cerita kek tentang cowok lo, atau ngepos foto. Ini mah boro-boro ngepos foto bareng, story aja nggak pernah!"

Aku meringis. "Itulah gunanya, biar kalian semua penasaran dan bertanya langsung pada saya."

"Oke, jadi Manzila. Coba ceritakan seperti apa laki-laki yang bisa memikat kamu? Aku perlu tau." sahut Lulux menengahi.

"Aduh, gimana ya maksudnya?" tanyaku sambil meringis (lagi).

"Ya, apaan kek, Zil! Ganteng, pinter, lucu, apa yang kayak Namjoon BTS?"

"Apa mirip sama si mantan dulu? Anak Futsal, punya lesung pipi?" celetuk Sitta.

"Kalian ngapain nanya gituan sama orangnya, minta aja nama instagremnya." cetus Cao dengan santainya.

Semua teman-temanku berteriak menyetujui, membuat keributan kecil yang berefek pandangan risih orang-orang. Setelah mendapatkan dan melihat-lihat akun instagrem cowok itu, mereka mengangguk-angguk sok paham.

"Oh, jadi selera kamu yang seperti itu, Manzila." Lulux memulai komentarnya. "Ya, aku paham lah. Apa yang membuat kamu suka sama dia."

"Kok kamu paham? Kan aku belum cerita?! Jangan-jangan kamu jadi suka juga sama dia?!" jawabku.

"Apa sih.. Kamu alay juga ternyata ya, Zil!" ujar Nabila sambil menatapku dengan pandangan jijik, lalu tertawa.

"Ceritain apa, Zil. Awal kenalnya gimana? Kenapa bisa jadi deket dan pacaran akhirnya?" tanya Anisah dengan penuh rasa penasaran.

Semua yang di meja mengangguk setuju, kecuali Cao yang sibuk dengan handphone-nya dan Lulux yang hanya menatapku datar tapi seakan minta segera bercerita.

"Gimana ya.." aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Tatapan mata teman-temanku yang seakan memaksa untuk segera-cerita-atau-kami-akan-membuatmu-membayar-makanan-ini akhirnya membuka mulutku. Rasanya tidak terbiasa menceritakan kehidupan pribadi di depan orang banyak seperti ini. Aku canggung sendiri, padahal mereka mendengarkan dengan serius, sambil sesekali bertanya dan merespon dengan senyum.

"Lo beneran suka sama cowok ini, ya, Man?" respon Sitta setelah ceritaku selesai.

"Hah, kenapa emangnya?"

Mereka saling menatap beberapa detik kemudian tertawa. "Lo gak sadar emang dari tadi ceritain dia, muka lo sumringah banget!"

Aku menutup mukaku menahan malu. Mereka tertawa sambil meledekku yang menyembunyikan wajah di balik telapak tangan. Setelah agak mereda, tiba-tiba Anisah mengajukan pertanyaan yang sama denganku untuk Cao.

Cao yang tadinya masih tertawa langsung mengubah raut wajahnya menjadi datar. Gantian aku yang tertawa melihat ekspresinya yang seakan berkata kenapa-harus-bertanya-tentang-aku.

"Dia mah orangnya lurus aja. Di kantor ada cowok yang ngejar-ngejar dia, malah nggak mau deket-deket. Ngeri katanya." jawab Sitta.

"Lah, Cao! Kamu gimana sih! Harusnya kalau ada yang ngejar-ngejar, kamu harus kejar balik lah! Kamu nggak ingat apa yang aku ajarkan ke kamu?!" Luxy merespon dengan ekspresi sebal.

"Ya gimana sini nggak ngeri. Itu orang nyapa mulu tiap ketemu di mana pun dan kapan pun. Berasa kantor yang gede jadi sempit banget gara-gara ketemu manusia itu mulu!"

Kami tertawa kencang mendengar respon Cao. Bertemu mereka selalu membuat moodku jauh membaik. Sehat selalu kalian, ujarku dalam hati sambil menatap mereka semua.



***


Tolong ya, ini fiksi. Aku belum punya pacar kok. Trims.

Continue reading Kala Itu #2

Jumat, 15 Februari 2019

,

Kala Itu #1


Mendung masih menggelayuti pagi awal November. Hari ini aku libur bekerja, setelah sebulan penuh berkutat di depan laptop. Sejuknya udara membuatku malas untuk sekadar bangun dan mencuci muka. Selepas Shubuh tadi, aku hanya berkutat dengan Smartphone dan tidur-tiduran di kasurku saja. Hari yang tepat untuk bermalas-malasan.

Tring! Tiba-tiba sebuah notifikasi masuk ke Smartphone yang sejak tadi aku genggam. Dari gank-ku SMK dulu, Master Mind. Berisi 6 orang perempuan yang sering berpikir jika sedang berkumpul. Aku, Anisah, Sitta, Lulux, Nabila, dan Cao. Sebuah pesan panjang dari Anisa, yang berisi kerinduan kepada kami. Dan karena satu notifikasi itu, muncul beberapa notifikasi lain yang membuat Smartphone-ku menjadi berisik.

Perbincangan kami terus berlanjut di chat tersebut. Dari mulai membicarakan hal yang membuat kerinduan semakin memuncak, sampai membuat rindu itu terkikis oleh rasa kesal. Aku terkekeh, bagaimana bisa setelah 3 tahun tidak bertemu kami masih seperti remaja labil? Ah, rindu itu terasa semakin menggumpal saja.

Image result for cafe
Source

Kamis, akhir November. Café la Mind siang ini tetap ramai seperti biasanya. Aku duduk sendirian dibangku yang bersebelahan dengan kaca. Kami berencana untuk temu kangen siang ini, setelah melewati beberapa ‘sidang’ alot yang dipimpin oleh Lulux. Sempat terlintas di pikiranku, yang dulunya jika ingin bertemu tinggal kunjungi rumahnya saja, sekarang harus mengatur jadwal agar tidak bentrok. Ah, waktu.

Satu per satu mereka datang, di awali dengan Lulux dan Sitta. Lalu Cao yang datang langsung mengeluarkan handphonenya, Nabila, dan terakhir Anisah sambil tertawa-tawa, seperti biasa. Aku tersenyum menatap mereka, agak canggung. Lima belas menit kami lalui dengan kecanggungan luar biasa. Aku ,orang yang tidak bisa mencairkan suasana hanya menatap sekitar café sambil berpikir kata apa  yang tepat untuk memulai percakapan.

“Masa gini-gini aja?” ujar Lulux tiga menit kemudian sambil menahan kesal. Kami semua menengok ke arahnya. “Katanya mau ketemu tapi sibuk semua sama kegiatan masing-masing!” tambahnya lagi.

Kulihat Nabila meringis sedikit. Anisah dan Sitta saling tatap kebingungan. Aku menatap Lulux sambil tertawa pelan. “Ya emang mau gimana, Luxy?” jawabku. Cao masih asyiik dengan handphonenya.

“Ah, gatau ah! Kalian udah gak asik. Yaudahlah, aku juga gak deket sama kalian!” Lulux berkata dengan wajah merengut. Kami terbahak. Mengingat wajah orang yang dulu kalimat-kalimatnya sering kami ucapkan itu. Dan akhirnya setelah itu kami mulai bisa menyesuaikan diri. Yah, Lulux memang yang paling mampu mengubah suasana.

Pembicaraan kami tidak terfokus pada satu topik. Semua kami bicarakan. Tertawa hingga mengeluarkan air mata, menangis, sampai tertawa lagi, hingga kami menjadi pusat perhatian. Sampai tiba waktu Ashar, kami berempat menuju Masjid terdekat untuk menunaikan Shalat Ashar.

Related image
Source

“Eh, aku punya pertanyaan buat kalian!” Lulux berkata semangat setelah selesai merapikan mukena. “Jawab ya, buat bahan tulisan aku di novel nanti.” Tambahnya.

“Apaan?” ujar kami berbarengan.

“Kalau kalian diminta untuk memilih, kalian milih teman atau uang?” Lulux mencari posisi nyamannya, lalu berujar lagi “Jawab dari… Anisah dulu deh. Oh iya sama alasannya ya!”

Anisah hampir ingin protes, tetapi Lulux segera menjawabnya dengan menempelkan telunjuknya ke bibir Anisa menyuruhnya untuk diam.

“Huh, kenapa aku sih!” protes Anisa pelan. Ia berpikir beberapa menit, lalu melanjutkan perkataannya. “Kalo aku pasti lebih milih temen! Soalnya temen itu lebih berharga daripada uang, iya gak, Zil?” tanyanya padaku. Aku hanya tersenyum sebagai jawaban.

“Kalo kamu, Nabila?”

Nabila yang sedang sibuk membetulkan posisi pashminanya kaget, ia mengomel sebentar, lalu melanjutkan kegiatannya tadi. “Sebentar.” Ujarnya.

“Kalo aku, lebih milih Uang.” jawabnya bangga. “Karena kalo kita punya uang, nanti temen juga bakal dateng sendiri ke kita. Kan, Zil?” Tambahnya. Aku meringis. Kenapa semua pendapat harus ditanyakan lagi kepadaku?

“Kalo kamu gimana, Sitta?” Sambung Lulux lagi.

Sitta diam sebentar, memilih kalimat yang tepat. “Aku milih teman. Uang gampang dicari. Teman yang baik susah dicari.”

Lulux menganggukan kepalanya lalu menoleh ke arah Cao yang sibuk dengan handphone-nya. “Kamu, Cao?”

“Sini pilih teman yang punya banyak uang. Biar bisa dijajanin kalo lagi main.” jawabnya santai tanpa memalingkan wajah dari handphone-nya. Kami semua tertawa. “Aku juga mau kalo gitu mah!” pungkas Anisah

“Kalo menurut kamu gimana Manzila?”

“Aku gak bakal milih dua-duanya.” Jawabku.

“Ih! Gak bisa gitu, Manzila! Kan disuruh milih! Ya harus pilih!” ujar Anisah protes.

“Anisah diem dulu apa! Manzila belum selesai ngomong!” jawab Lulux gemas. Anisa tersenyum 3 jari sambil membentuk jarinya menyerupai huruf ‘v’.

“Aku gak pilih dua-duanya soalnya uang dan teman itu kebutuhan yang sama. Dan gak bisa dibandingkan atau dilepaskan salah satunya.” Ujarku. “dan kamu tahu sendiri, Lux. Kalo aku gak bisa pilih salah satu, jadi mendingan aku gak pilih dua-duanya biar adil. Hehe” ujarku dengan cengiran bodoh.

“Itu alasan kenapa aku milih kamu paling akhir, Manzila. Coba aku minta pendapat kamu duluan pasti mereka pada jawabnya samaan semua.” Kata Lulux menimpali jawabanku.
Anisah dan Nabila tampak ingin memprotes, tetapi keduluan oleh pertanyaanku. “Kalo menurut kamu, Luxy?” tanyaku.

“Aku bakal milih dua-duanya.” Ujar Lulux santai. “Stt! Diem dulu aku belum selesai ngomong!” tambahnya setelah melihat Anisah ingin protes lagi. Aku tertawa  sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Anisah yang dari dulu tidak berubah itu.

“Dengan aku milih dua-duanya aku bisa punya teman, juga bisa punya uang. Aku bisa bantu teman aku kalo aku punya uang.” Lulux meminum airnya sebentar. “Maap, Haus. Hehe… sampai mana tadi kita? Oh iya, dan aku juga gak bilang untuk pilih salah satu kan? Aku Cuma bilang pilih aja. Pilihan gak selalu dua kok. Ada pilihan ketiga, empat, lima, dan seratus kalo kamu mau malah.” Tambahnya.

Aku tersenyum. Yah pribadi kami memang diciptakan bertentangan satu sama lain. Tapi kami mencoba membuatnya menjadi suatu bentuk yang unik dan utuh. Lulux dengan seluruh filosofinya, Nabila dengan segala kekonyolannya, Anisah dengan semua keceriaannya, Sitta dan segala sarkastiknya, juga Cao dengan pikiran-pikirannya.

Sore ini, di akhir November. Aku melihat kembali lima temanku berwujud anak SMK. Waktu terasa mundur dan aku menyaksikan kelima temanku memakai baju putih abu-abu. Berkumpul di kantin sekolah sambil memesan es teh dan indomie rebus. Tertawa karena sebuah cerita konyol yang kami karang sendiri.

Semoga kami selalu baik-baik saja.


Sabtu, 16 Oktober 2015
Continue reading Kala Itu #1

Kamis, 10 Januari 2019

Interview di PT Wiratama Kreasi Komputindo (WKK)

Assalamu'alaikum! Hallo!

Beberapa waktu lalu, aku sempat dapat undangan wawancara melalui email dari PT. WKK. Aku sempat bingung, karena nggak merasa melamar ke perusahaan itu, kenapa tiba-tiba ada undangan wawancara. Eh setelah aku baca dan cek salah satu portal job online, ternyata aku melamar ke PT. Wiratama Kreasi Komputindo, yang lebih dikenal dengan PT. WKK.

sengaja aku sensor
karena email itu rahasia :p
Hayo, sebelum ketemu blog ini kalian pasti baca thread di Kaskus yang isinya kurang mengenakan di perusahaan tersebut kan? Jangan suudzhon dulu! Perusahaan itu benar ada dan nggak dipungut biaya apapun waktu interview kok. Kalian bisa baca website perusahaan di www.wkk.co.id untuk tahu lebih jelas tentang perusahaan ini.

Awalnya aku juga sempat ragu mau ke sana, ya karena baca review di kaskus itu. Selain itu, setelah aku cek melalui aplikasi Trafi, ternyata jaraknya jauh banget dari rumahku. Kurang lebih dua jam perjalanan memakai Transjakarta. Tapi karena baca review itu juga, aku malah penasaran. Masa bohong sih?

Akhirnya aku balas emailnya menyatakan kalau aku akan datang untuk wawancara. Aku nggak tahu sih harus balas atau nggak, tapi akhirnya aku balas dan berterima kasih.

Pada tanggal yang ditentukan, aku berangkat dari rumah pukul 7.35 naik transjakarta menuju Monas lalu transit ke Kota (koridor 1), lalu transit lagi menggunakan koridor 12, turun di halte Kemayoran Landas Pacu. Dari halte itu, aku naik Gojek ke Tower Fontana, kira-kira hanya sekitar 5 menit kalau naik Gojek. Sampai di sana pukul 9.45 dan sudah lumayan banyak yang datang.

Bisa dibilang kantor mereka terletak di apartemen. Karena di apit oleh apartemen juga. Oiya, jangan lupa bawa KTP asli! Di sana harus tukar identitas dengan ID Card soalnya. Kurang lebih lima belas menit menunggu, kami dijemput oleh salah satu staff PT. WKK dan diminta untuk mengisi absen. Berdasarkan absen pelamar hari itu, kami dibagi dua sesi dan aku masuk sesi kedua. Yaudah, aku duduk-duduk cantik dulu di lobby Towernya sambil ngobrol dengan pelamar lain.

Beberapa menit kemudia kami diminta ikut ke lantai 23. Ternyata karena ruangan yang cukup untuk pelamar, kami diminta bergabung juga. Setelah pengenalan perusahaan, kami diminta mengumpulkan CV, surat lamaran dan data pribadi pelamar (lampiran melalui email).

Setelah pengumpulan CV itulah tes kami dimulai. Tahap pertama, diminta menghitung intensif penjualan. Aku nggak tahu cara menghitungnya, jadi aku isi semampunya aku aja deh :( Lalu tes kepribadian (disc psikotes), jangan lupa isi sesuai diri kamu ya!

Lalu tahap dua, tes mengetik cepat. Tes ini penting banget kata mereka buat mengukur seberapa cekatan kita dalam mengetik dokumen. Lumayan, hasilku baik. Bukan karena latihan, tapi berkat nulis blog XD

Setelah dua tes tersebut, kami dipersilakan istirahat dahulu selama satu jam. Aku memilih untuk turun ke lobby lagi dan cari kantin. Tapi nggak ketemu :( Aku nggak tau kantinnya di mana :( Akhirnya aku sama pelamar lain duduk di lobby luar sambil ngobrol. Untungnya aku bawa air minum, jadi nggak haus deh :'D

Jam 1 siang, kami balik ke ruang tadi. Lalu masuk ke tes terakhir, yaitu wawancara. Aku kebagian diwawancarai oleh staf laki-laki dan urutan (hampir) terakhir. Jadi deg-degannya berasa banget, euy! Soalnya keburu dengar cerita pelamar lain. Hahaha.

Apa aja materi yang diwawancara? Pokoknya tentang diri kamu dan kenapa mau masuk perusahaan itu deh. Aku nggak mau kasih detil banget, rahasia perusahaan loh! :p Dan jawabannya akan diinfo maksimal satu bulan dari interview. Lumayan lama ya, gumamku di sana waktu itu.

Ah iya, di wawancara ini aku jadi sadar kalau aku belum ada persiapan sama sekali. Karena sudah lama banget aku nggak wawancara, jadi agak terbata. (Pelajaran selanjutnya, akhirnya sekarang aku persiapkan lebih matang lagi untuk wawancara langsung begini).

Setelah wawancara, pelamar dibolehkan untuk langsung pulang. Waktu ke luar gedung, ternyata cuacanya mendung banget. Aku buru-buru pesan gojek dan pamit pada teman yang aku kenal di sana. Sampai halte TJ, gerimis mulai turun. Alhamdulillah nggak kehujanan :D

Ah iya, transjakarta di sini lumayan sedikit armadanya. Aku menunggu cukup lama, kurang lebih setengah jam dan baru Transjakarta yang lewat menuju Kota dan penuh banget! Tapi untungnya, dari Kota sampai rumahku, aku naik TJ yang sepi jadi bisa meluruskan kaki. Hehehe.

Gitu deh ceritaku wawancara di PT. WKK. Kalau kalian menemukan tulisan ini, aku yakin kalian dapat undangan wawancara dan sedang galau mau datang atau nggak. Datang aja! Perusahaannya bukan penipuan kok, dan nggak diminta bayaran apapun!

Semoga lancar wawancaranya! Cheers!♥
Continue reading Interview di PT Wiratama Kreasi Komputindo (WKK)

Rabu, 14 November 2018

Buka Rekening di CIMB Syariah

Assalamu'alaikum!

Image result for cimb syariahHaiii!! ^^

Jadi kali ini aku mau berbagi pengalaman gimana cara buka rekening tabungan CIMB Syariah yang sebenarnya aku buat sejak tanggal 01 Oktober kemarin, tapi baru sempat ditulis sekarang ceritanya. Huhu.

Alasan aku buka rekening di bank ini karena bebas biaya admin! Hahaha. Selain itu, aku juga penasaran banget sih, secara di sekitarku rata-rata hanya punya bank-bank lokal aja, seperti BCA, BNI, dan lain-lain. Punya rekening yang nggak banyak dimiliki orang ada rasa kebanggan sendiri menurutku. Tenang! ATM bank ini cukup mudah di cari di sekitar Jakarta. Atau bisa juga menggunakan ATM Link, ATM Bersama atau Prima. Untuk tarik tunai, tidak dikenakan biaya admin, sementara untuk transfer ke rekening bank selain CIMB dikenakan biaya admin sebesar Rp6.500.


CIMB ini merupakan bank milik tetangga, yaitu Malaysia. Sebenarnya aku juga baru tahu dua tahun terakhir kalau ada bank yang namanya CIMB Niaga. Padahal setelah aku cek wikipedia, ternyata CIMB sudah ada di Indonesia sejak 1955 loh. 

Kalian tahu kenapa?

Karena dulu namanya adalah bank Niaga, lalu tahun 2008 namanya resmi berganti menjadi CIMB Niaga setelah seluruh kepemilikan saham berpindah ke CIMB group.

Langsung ke inti ceritanya aja. Setelah diinfo melalui twitter @CIMBNiaga mengenai KCP terdekat, aku langsung datang ke Gedung Menara Sudirman. Berangkat ke sana dengan menggunakan Go-jek, karena masih bingung jalannya, padahal aku hampit tiap hari lewat situ. Hahaha. Ingat di Menara Sudirman yaa, bukan di gedung CIMB-nya.

Ini lho tempatnya!

Sampai di sana, aku diarahkan bapak security untuk langsung masuk ke dalam. Ternyata letaknya cukup terlihat mata, ada di lantai 1 sebelah kanan. Aku agak menyesal nggak sempat foto :(

Antrean untuk buka rekening
nggak sebanyak nomor itu kok!
Aku datang sekitar jam setengah sebelas siang. Nggak terlalu ramai karena aku datang hari Selasa. Setelah diberikan nomor antrean oleh pak Satpam, aku diminta untuk menunggu sebentar.

Setengah jam menunggu, aku masih main game di handphone. Satu jam, aku mulai bosan main game, akhirnya nge-chat temanku, ngomongin mas-mas gojek yang ternyata teman dia.

Satu setengah jam kemudian, aku akhirnya dipanggil T-T Alhamdulillah. Datang dari sebelum Adzan Dzuhur, baru dipanggil setelah Dzuhur. Lama banget, huhuhu. Tapi yang aku lihat, di sana cuma ada satu Customer Service yang melayani. Dan kebetulan pas aku datang, CS-nya sedang tidak ada di tempat dan meninggalkan satu customer juga. Entah sedang apa, aku nggak tahu. Mungkin istirahat atau early lunch. Tapi nggak apa-apa sih, soalnya aku emang pengin banget punya rekening ini jadi aku sangat sabar untuk menunggu. Hahaha.

Sambil meminta maaf, mbak CS-nya menyilakan aku untuk duduk, lalu bertanya butuh bantuan apa. Karena sebelumnya aku sudah baca-baca jenis tabungan di sini. Aku langsung bilang ingin buka rekening CIMB syariah dengan akad Wadiah. Bagi yang belum tahu, akad Wadiah ini khusus tabungan, nggak seperti akad Wakalah yang uangnya dikelola bank untuk bantuan usaha bagi hasil. Kalau produk di CIMB ini namanya Tabungan iB Xtra Wadiah.


Ini pemandangan di depanku. Simpel dan
rapi banget.
Sambil mengisi formulir pembukaan rekening, mbak CS bawain aku air mineral dingin. Kasihan katanya, soalnya nungguin dari sebelum Dzuhur belum dipanggil-panggil. Alhamdulillah mbaknya pengertian T^T Aku sempat tanya, CIMB Syariah terdekat di daerah Jakarta Selatan itu di mana? Ternyata semua cabang CIMB pasti bisa buka rekening CIMB Syariah kok! Tau begitu aku ke Gatot Subroto aja yang dekat.

Kelengkapan dokumen yang diminta hanya KTP dan NPWP. Kalau nggak punya NPWP juga nggak apa-apa kok. Masih mengisi form buka rekening yang seperti ikut ujian itu, Mbak CS menawarkan aku untuk daftar M-banking dan E-banking-nya. Tentu saja aku mau. Emang ini yang aku butuhkan kok! Kemudahan bertransaksi, apalagi m-banking. Aku cinta m-banking (padahal niat awal buka rekening adalah untuk menabung. Hahaha).

Oh iya, untuk rekening ini. Kita nggak dikasih buku tabungan lagi. Hanya kartu ATM saja. Kalau mau cek-cek mutasi bisa dilihat di M-banking atau E-banking aja. Paperless! Aku suka. Dan kalau ATM hilang, bisa diganti di tempat kalian buka rekening awal. Jangan sampai hilang ya!

Taraaa! Nggak sampai satu jam pengajuan buka rekening CIMB syariahku selesai. Serta m-banking dan E-bankingnya pun bisa digunakan. Cepat banget, kelamaan nunggunya :(

Bagi kalian yang susah menabung, CIMB juga ada rekening khusus untuk tabungan yang setiap bulannya langsung di autodebet dari rekening CIMB kalian, namanya IB Mapan. Tapi syaratnya harus punya rekening CIMB dulu, teteup.

Itu dulu ceritaku buka rekening di CIMB Syariah. By the way, kalian punya berapa rekening sih? Aku cuma punya dua. Satu untuk gaji, satu untuk tabungan (yang kadang dibuat belanja) hahaha.

Cheers!
Continue reading Buka Rekening di CIMB Syariah

Kamis, 04 Januari 2018

Refleksi Awal Tahun

Assalamu'alaikum, teman-teman! Apa kabar? Bagaimana awal tahunnya? Menyenangkan? Semoga selalu bahagia ya!

Ah ya, setelah buka-buka blog lagi, saya baru sadar kalau selama bulan Desember lalu tidak sempat mengepos satupun tulisan. Saking sibuknya pekerjaan dan rasa malas saya yang semakin lama semakin tak mau beranjak. Huh! Ayolah, awal tahun harus lebih sering menulis lagi!
Membandingkan tulisanku tahun 2017 lalu dengan tahun sebelum-sebelumnya rasanya menyenangkan. Sesadar saya, kemampuan bercerita saya meningkat sedikit. Yah, walaupun sedikit tapi rasanya senang sekali! Yang tadinya hanya sekadar iseng-iseng menulisnya, ternyata aku bisa menelurkan 33 tulisan! Bravo! Walaupun belum meningkat, tapi mari bersyukur!

Momen tahun lalu tak banyak yang saya ingat. Karena saya baru sadar, banyak kejadian-kejadian yang kurang kuperhatikan. Jadi sadar atau tidak saya malah lupa. Sepertinya tahun ini saya harus lebih memperhatikan dan mengingat kejadian kecil setiap hari.

Lulus sekolah, magang, menganggur, hingga akhirnya mendapat pekerjaan membuatku bersyukur harusnya. Iya, tentu saja saya bersyukur. Tapi sepertinya masih saja kurang yang saya syukuri. Sedangkan saya selalu dimudahkan jalannya oleh Allah. Ibadah masih belum meningkat, dan hubungan saya dengan orang lain masih statis saja hingga saat ini. Saya bukan tipe orang yang dengan santainya menyapa orang baru, ayo berusaha lebih ramah!

Menghasilkan uang juga membuat sata tak selalu mengingat saat sedang butuh-butuhnya. Saya membelikan sesuatu yang bahkan aku tidak terlalu dibutuhkan. Padahal masih banyak hal penting yang harusnya dibeli. Sepertinya membuka akun-akun online shop itu meracuni mata saya! :( Pokoknya harus bisa lebih tahan godaan berbelanja!

Tahun kemarin, seperti pijakan untuk naik ke atas. Entah itu merangkak, atau berdiri tegak. Jangan sampai mundur. Jika jatuh, bangun dan melangkahlah sekali lagi. Semoga tahun ini, menjadikan kita lebih baik dan lebih baik lagi dari tahun sebelumnya.

Cheers! :)

Continue reading Refleksi Awal Tahun

Senin, 18 September 2017

Pengalaman Buka Rekening BNI Syariah

Assalamu'alaikum semua!

Sesuai judul blog, jadi aku ingin berbagi ke kalian mengenai pengalamanku membuka rekening BNI Syariah di Gedung Tempo Pavilion, Jakarta. Selama hampir satu tahun ini aku hanya punya rekening Mandiri Syariah, hingga akhirnya aku tergerak untuk membuka rekening syariah lainnya. Kenapa harus syariah? Karena, aku hanya berusaha untuk mempercayakan urusan uangku kepada bank berbasis syariah. Walaupun aku belum baik, setidaknya apa yang aku dapatkan adalah hal yang baik :'D

Setelah surfing-surfing google selama beberapa minggu mengenai kekurangan dan kelebihan masing-masing Bank Syariah di Indonesia, pilihanku jatuh kepada BNI Syariah. Selain bebas biaya admin, sejak sekolah dulu aku pengen banget punya akun di Bank Oranye itu. Haha

Rencana yang udah aku bangun sejak awal Januari baru aku tunaikan tanggal 12 September lalu. Yaa Allah, betapa malasnya kamu, nak :'D Akhirnya aku datang ke kantor BNI terdekat untuk membuka rekening syariah.

Awalnya aku datang ke BNI 46 cabang Mampang Prapatan, tapi ternyata di sana belum bisa buka syariah karena belum ada user yang ikut syariah. Akhirnya aku disarankan ke BNI Syariah cabang Gedung Tempo. Berangkatlah aku dari Halte Busway Mampang menuju Halte Departemen Kesehatan. Atau bagi kalian yang malas naik TJ bisa naik Kopaja P20 atau 66 kok dan turun di halte BNI 46. Dari sana kalian jalan sedikit sampai terlihat logo BNI Syariah.

Sampai ketemu logi BNI Syariah ini yaa!
Setelah masuk ke dalam gedung, aku disapa oleh pak Satpam BNI. Beliau menanyakan apa keperluanku datang? Dan aku bilang, mau buka rekening syariah. Lalu dengan senyuman 100 watt pak satpam menyerahkan antrian berwarna merah untuk ke Costumer Service. Emang ya kalau ketemu satpam bank bawaannya pengen senyumin juga!

Sambil menunggu, karena orang sebelum aku sedang mencetak kartu ATM, akhirnya aku didatangi oleh salah satu pegawai BNIS (sepertinya manajer atau kepala bank sana) untuk mengisi formulir pendaftaran saja sambil menunggu. Oh iya, jika ingin membuka rekening baru minimal harus memiliki dua identitas yang berlaku yaa. Aku mengajukan KTP dan KK (karena kebetulan dibawa, Alhamdulillah untung gak pulang dulu).

Formulir pengajuannya aku isi dengan penuh kesadaran, haha. Maksudnya aku sudah mengerti cara pengisiannya. Jadi lima belas menit kemudian, aku malah merhatiin sekitar karena form-ku sudah selesai diisi. Akhirnya namaku dipanggil juga sepuluh menit bengong gak jelas :( Mbak Tellernya yang cantik dan ramah ini menanyakan aku mau buka rekening apa. Karena sebelumnya aku telah searching google dahulu, jadi aku langsung jawab mau buka tabungan Ib Hasanah dengan akad Wadiah. Kalau belum mengerti biasanya kalian bakal dijelasin dulu kok perbedaan masing-masing tabungan dan akadnya.

Gak terasa aku di sana lumayan lama, dan adzan Dzuhur berkumandang. Aku suka banget sama cara kerja mereka, setiap adzan mereka istirahat lima belas menit. Jadi selama lima belas menit, kalian bisa menunggu atau shalat dulu.

Karena aku sedang tidak haid, jadi ya aku shalat deh. Lumayan sekalian pantau Mushala di sana. Pertama aku diarahkan sama mbak Teller dan pak Satpam ke lantai P. Tapi ternyata mushala lantai P itu lebih diutamakan untuk laki-laki, karena gak ada mukena dan tempat wudhu khusus wanita. Terus aku diarahkan sama mas-mas yang kerja di sana buat ke lantai 3 aja, di sana mushalanya lebih enak katanya.

Berangkatlah aku ke lantai 3. Pas sampai di sana, aku bingung sendiri. Ini wudhunya di mana ya? Karena tempat wudhu terbuka khusus untuk laki-laki. Sampai aku malu sendiri pas masuk, ketemu sama pekerja sana dan dikasih tau kalau yang wanita itu wudhunya di toilet wanita. Hahaha, untung aku hanya sekali ke sana. Jadi yah gak malu-malu banget deh, gak ada yang kenal ini :D

Cuma berani foto ini aja, takut dimarahin >v<"
Begitu masuk Mushala.. MasyaaAllah aku takjub. Mushalanya bagus banget!!!! Jadi sebelum masuk mushala itu harus ngelewatin ruangan buat refreshing gitu (kayaknya), Betah abis pasti kalau di sana! Mushalanya ber-AC lagi. Tapi aku lupa nama mushalanya apa :( Mushalanya lumayan luas kok, dan mukena yang dipinjamkan lumayan banyak dan wangi! Iya wangi. Itu adalah kenikmatan dunia saat shalat :'D

Setelah istirahat sebentar buat lihat suasana masjid, aku akhirnya balik ke lantai L, tempat di mana BNI Syariah berada. Kembali disapa pak satpamnya dengan Assalamu'alaikum dan diminta untuk menunggu sebentar.

Ini interface E-banking BNI Syariah, emang masih satu atap dengan konvensional kok :)
Sambil main smartphone yang baterainya sekarat, akhirnya mbak CS-nya datang dan aku diminta untuk melanjutkan pembuatan rekening. Setelah dibantu mbaknya untuk dibuatkan E-banking, aku medownload aplikasi M-bankingnya. Ternyata M-banking BNI Syariah masih satu aplikasi dengan yang konvensionalnya. Oh iya, walaupun mereka masih satu rumah tapi untuk perputaran uangnya sudah berbeda kok :)
Waktu mengaktifkan M-banking ini sih smartphoneku berdrama banget. Mulai dari ngeblank, terus tiba-tiba mati, gak ada sinyal, dan baterainya benar-benar sekarat. Apalagi waktu mau login M-bankingnya, kan diminta kode OTP melalui SMS. Smartphoneku ini gak menerima pesan sama sekali dari providernya. Akhirnya aku nyerah, dan bilang mbaknya kalau aku bakal aktivasi sendiri aja. Mungkin di sana smartphone ku yang kurang smart ini tidak menemukan sinyal (soalnya kantornya agak memojok gitu sih, maklum kartu SIM-ku thr**)

Ini logo M-Banking BNI Syariah yaa, jangan tertukar dengan yang palsu! :)
Setelah aktivasi, Mobile dan Elektronik Bankingku selesai, aku diminta menyetor tunai untuk mengisi saldo. Setoran pertamanya minimal seratus ribu rupiah (sesuai dengan jenis tabungan yang dibuat). Selesai menyetor tunai di mas Teller, aku kembali ke mbak CS dan menyelesaikan pembuatan rekening. Karena aku menolak untuk mencoba mengaktifkan sekali lagi M-bankingnya, mbak CS-nya dengan senang hati meneleponku pukul 16.30 untuk reminder pengaktifan aplikasi.

Dan selesai. Aku menerima sebuah buku rekening, sebuah amplop yang belum aku buka isinya, dan sebuah kartu ATM Silver yang sekaligus bisa menjadi debit card. Prosesnya bisa dibilang lumayan lama, hampir 4 jam, termasuk waktu menunggu dan istirahat. Tapi aku senang, jadi bisa ngerasain mushala di sana :D Aku akhirnya izin gak masuk deh, hehe.

Oh iya, sebelumnya kan mbak CS-nya bilang kalau nanti sekitar pukul 16.30 bakal reminder aku. Aku benar-benar gak nyangka bakal dihubungi beneran. Jam 16.30 tepat ada nomor kantor yang telepon aku. Telepon pertama jadi missed call, karena aku gak dengar. Dan yang ke dua aku angkat (sambil sebelumnya niat gak niat karena baterai handphone sudah tinggal 4%), dan langsung sapaan ramah terdengar. Aku jadi terharu karena direminder sama mbak CS BNIS :') Padahal aku kira mbaknya bakal lupa (karena aku juga lupa), tapi ternyata benar-benar diingatkan. Such a warming heart :')

Itu pengalamanku membuka rekening syariah di BNI. Kalau kamu sudah pernah buka tabungan di mana? :)
Continue reading Pengalaman Buka Rekening BNI Syariah

Selasa, 01 Agustus 2017

Aplikasi Penghapus Biaya Transfer, Flip!

Assalamu'alaikum semua!

Di jaman serba canggih ini, pasti kalian sering banget bertransaksi online. Terutama bagi pada online shopper, pasti transfer-transfer sudah jadi makanan sehari-hari. Aku sering banget beli barang secara online, sampai mas-mas pengantar paketnya hafal kali ya. Hahaha.

Sadar gak sih, selama ini transfer antarbank tuh kena biaya admin? Bervariasi sih disetiap banknya, dari rentang 6500-7500, tapi kalau setiap bulan kita transfer antarbank misalnya 5 transaksi, coba deh dikalikan. Kalau dihitung lumayan banget kan? Dengan biaya admin itu, kita bisa beli satu barang lagi di onlineshop favorit kita :')  Nah, pas banget. Aku menemukan sebuah aplikasi yang menyelamatkan para online shopper dari biaya antar bank, yaitu FLIP!

sumber
Flip merupakan perusahaan startup yang menyediakan jasa transfer antar bank di Indonesia. Asli karya anak bangsa loh! Huee, ikut bangga :'D Idenya benar-benar brilian, apalagi di jaman yang apa-apa serba instan ini. Salut, kak Ari! :D Hingga saat ini bank yang bekerja sama dengan flip lumayan banyak loh. Dari BCA, Mandiri, Mandiri Syariah, BRI, BNI/BNI Syariah, CIMB, CIMB Syariah,

Aku tahu aplikasi ini dari share salah satu teman di facebook. Melihat kata-kata "Gratis biaya transfer antar Bank" pasti langsung tertarik dong. Setelah dibaca, makin tertarik. Akhirnya aku searching lagi tentang Flip ini. Ketemulah artikel dari dari techinasia yang benar-benar mengulas aplikasi ini. Aku jadi tahu kalau awalnya Flip dimulai dari website yaitu flip.id. Untungnya aku tahunya pas mereka sudah punya aplikasi android, hehehe.


Setelah aku download aplikasinya di playstore, daftar dan isi form. Ternyata aku diminta verifikasi KTP ke kantornya langsung :( Dan kantornya itu di Depok! Sebagai makhluk yang super-duper sibuk, pasti aku ngga bakal sempat ke sana. Dengan segala ketidakrelaan. Akhirnya aplikasinya aku uninstal karena udah yakin banget gak bakal dipakai waktu itu :( Padahal sudah daftar :(

Kira-kira sebulan, aku harus transfer secara manual. Tapi ternyata, tanggal 22 Mei, aku diemail oleh flip kalau kini kita bisa verifikasi KTP di Alfamart! Yeah!! Sepertinya aku dan flip memang berjodoh, jadi jalannya dimudahkan. Hahaha. Akhirnya seminggu kemudian, tepatnya tanggal 8 Juni aku beranikan diri buat verifikasi via Alfamart. Gak semua alfamart bisa loh ya, cuma yang telah bekerja sama dengan flip aja yang bisa. Untungnya mas-mas Alfa-nya sudah paham cara verifikasinya :') Jadi 10 menit selesai (ini kelamaan karena nomor KTP aku gak mau match sama yang aku daftarin, haha), lalu langsung bayar biaya admin sebesar Rp.10.000,-  Daan akunku sudah aktif! :D Senangnyaaa :'D


Emang sih aku masih terbilang baru di flip ini. Transaksiku juga masih sedikit. Tapi aku benar-benar terbantu dengan aplikasi ini. Oh iya, sebelum transfer-transfer jangan lupa dibaca dulu ketentuan-ketentuannya yaa, biar ngga salah paham terus marah-marah loh. Dan untuk kode unik yang kita input saat transfer bisa dicairkan kok kalau sudah mencapai jumlah 10.000,- Jadi aplikasi ini benar-benar gratis! Gak menerima biaya sedikitpun! Aku suka gratis :')

Saking bergunanya aplikasi ini, aku sampai share ke teman-temanku :') Dan sekarang mereka juga pakai juga deh. Jadi terlalu sering belanja online karena aplikasi ini :P

Dan sekarang, semakin banyak penggunanya, semakin sering juga transaksi yang dilakukan flip setiap hari. Bisa sampai ratusan di setiap bank, apalagi bank-bank utama seperti BCA, BRI dan Mandiri. Tapi tenang aja, cara kerja flip cepat banget kok. Bahkan 20 menit selesai saat 200-an transaksi bank. Lalu bukti transfernya dikirim deh ke email. Simpel, dan cepat. Terima kasih Flip!

Kalian berencana pakai flip? Atau malah lebih dulu punya dibanding aku?
Continue reading Aplikasi Penghapus Biaya Transfer, Flip!

Rabu, 04 Januari 2017

[Buku] Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye



Tutup mata kita. Tutup pikiran kita dari carut- marut kehidupan. Mari berpikir takjim sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah datang kepada kita, lantas lembut berkata: Aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan, dan aku akan menjawabnya langsung sekarang. Lima Pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan pertamamu?
Maka apakah kita akan bertanya: Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memilki pilihan dalam hidup? Apakah makna kehilangan?
Ray (tokoh utama dalam kisah ini), ternyata memiliki kecamuk pertanyaan sendiri. Lima pertanyaan sebelum akhirnya dia mengerti makna hidup dan kehidupannya.

***

Cerita diatas bukan kutipanku loh :p Cerita itu merupakan sinopsis novel karya Tere Liye, Rembulan Tenggelam di Wajahmu yang terbit pada tahun 2009 lalu, dan aku tamatkan lagi untuk kedua kalinya. Dan novel inilah yang harus aku bahas. Harus pokoknya! Haha. Novel yang secara tidak sengaja merupakan jawaban atas imajinasiku tentang koma berkepanjangan. Yah karena aku percaya, orang-orang yang koma di luar sana tidak hanya mati suri, tapi diajak berkeliling oleh utusanNya. Sangat masuk akal menurutku, karena banyak orang yang setelah sadar dari masa kritisnya berubah. Entah itu lebih baik, atau sebaliknya.

Bang Tere benar-benar menjawabnya, dengan cerita yang lumayan membuat kita berpikir (memang sih ciri khas novel Tere Liye adalah tidak hanya sekadar 'bacaan' saja). Dan jawabannya mengalir, seperti seorang ayah yang mengelus lembut kepala anaknya yang masih kecil yang bertanya berkali-kali tentang gajah yang mempunyai hidung panjang. Penuh rasa sabar. 

Di awali oleh cerita Rinai, salah satu tokoh penting dalam novel ini. Awalnya memang agak membingungkan sih. Rinai siapa sih? Ini Rehan siapa lagi? Loh kok jadi Ray? *Ini sih keluhanku saat membacanya. Haha* Rinai, anak perempuan yang merupakan salah satu penghuni panti asuhan. Kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan, ia bahkan belum pernah melihat wajah ayah dan ibunya sama sekali, karena saat Rinai lahir, ibu dan ayahnya telah tewas. Anak yang kuat, karena hidup dari rahim ibu yang telah tiada. Sebenarnya dialah pusat dari cerita ini. Yah, jika penasaran silahkan dibaca sendiri :) 

Lanjut ke tokoh utama dalam cerita ini yaitu Rehan, atau biasa dipanggil Ray. Keberuntungan memang selalu bersamanya. Masa kecilnya dilalui dengan ikut-ikutan mencoba bermain judi, seolah biji dadu itu mengikuti ucapannya. Kemenangan berlipat ia dapatkan. Sepertinya dulu dia adalah anak yang selalu didoakan untuk beruntung oleh almarhum kedua orang tuanya. Iya, Rehan adalah anak yatim piatu yang dititipkan di sebuah panti asuhan. 

Beranjak remaja, ia kabur dari panti asuhan tempatnya tumbuh. Alasannya hanya satu karena muak dengan pemilik panti yang 'sok' alim. Selama hidup di jalanan, macam-macam pekerjaan telah dilakukannya mulai dari pencuri, buruh, dan penjudi. Hingga akhirnya jiwa bisnisnya terasah dan menjadikannya pemilik perusahaan yang menggurita. Keberuntungan sejati memang tercipta dari orang-orang sekitar yang mendoakan.

Jelang masa tua, mungkin bisa dikatakan ia kehabisan keberuntungannya. Komplikasi penyakit menyerangnya secara bertubi-tubi. Takdir sedang menertawakannya. Kematian orang terdekat ditambah perusahaannya yang sedang di ujung tanduk menamparnya berkali-kali. Ray si pemilik keberuntungan bertubi-tubi sedang dihantam kesialannya. Entahlah, membaca novel ini rasanya sesak. Membayangkan dipisah oleh kematian orang terdekat saat sedang jatuh-jatuhnya sungguh menyedihkan :( 

Inti cerita ini adalah jawaban atas 5 pertanyaan yang selalu berputar-putar di benak Ray. Yang membuatnya mengutuk hidup dan memilih pergi dari Tuhan. Hingga akhir cerita, novel ini penuh hukum sebab-akibat. Dan ini merupakan hal yang rumit untukku, karena kembali bertanya setelah mendapatkan jawaban. Bisa jadi dengan membaca buku ini, logikamu bisa terbuka dan kau bisa menemukan jawaban atas pertanyaanmu sendiri :) 

Dan bagi para pencari quote, buku ini merupakan salah satu sumber quote juga loh. Lebih tepatnya bagi yang mencari quote filosofi hidup sih. Aku sematkan beberapa quotenya deh :)
“Hanya orang-orang dengan hati damailah yang boleh menerima kejadian buruk dengan lega.”
“Tidak ada niat baik yang boleh dicapai dengan cara buruk, dan sebaliknya tidak ada niat buruk yang berubah baik meski dilakukan dengan cara-cara baik.” 
“Begitulah kehidupan, Ada yang kita tahu, ada pula yang tidak kita tahu. Yakinlah, dengan ketidak-tahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri.” 

Akhir kata, Selamat penasaran dengan isi buku ini :P Bagi yang sudah membaca bukunya, bisa ditulis di comment bawah apa kesan kalian setelah membacanya :)
Continue reading [Buku] Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye