Jumat, 12 Januari 2018

Dasar Generasi Mecin!

Assalamu'alaikum!

Gimana, gengs? Resolusi tahun baru sudah didata belum? Atau malah masih sama dengan resolusi tahun lalu yang belum tercapai? Haha, tenang. Kamu gak sendirian! Karena beberapa resolusi saya juga masih ada yang belum tercapai di tahun lalu! Masih semangat kan mencapainya?

Semakin ke sini, sepertinya zaman semakin melesat cepat ya. Yang dulunya kita anak-anak SD hanya bisa memainkan handphone mainan yang isinya air atau kalau dipencet keluar lagu "Butterfly", sekarang adik-adik kita sudah bisa memegang bebas handphone di tangannya. Yang dulunya kalau mau terkenal, kita harus ikut audisi "Idola Cilik" atau kirim-kirim surat ke majalah Bobo, sekarang tinggal rekam, lalu upload ke instagram atau youtube dengan kata-kata pancingan. Langsung bisa dikenal.

Saya jadi ingat, dulu waktu sekolah dasar mainan termahal yang aku punya adalah monopòli dan binder! Mahal banget! Mau beli monopoli harus ngumpulin stiker dulu yang harus disusun satu-satu. Harga stikernya juga mahal kalau buat bisa dapat monopoli. Atau beli binder yang kalau merknya 'Harvest' atau 'Kiky' yang tebal bisa menghabiskan uang jajan seharian. Haha. Sekarang adik saya mainan termahalnya squishy dan slime (dulu namanya lumpur lapindo, haha)! Yang kalau main itu bisa menghilangkan stress katanya.

Iya, salah satu adik saya suka banget sama slime. Bahkan sampai akun instagramnya (iya, dia punya akun sendiri) mengikuti akun slime. Padahal menurut saya, nggak ada gunanya sama sekali. Tapi mau gimana lagi, dia suka?

Ngobrol tentang perbandingan anak sekarang dengan anak zaman dulu bikin saya ingat satu kata yang sedang tenar sekarang, "Dasar Generasi Mecin!" Saya jadi mikir lagi, emang iya anak yang lahir tahun 2000-an malah generasi mecin?

Mecin, bang!
Seingat saya, mecin banyak terpapar di generasi 90-an (saya termasuk generasi 90-an akhir juga sih). Mulai dari jajanan abang-abang gendong sampai makanan ringan, semuanya mengandung mecin! Iya, hampir semuanya. Cilor, cireng, milor, basreng, chiki taro, chitatos, dan kawan-kawan penuh dengan zat yang sangat asinnya bikin ketagihan. Dan beberapa dari kita dengan bangganya bandingin makanan bermecin itu dengan makanan anak zaman sekarang yang penuh nutrisi. Jangan mencibir kalau lihat remaja milenial yang upload foto-foto makanan mereka yang kaya gizi, seperti steak atau chiken cordon blue. Lihat aja, jajanan kita waktu seumuran mereka adalah makanan penuh mecin. Jadi sebenarnya siapa sih yang generasi mecin?

Dan ya, pasti orang tua muda milenial sekarang lebih sering memberi makanan anaknya dengan makanan organik. Karena mereka tahu apa yang baik untuk tubuh anaknya, apalagi sekarang gaya hidup sehat sedang naik-naiknya. Pantas aja kalau badan mereka lebih cepat bertumbuh dibanding kita yang dulu jajannya cemilan-cemilan berminyak. Tapi bukan berarti orang tua kita dulu tidak peduli dengan jajanan kita. Ini hanya masalah zaman yang bergerak terus, tanpa henti.

Bahkan merokok dan mabok, loh!
Ah iya, dan bagaimana anak generasi 2000-an tidak mau lekas bertumbuh? Sedangkan kakak-kakak generasi 90-an terus memberi mereka inspirasi-inspirasi yang diekspos melalui media sosial. Anak sekolah dasar berpacaran, siapa yang mereka lihat? Kita, anak 90-an yang memajang foto di instagram sedang merayakan aniversary bersama kekasih. Dan kita salahkan mereka dengan mengatakan "Dasar generasi mecin!"

Sinetron juga salah satu pemicu kasmaran dini loh!

Sadar gak sadar, sebenarnya generasi 90-an lah yang membuat mereka bertumbuh sebelum waktunya. Tidak, jangan mempermasalahkan orang tua mereka yang memberi handphone sebelum waktunya. Tanpa handphone-pun pemandangan wanita dan pria yang bergandengan sudah lumrah terjadi di semua tempat (ini tidak termasuk orang tua ya). Jika semua tempat dipenuhi orang kasmaran, di mana kita bisa mengajak adik atau anak kita untuk wisata?

Kesimpulannya, ini bukan sepenuhnya salah mereka. Kita juga memiliki andil dalam kegiatan mereka segari-hari. Jadi mau gak mau, kita juga harus membantu mereka mengenal mana yang bisa mereka lakukan dan mana yang belum boleh mereka lakukan di usianya. Dan dengan pengertian selembut mungkin. Karena rata-rata remaja (bahkan sebagian orang dewasa sekarang juga begitu), lebih suka diingatkam sebagai teman, bukan di nasehati sebagai yang lebih tua.

Menurut kalian, apa dan siapa yang menjadi tolak ukur generasi 2000-an saat ini?

Cheers!

0 komentar:

Posting Komentar