Jumat, 13 Januari 2017

Zaman "Serba Salah"

Hallo! Assalamu'alaikum semua! ^_^/
Apa kabar? Semoga sehat selalu yaah! :) Soalnya akhir-akhir ini virus hoax menyebar di udara yang kita hirup~

Yaah, akhir-akhir ini kayaknya hoax makin menjadi-jadi di negeri kita tercinta ini. Mulai dari hal-hal yang gak penting, seperti 1 share 1 doa sampai berita tentang kepemerintahan jadi sasaran empuknya. Ternyata makin mudah suatu berita didapatkan, makin sulit mencari kebenarannya.

Dulu semua berita harus positif, apalagi menyangkut 'pemerintah'. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan citra pemerintah di mata masyarakat. Dan juga menjaga kepercayaan masyarakat akan pemimpinnya. Yah bisa dibilang metode tersebut berhasil meningkatkan citra pemerintah di mata masyarakatnya. Zaman itu semua penduduk merasakan kemudahan. Barang-barang murah, sembako murah, beras terhampar banyak, petani terselamatkan. Walaupun suasana negeri penuh dengan ketakutan dan kecemasan.

Kini kebebasan pers semakin ditegakkan. Sisi baiknya, kita bisa mengemukakan dan memberi saran kepada pemerintah. Apa saja yang diinginkan masyarakat, bagaimana tanggapan atas pembangunan sesuatu, atau meninjau hasil kerja gubernur bisa dicari menggunakan google. Ok, google~

Semua yang mempunyai sisi baik pasti memiliki kubu negatif. Kebebasan pers ini juga merupakan salah satu yang paling banyak dampak negatifnya. Apalagi di zaman serba canggih. Kalau mau jadi penulis artikel bisa buat website dan tulis deh sesuka hati (seperti yang sedang aku buat ini haha). Akibatnya banyak berita-berita yang terkesan buram dan samar. Hingga akhirnya membuat pembaca bingung mana yang benar dan mana yang hanya dibenar-benarkan.

Membaca berita sekarang membuat serba salah. Baca berita yang ditulis media A, isinya memuja pemerintah. Mengungkapkan apa saja hal-hal baik yang pernah dilakukan pemerintah, dan pasti dengan bukti dan fakta yang menyejukkan. Senang sekali membacanya, serasa Indonesia akan menjadi negara maju dengan segera :)

Pindah ke berita yang ditulis media B, isinya mengkritisi pemerintah. Hal-hal yang tidak berhasil dilakukan pemerintah, kesalahan yang dilakukan pemerintah, muaknya pada koruptor yang tak juga tertangkap, dan juga disertai bukti dan fakta yang riil. Membacanya seakan-akan ikut terbakar, kesal pada koruptor tersebut.

Baca lagi berita lain, dengan media yang beda juga. Isinya tentang isu-isu seputar artis. Entah itu perselingkuhan, perdukunan, pernikahan, dan anak-anaknya. Sepertinya urusan artis juga hal yang harus dikomentari juga. Mungkin memang menyenangkan mengobrol tentang aib seseorang :(

Banyaknya media berita ini membuat pembaca bingung dengan berita yang sebenarnya. Dan pihak-pihak yang bersangkutan juga biasanya membiarkan saja hal tersebut sebagai salah satu upaya untuk menaikkan tingkat ketenarannya. Pembaca dibiarkan berasumsi dengan imajinasi yang dibuatnya sendiri. Mungkinkah dia selingkuh dengan artis? Atau mungkin dia malah mau jadi pejabat di daerah Y? Sepertinya, mungkin, dan teman-teman asumsi lainnya.

Bingungnya menghadapi situasi ini. Hoax yang didapat bukan sekadar satu atau dua website. Bahkan media televisi dan koran juga ikut terjangkit virus itu. Mungkin memang benar virus ini ingin menularkannya pada semua orang hingga dia ikut menyebarkan berita hoax dengan meyakinkan.

Ah ya, satu lagi. Sebenarnya kita hanya membaca, melihat, dan setuju pada apapun yang sesuai dengan pemikiran kita saja. Jadi lebih baik ikuti kata hatimu saja, itupun jika hati kita masih benar-benar bersih :(


Hati-hati berita hoax menyerang dimana saja~

0 komentar:

Posting Komentar