Minggu, 28 Juli 2019

Perihal Mematahkan Hati Seseorang

Sesuatu yang retak sebelumnya, pasti tidak bisa kembali merekat, ya? Walaupun diberi lem sekuat apapun. Hal tercanggih pun tidak akan membuatnya sama seperti dulu lagi.

Aku tau itu. Karena aku pernah merasakan dipatahkan.

Dan sekarang, entah kenapa giliran aku yang mematahkan seseorang. Perasaannya. Harapannya. Bahkan tanpa aku sadari. Kebodohan seperti ini kenapa bisa terjadi saat aku sudah pernah merasakan sedihnya dipatahkan?

Kebodohan lainnya, aku tanpa sadar menghancurkannya berkali-kali. Tanpa sadar. Entah aku terlalu bodoh untuk menyadari kebesaran hati seseorang, atau menjadi terlalu terbiasa diterima. Aku yakin sejak saat itu perasaan tidak akan seperti dulu lagi.

Aku sadar saat sepertinya semua telah terlambat. Terlalu terlambat untuk bisa membantunya mencari kepingan perasaan yang sudah berceceran itu. Seseorang itu telah membuat bentengnya sendiri.

Aku terlalu telat untuk sadar dan memperbaiki.

Seperti penjahat pada film-film pahlawan yang akan selalu kalah. Aku hanya menatap seseorang yang merapikan kenangan dan berusaha memperbaiki harapannya kembali dari jauh. Tanpa bisa mengulurkan tangan untuk membantu, seperti dulu.

Menjadi tidak peka sangat melelahkan, padahal sebelumnya hal itu sangat aku inginkan. Sepertinya lebih baik kembali mengasah rasa, lebih baik aku yang terluka. Aku tidak rela melihat orang-orang di dekatku patah karena aku.

Mungkin maaf dan terima kasih tidak lagi ada harga jika aku yang berbicara. Tapi aku tidak memiliki kata yang lebih ingin ku katakan selain itu. Maaf telah mematahkan kepercayaanmu, dan terima kasih masih menerimaku walau aku yakin semua tidak akan seperti dulu lagi.

0 komentar:

Posting Komentar