Rabu, 13 Februari 2019

Aku dan Keengganan Mengakui

Mereka bilang; jangan terlalu banyak menerima kesenangan, jangan terlalu banyak menanggapi kebahagiaan. Jika suatu saat nanti keberuntungan itu berganti dengan kemalangan sesaat, kamu akan meraung tak henti.

Kupikir, itu tidak akan terjadi kepadaku. Aku hanya selalu bersyukur atas apapun yang kudapatkan, merayakannya selama aku bisa. Apapun yang baik bagiku, akan kupegang erat dan kuusahakan tidak akan terlepas.

Ternyata menghapusnya semudah itu bagi Tuhan. Karena terlalu kuat menggenggam, tanpa sengaja aku membunuhnya. Aku lupa diri.

Padahal mereka berkali-kali mengingatkan, tapi aku selalu menganggap diriku berbeda. Aku pasti lebih baik dari siapa yang yang mereka contohkan. Nyatanya pikiran itu membuatku besar kepala. Aku lupa bahwa skenario terburuk selalu ada. Bahkan saat memiliki berbagai rencana cadangan.

Inilah akhirnya. Aku terduduk. Dengan rasa penyesalan, yang lagi-lagi selalu datang di belakang. Bertanya kenapa semua ini datang kepadaku? Kenapa kebahagiaan itu direnggut? Kenapa harus aku?

Tapi aku lupa menyiapkan jawaban saat mereka bertanya, "Apa saja yang sudah kulakukan untuk mempertahankan kebahagiaanku?"

0 komentar:

Posting Komentar