Rabu, 23 Mei 2018

Satu Arah

Sebenarnya, apa hanya aku yang menunggu?
Menatap layar ponsel lama-lama,
Membuka profilmu di media sosial.

Apa hanya aku yang berharap?
Setelah mengobrol berjam-jam,
Sambil bertukar senyum tentang masa depan.

Apa hanya aku yang mendoakan?
Menyebut namamu dalam untaian-untaian panjang,
Berbincang lirih dengan Tuhan-ku tentangmu,
Yang semoga baik-baik saja di sana.

Entahlah,

Aku terlalu lelah mengejarmu.
Kamu terlalu tinggi untuk digapai,
Terlalu fana untuk direalisasikan.

Padahal mataku hanya menatapmu,
Tapi kau mengalihkan matamu untuk memandangku.


Sepertinya aku hanya terlalu percaya diri,
setelah tau beberapa cerita yang tak kuketahui.
Begitulah,
Tapi kau tetap terlalu indah untuk dilewatkan dari pandanganku.
Mungkin aku memang telah membangun terlalu banyak harapan tentangmu.
.
Continue reading Satu Arah

Sabtu, 07 April 2018

,

Menghitung Hari

"Menghitung hari detik demi detik, menunggu itu kan menjemukan. 

Tapi ku sabar menanti jawabmu, jawab cintamu.


Jakarta, 17 Juni 2018.

Halo, apa kabar? Maafkan aku yang baru sekarang berani menulis surat untukmu. Dua tahun ini aku benar-benar sibuk! (dan menyibukkan diri :p) Aku tidak mau bercerita melalui surat ini, aku akan bercerita saat kau pulang saja. Ah iya, dan kau masih berhutang jawaban padaku!  Dan sekarang, kurasa inilah waktu yang tepat untuk menjawabnya.
Jangan kau beri harapan padaku, seperti ingin tapi tak ingin. 
Yang aku minta tulus hatimu, bukan pura pura.
Jangan menolak untuk menjawabnya! Kau telah menghilang dua tahun sejak aku menyatakan perasaanku. Aku bukan orang yang baik hati untuk menunggu lagi.  Walaupun aku agak terlambat menyadarinya, tapi setidaknya aku menyatakannya. Tidak sepertimu yang ambigu! Selalu disisiku, tapi ternyata lelah menungguku.

Jangan pergi dari cintaku, biar saja tetap denganku. 
Biar semua tahu adanya, dirimu memang punyaku.

Bisakah kau kembali dan menemuiku langsung untuk menjawabnya? Dan jangan pergi lagi. Di sini saja, tetap denganku. Ayo pergi ke cafe favoritmu dulu! Kita manggung lagi di sana, aku bernyanyi dan kau yang mengiringiku ya!

Maafkan aku selama ini tidak berani memandang dan menggandengmu di keramaian. Bukannya malu memilikimu, aku malu pada diriku sendiri. Bagaimana mungkin kau dan seluruh sifatmu cocok denganku yang serba kurang ini?

Setelah satu tahun pergimu, aku baru sadar betapa bodohnya ketakutanku selama ini. Ternyata jarak memang menciptakan ruangnya sendiri untukku menyadari. Terima kasih telah berani untuk tetap bertahan tanpa kejelasan.
Belum pernah aku jatuh cinta, sekeras ini seperti ini seperti padamu. 
Jangan sebut aku wanita, bila tak bisa dapatkan engkau."
Ah ya.. Ini pertama kalinya aku menyukai laki-laki begitu lama. Mungkin jika kau ingat, inilah rekor terlamaku menyukai dan tetap bertahan menghadapi laki-laki. Kamu pakai pelet ya biar aku tetap menunggumumu? :)

Jika kau bertanya, kenapa aku mengirim surat ke rumah orang tuamu. Jawabannya karena aku tidak diberi nomor handphonemu sama sekali oleh mereka. Bahkan sampai aku menangis di depan rumahmu hingga aku malu sendiri mengingatnya sekarang. Aku salut, mereka benar-benar menepati janji padamu. Tapi untungnya, ibumu memberitahuku kalau minggu ini kau akan kembali. Aku tidak sabar untuk mendengar ceritamu kali ini.

Kalau nanti kau sudah selesai membaca suratku, temui aku segera ya! Kau tahu pasti aku ada di mana.


Dariku,

Wanita bodohmu.


***



(Terinspirasi dari cover Fourtwnty - Menghitung Hari 2)
Continue reading Menghitung Hari

Rabu, 28 Maret 2018

InsyaaAllah ya!

Assalamu'alaikum!

Sudah ada janji hari ini? Atau sedang buat janji? Siapa yang kalau diajak pergi jawabannya "InsyaaAllah"?  InsyaaAllah yang maksudnya menolak dengan halus. Mau tolak langsung tapi gak enak, akhirnya jawab InsyaaAllah yang maksudnya nggak mau ikut.

InsyaaAllah, kalau gak mager ya.
Entah kenapa dan siapa yang memulai, jawaban InsyaaAllah adalah jawaban penolakan secara halus. Saat kita diajak pergi ke tempat yang malas kita datangi, atau malas bertemu dengan orang lain. Secara nggak langsung, InsyaaAlah merupakan jawaban diplomatis untuk menolak suatu ajakan.

Contoh InsyaaAllah yang malas-malasan
ini chatku dengan teman dekeeet banget
Misalnya saat kita diajak reuni sekolah. Ada mantan yang nyebelin banget datang juga, dan buat kita malas ketemu dia! Jawaban yang kita berikan biasanya "InsyaaAllah ya, kalau bisa." Dalam arti sebenarnya adalah "Nggak dulu deh, malas banget gue datangnya!" Tapi gak enak banget kan kalau menolak dengan alasan begitu.  Biasanya teman-teman muslim kasih jawaban diplomatis yang nggak jelas pastinya begini nih artinya (aku termasuk juga yang suka jawab InsyaaAllah tapi nggak datang :'D).

Padahal, arti dari InsyaaAllah di sini 99% pasti datang, dengan kemungkinan nggak jadi ikut 1% di luar kuasa kita. Contohnya, tiba-tiba sakit atau dapat kabar duka mendadak. Bukannya janji datang tapi malah gak ada kabar setelahnya. Seenggaknya kabarin gitu mau ikut atau nggak, biar nggak ada yang menunggu gitu.

Eh, tapi sekarang nggak hanya muslim saja yang jawab begini kok, banyak teman-temanku yang non-muslim juga mengucapkan kayak itu. Aku sendiri belum tahu alasan mereka bilang begitu, tapi kok ikut senang aja gitu. InsyaaAllah nggak cuma diucapkan buat sesama aja, tapi kayak sudah semacam bahasa Indonesia biasa gitu.

Jadi siapa yang masih bilang InsyaaAllah tapi nggak janji ikut?
Continue reading InsyaaAllah ya!

Senin, 26 Maret 2018

Transjakarta's Funny Experinces (Part 2)

Assalamu'alaikum, kawan!

Thread kali ini terinspirasi dari kejadian beberapa waktu lalu yang aku alami bersama mas-mas yang dimarahi oleh segerombolan Emak-emak :') Bagi yang belum baca part 1 nya, sila dibaca dahulu :)

Melanjutkan thread part 1 kemarin, kali ini ceritanya seputar serba salahnya jadi laki-laki di transportasi umum aja. Laki-laki tuh emang serba sala
h banget kalau di transportasi umum kayak transjakarta ya. Kena omelan terus rasanya.

Pernah beberapa kali, dalam kondisi bus penuh-penuhnya ada seorang bapak-bapak yang sudah lumayan tua masuk. Dan kebetulan beliau berdiri di samping aku. Sebagai makhluk sosial yang sadar (baca: enggak tidur) aku menawarkan kursiku untuk beliau. Tapi beliau menolak. Agak maksa aku tawarin lagi, tapi beliau tetap menolak. Yasudah, aku pikir mungkin beliau emang nggak mau duduk atau pemberhentiannya sebentar lagi.

Tapi ternyata setelah aku sampai halte tujuan dan otomatis meninggalkan (kesannya sedih banget xD) kursi yang aku duduki, beliau menggantikan aku duduk. Di situ aku merasa tertolak, tadi aku tawarin kok nggak mau pak? Huhu. Akhirnya aku berpikir positif, mungkin beliau nggak enak sama aku. Dan berpikir kalau laki-laki kan lebih kuat dari wanita. Selama masih kuat berdiri, jangan ambil kursi orang lain.

Berpikir positif tuh dibutuhin banget buat situasi tertolak kayak gitu. Biar nggak sebel-sebel banget, atau sedih-sedih banget. Padahal kalau aku pikir, kesetaraan gender kan lagi gencar banget diumumkan. Selama beliau lebih tua daripada kita, lebih baik kita yang berdiri. Itu yang ada dipikiran aku. Tapi ya sudahlah, setiap orang punya batasannya sendiri.

Ada lagi ceritanya, kalau ini waktu aku pulang kantor. Kejadiannya waktu bus emang lumayan sepi sih, masih ada beberapa kursi yang kosong. Aku duduk di kursi paling depan, bangku favorit. Waktu berhenti di salah satu halte, ada segerombol ibu-ibu yang masuk ke bus, mungkin sekitar 5 orang kalau nggak salah ingat. Mereka masuk dan duduk di tempat yang masih kosong. Dan emang letaknya berjejer, pas banget buat ngobrol. Busnya berasa disewa ibu-ibu itu, ramai banget soalnya, haha.

Dua halte dilewati dengan suara percakapan ibu-ibu ini. Lucu sih, aku aja yang dengar sampai cekikikan sendiri. Bukan nguping loh ya, suara obrolan ibu-ibu ini emang lumayan kencang. Di halte selanjutnya, masuklah dua orang ibu-ibu. Sambil toleh kiri-kanan, beliau berdua cari tempat kosong tapi nggak ada. Yaudah, beliau berdua berdiri di sisi pintu sebelah kiri sambil ngobrol.

Tiba-tiba, ibu yang bergerombol tadi ngomong gini, "Bu, sini aja duduk! Masih ada tempat. Ini yang laki-laki berdiri aja! Kasih yang perempuan buat duduk!" kenceng banget, aku sampai kaget, haha. Soalnya waktu itu aku lagi bengong sambil lihat jendela ala-ala video klip Peterpan.

Cuma ilustrasi aja kok xD
Otomatis, mas-mas yang lagi duduk di kursi bangun semua. Menyilahkan dua orang ibu yang berdiri untuk duduk. Setelah beliau duduk, si ibu yang ngomong tadi melanjutkan ucapannya. "Nah gitu, Makasih, mas. Yang cowok kan masih pada kuat, berdiri aja. Yang cewek kan kasihan." lalu beliau tertawa.

Aku yang duduk di belakang cuma bisa tertawa waktu melihat mas-mas yang sedang duduk langsung berdiri saat mendengar ucapan ibu itu. Kok bisa barengan begitu gerakannya, haha. Agak kasihan juga sih. Soalnya dalam kondisi pulang kerja, capek, eh malah diomelin ibu-ibu buat kasih duduk ke perempuan dengan alasan laki-laki lebih kuat dari wanita.

Gak apa sih sebenarnya. Tapi katanya wanita minta hak-hak yang dengan laki-laki, tapi kok masih pakai alasan 'wanita lebih lemah dari laki-laki' untuk pembenaran? Bukan, ini bukan masalah emang ibu-ibu itu prioritas atau gimana. Aku tahu kok dua orang ibu itu sudah biasa naik transjakarta, makanya mereka santai-santai aja pas nggak kebagian bangku kosong. Kita sebagai wanita juga harus sedikit lebih paham aja, apalagi sama-sama cari nafkah. Kalau dikasih duduk sama yang laki-laki ya bersyukur banget, tapi kalau emang nggak ada kursi ya paham sama paham aja. Semua yang di transjakarta juga capek kok. Jangan bikin mas-mas yang lagi capek merasa nggak enak karena kita minta kursinya secara paksa yaa :)

Kalian pernah gak sih ngalamin kejadian lucu di transjakarta? Aku juga mau dengar dong :D

Cheers!
Continue reading Transjakarta's Funny Experinces (Part 2)

Jenuh

Assalamu'alaikum, kawan!

Source: Pinterest Sophoa U
Pernah gak sih kalian merasa jenuh yang benar-benar jenuh? Entah karena pekerjaan, teman, atau aktifitas sehari-hari. Rasanya cuma mau tidur-tiduran aja di kamar, tanpa melakukan apa-apa. Atau pergi ke tempat yang sejuk, sambil baca novel atau dengar musik aja.

Aku sering banget ngerasa jenuh. Bukan karena pekerjaan, tapi karena aktifitas sehari-hariku. Rasanya kok dalam 24 jam aku kurang melakukan hal yang buat aku senang, atau bikin aku semangat. Pagi-pagi berangkat kerja, di dalam transjakarta cuma main handphone sambil buka sosial media aja. Kerja, dan kadang buka sosial media. Pulang dari kantor, di transjakarta juga cuma main handphone. Di rumah juga main handphone. Ya ampun, selama ini mungkin sepertiga waktuku cuma buat main handphone aja.

Kayaknya emang aku butuh aktifitas baru, yang bikin aku semangat. Gak stuck di satu kegiatan aja. Sebenarnya aku suka banget menulis, atau baca sesuatu. Tapi kayaknya akunya aja yang males, tiap pegang handphone cuma buat buka twitter dan dengar lagu. Padahal niatnya mau buat satu tulisan.

Terus gimana? Aku kalau lagi jenuh bisa sampai beberapa hari, sampai menemukan hal yang benar-benar bikin semangat baru jenuh itu selesai. Entah itu main sama teman, atau me time dengan makan sendirian di KFC. Iya, makan sendirian. Makanan enak itu bikin good mood, coba deh.
Source: Pinterest I'm Desfia

Atau kadang, rasa jenuh ini tiba-tiba hilang kalau kita bersosialisasi. Bahkan cuma disenyumin aja sama bapak satpam waktu nyapa di kantor tuh bikin good mood. Tiba-tiba jenuh hilang gitu aja. Seneng. Karena ada ternyata ada yang peduli, padahal mah emang tugas bapaknya buat ramah ke semua orang. xD

Ah iya, kalian pernah gak merasa jenuh yang benar-benar bikin malas melakukan apa-apa? Atau malah sedang merasa jenuh? Jangan dibiarin aja. Usahakan perasaan itu hilang secepatnya, bisa-bisa nanti semakin menjadi-jadi.

Cheers!

Continue reading Jenuh

Kamis, 15 Maret 2018

Blog dan Kelabilanku

Assalamu'alaikum!

Sampai awal  Maret ternyata saya belum ngeblog lagi ya. Padahal ide banyak banget, tapi karena gak diasah dan gak sempat dicatat jadi lupa terus u,u

Ah iya, sekalian aja aku mau menumpahkan kelabilanku. Aku bikin blog ini dari tahun 2013. Waktu itu blogspot emang nggak terkenal-terkenal banget sih, teman-temanku nggak ada yang buat sama sekali. Mereka cuma punya facebook aja. Dan aku sudah punya beberapa akun sosmed. Yaampun.

Sebenarnya aku agak lupa alasanku membuat blog malah. Kalau nggak salah ingat, dari teman rezpector-ku. Aku nggak begitu kenal sih sama dia, tapi aku lihat di bio twitternya dia ada websitenya gitu. Aku klik, dan keluarlah sebuah website dengan nama dia di headernya. Saking terpesonanya, aku sampai cari di google, cara membuat blog. Daan taraaa, aku punya blog! Dengan header seadanya karena belum paham sama sekali.

Kursor mouse yang kayak ini
nih contohnya
Blognya dia tuh bagus banget menurutku. Di kursor mousenya itu ada salju-saljunya gitu, terus headernya running text yang warna-warni, ada foto dia di ujung kanan, terus kalau nggak salah ada jam dan lagunya. Keren banget dulu tuh!

Akhirnya karena pengen punya blog bagus, aku utak-atik semua pengaturan di sana. Lumayan bikin pusing, tapi karena aku suka dan benar-benar pertama kali punya blog jadi yaa... Senang dan bangga! Oh iya, waktu itu nama blogku masih manzilarezpect.blogspot.com, headernya namaku, dan isinya.. curhatan tentang gebetan (klik), wahahaha. Dan bisa dilihat, aku memanggil diriku dengan kata 'gue'. Sebenarnya biasa aja sih, tapi di sana kok jadi terlihat songong ya? Hahaha.

Sampai tiga tahun aku pakai alamat itu, akhirnya aku berniat ganti. Aku lupa apa aja T,T Yaampun, kenapa dulu aku nggak screenshoot ya, sebagai bukti betapa noraknya aku kala itu. Eh sampai sekarang masih sih. Yaudahlah yaaa. (Revisi, ternyata aku sempat membagikan websiteku ke google plus-ku xD)

penggantian pertama: nadadiksi
Penggantian kedua: jurnal-imaji
Sejak 2016 itulah aku mulai coba ganti template blog dari berbagai website template gratisan. Dan masih bingung, karena aku ngerasanya kurang cocok aja. Dan berganti nama jadi manzilatsuraya.blogspot.com. Tapi cuma bertahan setahun, karena kok rasanya kayak nggak cocok (lagi) aja gitu.

Source:Asjley Jerome's Pinterest
2017-saat ini aku pakai template sugar and spicy (dan berniat buat diganti lagi karena terlalu pucat) dengan domain manzeeeyla.blogspot.com. Dengan penyebutan diri 'saya' dan balik lagi ke 'aku'. Tapi aku masih terus cari template yang cocok sih buat diriku sendiri. Bahkan aku masih coba buat templateku sendiri. Yah, walaupun amatiran, seenggaknya aku sedang belajar :p Ternyata susah banget yaaaa, haha.

Gitu deh, blog dan kelabilanku untuk mencari tema dan domain yang cocok untukku sendiri. Bahkan kadang aku bingung, template yang kayak gimana yang cocok untuk blog dan diri ku?
Continue reading Blog dan Kelabilanku

Senin, 29 Januari 2018

Tentang Hilang

Assalamu'alaikum!

Tahun berganti, umur bertambah, wajah menua. Gak terasa tahu ini saya memasuki usia dewasa, dua puluh tahun. Entah mengapa, saya sedikit takut memasukinya. Dan jujur, saya cukup takut menua. Melihat perubahan saya kelak, hingga menghuni liang lahat nanti.

Saya takut, dengan banyak kemungkinan-kemungkinan yang saya buat dan bayangkan sendiri. Saya takut kehilangan, apalagi jika saya yang hilang. Saya takut membayangkan kalau salah satu dari orang terdekat saya pergi dan wajahnya tidak dapat saya tatap lagi.

Saya takut membayangkan saat kelak saya sudah tidak ada di dunia ini lagi, tempat seperti apa yang nanti saya datangi? Apakah saya akan kembali melihat orang terdekat saya? Apakah mereka akan mengingat saya? Apakah amal saya cukup untuk dapat tinggal di Surga? Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan di pikiran saya saat mengingat tua.

Sumber
Apa nanti saya bisa menjadi istri yang baik untuk suami saya? Menjadi ibu madrasatul 'ula anak-anaknya? Menjadi nenek yang mencintai cucu-cucunya? Semoga.

Apa nanti dunia yang saya lihat saat ini akan berubah seiring waktu? Dan teknologi-teknologi yang diciptakan semakin canggih dengan kecerdasan buatan?

Apa jika nanti saya hidup di akhir zaman, saya bisa mempertahankan Iman saya? Apa saya bisa membedakan mana yang baik dan buruk?

Apa kelak jika saya sudah wafat, nyawa saya diambil dengan perlahan? Apa yang akan saya lihat nanti? Bagaimana amal saya semasa di dunia ini?

Saya takut. Jika nanti ketakutan-ketakutan saya membuat saya tertekan sendiri. Bicarapun saya nggak berani. Saya tidak ingin orang lain merasakan ketakutan saya juga. Cukup saya saja. Tapi saya merasa butuh bercerita.


Terima kasih telah membaca ketakutan saya. Semoga harimu menyenangkan.
Continue reading Tentang Hilang