Selasa, 30 Mei 2017

#2: Sahur\(´▽`)/ (Part 1)

Assalamu'alaikum teman-teman! (^3^)/

I'm back. Masih menyelesaikan challange yang aku buat sendiri. Walaupun agak-agak malas buatnya tapi harus tetap ngeblog biar #Istiqomah. Hahaha

Gimana puasa kalian tahun ini? Masih semangat buat Tarawih? Masih dong yaa, kan masih segar-segarnya nih aroma minggu pertama puasa :D Gimana sahurnya semalam? Masih kuat buat bangun sahur kan? Kalau takut kesiangan, bisa pasang alarm dan set dering yang paling ngagetin biar segera bangun loh. Atau bisa juga minta tolong bangunkan sama tetangga atau anak-anak yang keliling kampung :D

Ngomong-ngomong tentang bangun sahur, aku jadi ingat. Jadi dulu, sekitar tujuh-delapan tahun yang lalu di daerah rumahku para remaja laki-laki tanggung yang sering bangunin sahur. Seminggu full awal puasa selalu keliling jalan sambil pawai. Bukan pawai sih, tapi mereka bawa beduk yang ukurannya sedang gitu, galon air kosong, atau pentongan, dan kalau ada tiang listrik pasti tiang listriknya diadu sama penabuh beduk. Suaranya berisik banget. Setiap jam dua pagi sampai jam tiga mereka keliling, bangunin sahur. Aku sampai mikir, mereka gak tidur mungkin ya? :'D

Atau tiga tahun yang lalu, di masjid dekat rumah ada bapak-bapak yang setiap jam setengah tiga sampai setengah empat bangunin sahur melalui mic masjid. Hampir semua bapak-bapak yang aktif banget di masjid itu disebut. Satu per satu. Bayangin, dari jam setengah tiga sampai setengah empat sudah pegang mic di masjid buat bangunin orang. MasyaaAllah banget. Mungkin bapak yang bangunin itu sudah bangun dari jam dua, tapi gak ada kerjaan kali ya, aku mikirnya gitu dulu :(

Dulu rasanya kok risih banget ya dengar mereka keliling sambil teriak-teriak, atau dengar bapak-bapak ngomong sendirian di masjid. Berisik, ganggu orang lagi nonton TV :'3

Tapi kok sekarang malah kangen. Remaja-remaja yang suka keliling sekarang rata-rata sudah berkeluarga semua, dan belum ada yang jadi pengganti buat keliling :( Terus bapak-bapak yang biasa aktif bangunin orang sahur via mic masjid sudah meninggal setahun yang lalu. :(

Jadi kangen deh. Padahal dulu suka diomeli sama ibu-ibu atau nenek-nenek yang keberisikan. Tapi mereka tetap aja keliling dengan santainya. Yaampun mentalnya kuat banget :'D

Yasudah, sekian dulu tulisanku kali ini. Semangat Sahur! :D
Continue reading #2: Sahur\(´▽`)/ (Part 1)

Senin, 29 Mei 2017

#1: Tarawihヾ( ゚∀゚)ノ゙




Hal pertama dari bulan Ramadhan adalah tarawih. Dan biasanya hari pertama tarawih seluruh masjid, mushala bahkan tempat-tempat shalat lain penuh, bahkan membludak. Orang dewasa, remaja, hingga anak-anak ikut meramaikan pertama tarawih.


Selalu menyenangkan saat melihat rumah Allah ramai oleh anak kecil. Yah, walaupun risikonya jama'ah yang shalat harus rela kekhusyukannya diganggu mereka. Baru ikut shalat Isya sudah bertingkah, seperti menangis atau teriak-teriak karena diabaikan ibunya. Ini nih yang buat orang-orang kadang kesal kalau ada jama'ah wanita yang membawa bayi atau balita.-_-

Tapi kalau diperhatikan lagi, tingkah anak-anak ini membuat masjid terasa hangat. Lari-lari dari shaf depan hingga belakang, tertawa terbahak-bahak karena melihat ibunya sujud, ikut shalat dengan tingkah polosnya, atau menempel pada ayah mereka saat bangun dari sujud. Hati terasa hangat saat melihatnya :)


Sampai ada orangtua yang dengan sabar ikut tidak shalat untuk menenangkan balitanya. Yaampun, gemas banget. Rasanya pengen gendong itu balita terus diajak keliling masjid biar ibunya bisa ikutan shalat :'D Tapi yaa itu emang salah satu risiko orang tua yang membawa anak-anaknya ke masjid sih. Walaupun semenyebalkan apapun anak mereka, diupayakan tetap ke masjid. Agar anak-anak terbiasa dengan rumah Allah, dan menganggapnya penting. :)



Yaampun, kalau ditulis mungkin gak selesai-selesai yaa. Oh iya sebagai penutup, aku sematkan kutipan Muhammad Alfatih, sang penakluk Konstantinopel tentang anak-anak di Masjid :D Selamat tarawih!
"Jika suatu saat masa kelak kamu TIDAK lagi mendengar bunyi bising dan gelak tertawa anak-anak riang di antara shaf-shaf Shalat di masjid-masjid, maka sesungguhnya takutlah kalian akan kejatuhan Generasi muda kalian di masa itu"
Continue reading #1: Tarawihヾ( ゚∀゚)ノ゙

Ramadhan Challenge

Assalamu'alaikum, semua!
Hallo, apa kabar? Semoga sehat selalu yaa :D

Jadi mulai hari ini aku mau kasih challange buat diriku sendiri selama bulan Ramadhan ini. Yaitu one day one post (like one day one juz><). Challange ini sebenarnya buat menguatkan niat aku menulis sih, karena entah kenapa aku

malas banget buat ketik ide yang sedang berpelangi di atas kepala.

Oh iya, karena selama bulan Ramadhan juga sepertinya kerjaan aku bakal lebih sedikit dari sebelum-sebelumnya, dan kegabutan a.k.a jam santai aku semakin bertambah, jadi lebih baik aku melakukan hal-hal yang sedikit berfaedah untuk diriku sendiri :3 Daripada aku hanya main handphone dan browsing-browsing gak bermakna :'D

Challange-nya aku mulai terhitung hari ini. Semoga bisa tetap menulis :D


Selamat berpuasa! Semoga ibadah kita diterima oleh Allah dan bertambah rajin mengerjakan perintah-Nya :D
Continue reading Ramadhan Challenge

Jumat, 21 April 2017

Maafkan pernah menjadikanmu alasan hijrahku


Maafkan aku.

Yang dulu pernah menjadikanmu salah satu alasan atas hijrahku. Sebab dirimulah, aku yang dulu begitu ingin berubah menjadi lebih baik. Karena aku tahu kau menyukai wanita yang kelak nanti bisa kau ajak mengikuti pengajian. Dan sejak itu, aku berusaha tidak mengantuk dan mencintai setiap kajian.


Maafkan aku.

Jika dulu pernah menjadikanmu salah satu alasan atas hijrahku. Sebab kudengar kalau kau sangat mengagumi Fatimah Azzahra, putri Rasulullah S.A.W. Sejak itulah aku mengubah sikapku seumpama Fatimah agar kelak kau bisa menjadi Ali bagiku.
Maafkan aku.

Pernah menyebutkan dirimu dalam untaian doa yang kulantunkan. Pernah merajut rindu dengan demikian rapat. Merangkum imaji yang sedemikian tinggi atasmu.

Maafkan aku.

Setelah melihatmu benar-benar berusaha dalam ibadahmu membuatku malu. Bagaimana mungkin aku meminta kamu yang mencintai Allah dengan seluruh nafasmu? Sedangkan dibanding denganmu, aku masih menghitung tiap kemungkinan pahala yang kudapatkan. Sombongnya aku untuk memintamu yang bahkan Allah mencintaimu.

Sekali lagi, tolong maafkan aku.

Yang pernah menjadikanmu alasan atas hijrahku. Atas kedekatanku dengan Allah. Dan pernah merindukanmu.
Continue reading Maafkan pernah menjadikanmu alasan hijrahku

Kamis, 20 April 2017

Buram

Aku hanya percaya tanpa mengharapkan apapun. Aku hanya percaya, bahwa kamu adalah semu. Kamu memang semu, Tak tersentuh, tak tergenggam.

Hari yang terlewat selalu membawa dokumen-dokumen tentangmu. Senyummu, tawamu, harummu. Semua bagai berputar dan mendekapku erat. Sampai aku hampir kehabisan nafas, dan terengah-engah menghirupnya.

Jalan-jalan yang pernah kita lewati masih sama. Gedung-gedung bertingkat, anak-anak kecil melompat, aspal-aspal yang pekat. Melewatinya terasa dejavu. Menyebrangi memori yang perlahan tersapu.

Sampai kini aku masih percaya bahwa kau memang diciptakan jauh. Tak terjangkau. Seumpama jarak, kau adalah jeda panjang yang akupun kelu melanjutkan. Kaku. Canggung.

Selain semu, kata yang tepat untukmu adalah buram. Bahkan bayangmu terlalu buram untuk ku lihat. Padahal kata mereka, kau jelas sekali di depanku. Tepat lima jengkal dari diriku. Tapi mengapa kau terlihat abu-abu?

Continue reading Buram

Selasa, 18 April 2017

,

Tuhan Tahu Kita Mampu


Pernahkah dirimu merasa gelisahBegitu hebatnya beban yang harus engkau bawaKau rasa susah, semangat patah, lalu kau pasrahHentikan langkah, hingga akhirnya kau mengalah

Pernahkah merasa begitu lelah? Merasa bahwa diri sudah tidak bisa menanggung beban lagi. Lelahmu memaksa dir untuk tunduk, berhenti dari seluruh perjuangan yang kau lalui. Kakimu seakan gemetar untuk melangkah, bahkan untuk bertahan menopang. Seluruh raga memaksa untuk menghentikan perjuangan. Cukup sudah, kata tubuhmu.
Di saat itu kau harus tahu
Bahwa Tuhan sebenarnya memberi ujian padamu
Ujian untuk mengukur kadar keimananmu
Ujian untuk mengangkat meninggikan levelmu
Karena tak ada ujian yang tak bisa dilalui
Karena Tuhan telah mengukur diri ini
Lebih baik hadapi segala beban diriHadapi dengan ikhlas di hati
Saat itu pula imanmu menguatkan, kau sedang diuji oleh-Nya. Berjuanglah. Ia mengusap kepalamu lembut, sambil terus menyemangati. Lalu mengulurkan tangan saat batasmu hampir tiba dan berkata "Kau rela berhenti setelah perjuangan yang kau lalui selama ini?"

Ketika itu pula kau ingat perjuangan-perjuangan temanmu di sana. Tidak diterima oleh orang tuanya, dimusuhi teman-temannya, diteror dengan surat, hingga diperangi karena pendiriannya. Rasakanlah, perjuangan yang kau hadapi tidak lebih mudah dibandingkan mereka.
Engkau tak sendirian menghadapi cobaanSaudara seiman pasti kan ulurkan tanganKita hadapi semua dengan hati terbukaYakin ini hanyalah ujian semata
Bertubi-tubi cobaan pun silih berganti Seakan-akan tak habis-habis dan tak berhenti
Kita rasakan semakin lemah setiap hari
Bahkan muncul keinginan tuk coba bunuh diri
Ingatlah mereka, saudarimu. Yang juga mengulurkan tangan dan siap menyediakan telinga untukmu bercerita. Dan jangan lupa, kau masih punya Allah-mu untuk bersandar. Tidakkah kau sadar, Allah tidak membiarkan hamba-Nya luput dari cobaan bahkan setelah ia sungguh-sungguh.

Jangan menyerah, kau masih punya hal yang bisa kau pertahankan alasan untuk tetap maju berjuang. Walaupun ujian itu serupa hujan yang datang bertubi-tubi, atau seperti puasa Sunnah yang hanya datang kadang-kadang saja. Atau yang kau bisa hadapi sendirian, ataupun yang membutuhkan bantuan teman-temanmu.
Tapi sejenak cermatilah kehidupan ini
Betapa luasnya karunia dari ilahi
Meski kadang di tengah, kadang di sisi

Kadang di atas, kadang di bawah, kadang tak dimengerti
Sadarlah kawan, di sepanjang perjalanan
Sungguh hidup ini terus memberi pelajaran
Karena bagaimanapun selalu ada TuhanYang memberikan kekuatan

Satu persatu seiring berjalannya waktu
Kita akan tahu sebenarnya yang Tuhan mau
Tuhan ingin kita jadi manusia yang tangguh
Tuhan ingin agar kita tak mudah tuk mengeluh
 
Dan ingat saja senyum mereka yang kau dapatkan. Kebahagiaan mereka yang kau juga dapatkan. Tetaplah menjadi orang baik, saat sekitarmu memaksa berbuat buruk. Tetaplah membumi, walaupun dirimu sedang di atas langit.

Kaupun sadar, setiap hal yang kau lalui selalu ada pelajaran. Sekecil apapun masalah, hikmah yang di dapat terasa berarti. Mengingatkan diri untuk terus berjalan. Terus berjuang. Hingga Allah berkata, waktumu sudah cukup di dunia ini. Kembalilah pada-Ku, sesungguhnya tempatmu kembali adalah Aku.
Aku di sini sedia menemani
Siap bantu jika beban itu mau kau bagi
Jangan pikirkan pamrih, hilangkan semua perih
Jangan lagi terpuruk dan tenggelam dalam sedih
 
Genggam erat pundakku, cengkeram erat bahuku
Biar segera terbagi semua beban itu
Bersama kita maju dan melangkah tanpa ragu
Hapus semua pilu agar kita terus melaju
 
Tuhan tak pernah tidur, apalagi mendengkur
Semua ini jelas-jelas telah Tuhan ukur
Mungkin dengan begini kita kan tahu bersyukur
Mungkin dengan ini kita takkan pernah takabur
Jangan ada penyesalan di kemudian hari. Imanmu selalu menyemangati, dan menggandeng erat tanganmu untuk menguatkan. Teman-temanmu akan selalu siap mendengar dan mengulurkan tangan untuk membantu. Dan yang harus kau ingat, Allah-mu selalu memanggilmu setiap hari. Selama 5 waktu. Dan kaupun membaca surat cinta-Nya, kau tahu Allah-mu tidak pernah mengecewakanmu.

Semuanya telah Allah-mu rancang. Bukan untuknya, tetapi untukmu. Untukmu di dunia, dan akhiratmu. Seluruhnya untukmu. Apa yang kamu takutkan? Keadilan-Nya melebihi dunia, kasih sayang-Nya melampaui alam semesta. Apa yang kau takutkan?
Saat kau terpuruk dan terjatuh
Pakai pundakku dan kita lawan terpuruk itu
Karena Tuhan tahu kita mampuSaat beban penuhi pundakmu
Genggam bahuku dan kita bagi bebanmu itu
Karena Tuhan tahu kita mampu

***

(Terinspirasi dari lagu Ali Sasta ft. The Jenggot - Tuhan Tahu Kita Mampu) 
Continue reading Tuhan Tahu Kita Mampu

Rabu, 29 Maret 2017

Kemana Rindu Ini Pergi?

Aku berjalan diantara dua bias matamu
yang berpendar di keheningan malam
ia bertanya dengan suara sengau
"Dimana rindu?"
lalu berlari-lari di antara kerumunan ingatan
yang datang bertumpuk-tumpuk
"Aku datang"
ujar rindu yang berdoa di setiap pagi
hingga kembali membuat asa
.
Esoknya di penghujung pagi
rindu itu menggemakan wajahmu
terus tampak pada setiap orang di sekitarku
gaya rambutmu, parfummu, bahkan senyummu
yang ku kira itu kamu
sambil terus memfatamorganakan ingatan
ia berbisik jenuh
"Dimana rindu?"
.
Seminggu tanpa fatamorgana wajah dan ingatan tentangmu
rindu kembali berulah.
Kini dia membuatku merasa bahwa ada namamu
dalam notifikasi chatku
berkedip ringan, lalu berdering sebentar
betapa bodohnya rindu yang membuat seluruh fatamorgana itu
.
Setahun dengan seluruh fatamorgana rindu
membuatku mengerti
saat fatamorgana wajahmu terpola di setiap orang yang kutemui
wangi parfum yang terlalu mirip denganmu
notifikasi percakapan fana darimu
saat itulah rindu-rindu itu demonstrasi
memaksaku memulai percakapan
.
Dua tahun rindu yang terpendam
kemudian perlahan hilang
"Kemana rindu pergi"
ucap sebagian diriku
dan kini aku yang sibuk sendiri
mencari rindu yang tak berbekas
dengan menatap fotonya
menghirup harum parfumnya
tapi kenapa,
Rindu itu tidak kembali.
Kemana rindu ini pergi?
Continue reading Kemana Rindu Ini Pergi?