Sabtu, 30 April 2022

Having Friend(s) is a Gift!

Assalamu'alaikum!

Gimana liburannya kemarin? Puas nggak jalan-jalannya? Sama siapa aja mainnya?

Kalau aku, selama liburan kemarin akhirnya bisa kumpul sama teman-teman masa kecil! Seneng! Karena walaupun rumah kami dekat, tapi kalau mau sesuaikan jadwal buat kumpul rasanya susah banget. Ada aja kegiatannya tiap hari dan jadi banyak nunda-nunda deh.

Punya teman itu merupakan salah satu kado terbaik ya. Ada yang mau paham dan mengerti, rela bantu, dengar cerita. Punya teman yang baik dan mau mengerti emang sebahagia dan sesenang itu.

Dulu kami pernah selama hampir lebih dari tiga bulan nggak kumpul. Aku pikir bakal canggung waktu ketemu, eh ternyata obrolan malah nggak berhenti-berhenti. Nggak kehabisan bahan cerita sama sekali. Apa aja dijadiin bahan cerita! Hahaha. Since that moment, i'm sure that we are having a close relationship!

Aku punya beberapa teman dekat. Tapi kali ini aku mau cerita tentang teman kecilku, sekitar rumah. Teman-teman di mana aku berkembang dan tumbuh. Dari mereka aku lebih banyak tau tentang nama jalan, orang-orang sekitar dan merayakan tahun baru untuk pertama kalinya. Iya, waktu kecil dulu aku merupakan orang yang nggak bisa bersosialisasi dan basa-basi. Hidupku lurus aja, berangkat sekolah > pulang > main/baca buku di rumah > tidur siang > mandi > nonton tv > tidur. Diulang setiap hari.


friends, teman, sahabat,
One of our pic

Sampai akhirnya aku mulai kenal satu persatu temanku. Nina, tetangga depan rumah dulu. Caca, sepupuku. Lalu dikenalkan dengan Fitri, teman sekelas Nina. Serta beberapa orang lain yang secara nggak langsung dikenalkan ke mereka juga. Awalnya kami bermain dan kumpul biasa aja. Tapi entah kenapa sejak bulan Ramadhan kami makin sering main bareng. Jalan-jalan habis Shubuh, shalat tarawih bareng, terus lanjut nongkrong di jalanan depan gang. Nggak terasa kebiasaan itu berlanjut sampai tiga tahun.

Masuk sekolah menegah atas, kami mulai jarang main. Selain banyaknya tugas sekolah, kami juga menemukan teman baru yang berbeda.Waktu itu kami belum kenal grup chat. Tapi setiap acara ulang tahun, kami berusaha untuk merayakannya bersama!

Kelulusan sekolah adalah momen di mana kami bisa bermain lagi. Akhirnya kumpul yang benar-benar kumpul! Obrolan waktu pertama kali bertemu rasanya nggak selesai-selesai. Apapun umpannya, pasti ada sambarannya.

Mulai bekerja, menghasilkan uang sendiri. Akhirnya kami bisa main bareng dan makan di KFC pakai uang sendiri. Kami bisa belanja pakaian bersama-sama. Kami bisa saling traktir di restoran yang waktu kami kecil hanya sekali dua kali dalam setahun.

Punya teman itu adalah anugerah, sebuah hadiah. Mereka mau mendengarkan ceritamu dan bersedia membantu. Mereka mau berbagi, memarahimu, membelamu. Padahal tak ada hubungan darah di antara kalian. Mereka peduli. Aku banyak belajar dari mereka, tentang berbagai hal. Dan mereka nggak segan untuk membantu. Kalau kalian melihat Manzila sekarang yang agak lebih baik, salah satunya karena peran mereka juga.

Jadi, terima kasih telah menjadi teman selama lebih dari sepuluh tahun! Semoga kita selalu bisa jadi teman yang saling mendukung dan menguatkan.
Continue reading Having Friend(s) is a Gift!

Kamis, 28 April 2022

Kepada Dia yang Perasa

Hai.

Lelah juga ya setelah sejauh ini melangkah. Kakiku kebas, kamu gimana?

Boleh kita istirahat dulu sebentar? Duduk santai memandang matahari terbenam di tepi jalan. Tak ada obrolan pun tak apa. Bahkan definisi nyamanku bersamamu adalah saat kita tanpa bicara namun tetap merasa terkoneksi.

Aku merasa sudah terlalu jauh melangkah, meninggalkan orang-orang di sekitarku, sedangkan kau masih bisa bersama mereka. Itu membuatku berpikir, seberapa banyak yang aku singkirkan?

Hal yang aku inginkan memang kudapatkan, tapi apa ini sebanding dengan momen yang aku tinggalkan di belakang? Aku hanya membawa logika dan egoku, sepasang kawan lama yang kembali dipertemukan. Mereka terlihat senang sekali mengaturku, menjadi yang paling semangat saat aku sedang kesulitan.

Pernah beberapa kali aku mengajak berhenti untuk sekadar memandangi langit malam yang menenangkan, namun kau selalu bilang malam terlalu menakutkan untukku. Atau meminta berhenti untuk sekadar duduk di trotoar sambil menghabiskan jajanan yang kita beli di sana.

Aku hanya perlu istirahat dari sibuknya hariku, aku hanya perlu memandang sekitar, aku hanya perlu waktu untuk tidak melakukan apa-apa bersamamu.

Ternyata jalan yang kita lalui sudah tidak lagi satu arah. Aku dengan kesibukanku akan pekerjaan dan percintaan, dan kau yang merasa dilupakan lalu pergi mencari kebahagiaan.

Hingga saat ini pertanyaanku masih sama. Namun tidak akan aku ucapkan lagi, karena pada dasarnya kita sudah berbeda, tak ada suatu benang yang bisa menjahit sisinya. Jadi, aku memilih untuk merelakannya. Mungkin kita akan lebih indah jika memiliki polanya sendiri.


Sampai jumpa di persimpangan jalan, tempat aku dan kamu bertemu saat saling rindu. :)

Continue reading Kepada Dia yang Perasa

Selasa, 26 April 2022

,

Tentang Merasa Cukup

Hai! Apa kabar!

Akhir-akhir aku ini sedang tidak merasa baik-baik saja. Padahal ini bulan kelahiranku, tapi rasanya seperti ada sesuatu yang kurang.

Ekspektasi untuk diberi ucapan oleh orang-orang terdekat malah membuatku murung. Aku kecewa saat dilupakan, karena menurutku hari ulang tahun adalah momen penting. Satu kali seumur hidup, hal yang harus disyukuri dan dirayakan.

Setelah dipikir-pikir, siapa yang seharusnya bersyukur? Bukankah harusnya aku sebagai orang yang dilahirkan, harus lebih banyak memuji penciptaku dan meminta maaf atas kealpaanku dalam beribadah kepadanya?

Aku banyak sadar saat melakukan kesalahan, dan kadang memaklumi hal itu atas dasar kesenangan diri dan merasa "Allah-ku mengerti kok". Sombong ya?

Hingga aku menemukan suatu lirik lagu yang terdengar sangat mewah. Sebuah lagu dari Tulus dengan judul "Diri". Pasti semua orang sudah pernah mendengarnya. Bait di lagu

"Suarakan, bilang padanya jangan paksakan apa pun. 
Suarakan, ingatkan aku makna cukup."

Rasanya semua emosiku hari itu reda karena sebuah lirik lagu. Ingatkan aku makna cukup. Satu kalimat yang meluluhkan api kemarahan atas tidak adanya ucapan ulang tahun dari beberapa orang terdekat. Padahal jika diingat kembali, ada lebih banyak orang yang mengingat dengan senang hati dan memberikan doa baik. Aku lupa pada mereka yang benar-benar peduli, saking fokusnya dengan orang yang bahkan sudah melepas jabatan tangan.

Yang aku sadari saat ini, perasaan cukup adalah sesuatu yang sangat mewah. Cukup atas nikmat, cukup atas kehadiran manusia, cukup atas rezeki, dan kecukupan lainnya.

Untuk itu, doa tahun ini adalah, "Menjadi bahagia, merasa cukup atas diri serta hal-hal di sekitar, dan dikelilingi orang baik yang mau menuntunku."


Selamat bulan kelahiranmu, diriku.

Continue reading Tentang Merasa Cukup

Selasa, 15 Juni 2021

It's.... relieve

 hey, it's been a while.. after my business, denial to everything, keeping it by myself.

udah lama banget dari terakhir kali aku tulis sesuatu di blog ini, sejak terakhir kali membagikan perasaan. kalian apa kabar?

aku sedang menata kembali, kepingan-kepingan perasaan, kenangan, waktu yang kayak aku sia-siakan sebelumnya. rasanya aku terlalu banyak ketinggalan dan meninggalkan segala hal karena kesibukan atas diriku sendiri. terlalu banyak yang dikorbankan atas hal tersebut, keluarga, teman, momen, dan lainnya.

perasaan lega yang akhirnya aku temukan setelah bercerita dan didengarkan. perasaan masih harus banyak belajar setelah dimarahi dan ditolak mentah-mentah penjelasannya. perasaan ternyata tetap butuh seseorang, sejauh apa pun melangkah sendiri.

ternyata yang aku cari selama ini bukan sesuatu di depan sana, bukan pencapaian. aku cuma butuh duduk, memandang kehidupan, dan didengarkan. aku rindu bercerita tanpa harus merasa terbebani.

it's a gift to having an old friend.. it's blessing when you having time with them..

aku yang disibukkan dengan semua mimpi, target, dan tekanan atas diri sendiri ternyata butuh untuk ditahan. agar nggak meninggalkan perasaan dan hanya membawa ego, akibat ketakutan.

dan rasanya hari ini benar-benar lega.

sampai aku bisa menerima perasaan "gak semua harus sesuai keinginan, gak semua harus dipaksa sesuai."

karena enggak semua harus dikejar. nggak semua hal perlu dengan keharusan.



thank u for being someone who always be there.

Continue reading It's.... relieve

Minggu, 16 Mei 2021

Untuk Seseorang Istimewa di Hari Istimewa

Terima kasih masih merayakan Idulfitri bersamaku. Walau pun doamu belum sempat terwujudkan di tahun kedua ini, semoga ia tetap mengisi aamiin-mu di setiap sujud.

Aku yang pada dasarnya penakut dan bertopeng ini akhirnya luluh saat dihadapkan pada uluran tanganmu. Yang meyakinkan kalau semua akan baik-baik saja, yang meyakinkan bahwa genggam itu tak akan dilepaskan.

Saat akhirnya kutanggalkan topeng yang sekian lama kukenakan, ditatap dengan tajam. Aku yang ketakutan, buru-buru memasangnya kembali. Namun tanganmu menahan dan menyembunyikan topeng itu di sakumu. Aku yang kebingungan malah menangis, untuk pertama kalinya di hadapan orang lain.

Terima kasih untuk tetap menggenggam, bahkan saat jalan yang dilalui licin dan tak seimbang.

Si yang tidak pernah terbiasa menerima kebaikan orang lain itu akhirnya mulai terbuka. Bercerita sepanjang jalan, mengeluhkan apa yang dikesahkan, membincangkan perasaan. Ya, dia itu adalah aku.

Terima kasih sudah mau menuruti keinginan jalan-jalan, menemani saat dimintai bantuan, ditenangkan saat butuh sebuah pelukan.

Selalu menanyakan keinginan lalu mengusahakan adalah bentuk tak kasat mata dari rasa sayang.

Terima kasih telah menjalani sejauh ini. Semoga di depan sana, kita masih memiliki kendaraan dan jalan yang sama untuk dilalui, tanpa berhenti.
Continue reading Untuk Seseorang Istimewa di Hari Istimewa

Senin, 12 April 2021

Satu Hari di Bulan April

 Ada satu hari di bulan April, di mana aku hanya ingin bersembunyi.

Satu hari di mana aku tidak ingin bertemu siapa pun. Hanya ingin menyembunyikan keberadaanku dari orang lain. Sendirian.

Padahal sebelumnya, hari itulah yang selalu aku tunggu setiap tahun. Terjaga semalaman suntuk hanya untuk mengecek perhatian orang sekitar. Tersenyum saat diberi doa-doa baik.

Ada satu hari di bulan April, saat aku hanya ingin bersama diriku sendiri.

Menengok perjalananku sudah sejauh mana, melihat pencapaianku sudah sebanyak apa, bercerita bagaimana luka dan bahagia yang telah aku dapatkan membuatku terus berjalan.

Hari itu rasanya hanya ingin menangis seharian.

Membuka ketakutan dan lelah yang selama ini aku tinggalkan jauh di ujung jalan. Menjadi lemah untuk sebentar. Bersedih sekaligus menertawakan kehidupan.


Ada satu hari di bulan April, di mana aku hanya ingin bersembunyi.

Namun rasanya terlalu jahat, karena pada hari itu orang-orang sekitarku membawakan senyuman dan doa kebahagiaan.

Continue reading Satu Hari di Bulan April

Kamis, 11 Maret 2021

Sore




Begini rasanya jatuh yang benar-benar jatuh ya?

Rindu yang tidak selesai hanya dengan jumpa. Senang dan sedih yang teraduk dalam satu waktu yang sama. Khawatir dan cemburu sudah jadi satu hal yang mengiringi hari.

Aneh sekali.

Apalagi untukku yang tidak pernah percaya pada orang lain. Tidak pernah mau untuk bergantung kepada siapa pun. Tidak pernah peduli pada apa yang orang lakukan. Duniaku terasa dimasuki seorang asing yang dengan senang hati aku persilakan hadir.

Aku yang tidak suka diatur, takluk pada kata-kata tidak darinya. Dibantu mengerti dan mengurai apa yang selalu aku rasakan, tentang segala hal. Diajarkan bagaimana menyukai dan sayang pada diri sendiri. Wanita yang selalu ikut berdebat setelah diberitahu kesalahannya ini, malah tersenyum senang saat ditegur dan diingatkan.

Aku menyukai perasaan ini. Juga menyukai dia yang membuatku merasakan hal ini.

Jadi, inilah jatuh cinta?
Ah, memangnya aku tau apa itu cinta?



Continue reading Sore