Kamis, 28 April 2022

Kepada Dia yang Perasa

Hai.

Lelah juga ya setelah sejauh ini melangkah. Kakiku kebas, kamu gimana?

Boleh kita istirahat dulu sebentar? Duduk santai memandang matahari terbenam di tepi jalan. Tak ada obrolan pun tak apa. Bahkan definisi nyamanku bersamamu adalah saat kita tanpa bicara namun tetap merasa terkoneksi.

Aku merasa sudah terlalu jauh melangkah, meninggalkan orang-orang di sekitarku, sedangkan kau masih bisa bersama mereka. Itu membuatku berpikir, seberapa banyak yang aku singkirkan?

Hal yang aku inginkan memang kudapatkan, tapi apa ini sebanding dengan momen yang aku tinggalkan di belakang? Aku hanya membawa logika dan egoku, sepasang kawan lama yang kembali dipertemukan. Mereka terlihat senang sekali mengaturku, menjadi yang paling semangat saat aku sedang kesulitan.

Pernah beberapa kali aku mengajak berhenti untuk sekadar memandangi langit malam yang menenangkan, namun kau selalu bilang malam terlalu menakutkan untukku. Atau meminta berhenti untuk sekadar duduk di trotoar sambil menghabiskan jajanan yang kita beli di sana.

Aku hanya perlu istirahat dari sibuknya hariku, aku hanya perlu memandang sekitar, aku hanya perlu waktu untuk tidak melakukan apa-apa bersamamu.

Ternyata jalan yang kita lalui sudah tidak lagi satu arah. Aku dengan kesibukanku akan pekerjaan dan percintaan, dan kau yang merasa dilupakan lalu pergi mencari kebahagiaan.

Hingga saat ini pertanyaanku masih sama. Namun tidak akan aku ucapkan lagi, karena pada dasarnya kita sudah berbeda, tak ada suatu benang yang bisa menjahit sisinya. Jadi, aku memilih untuk merelakannya. Mungkin kita akan lebih indah jika memiliki polanya sendiri.


Sampai jumpa di persimpangan jalan, tempat aku dan kamu bertemu saat saling rindu. :)

0 komentar:

Posting Komentar