Senin, 09 Juli 2018

Hidayah itu Mutlak Milik Tuhan

Image result for menatap matahari
Hidayah itu memang mutlak milik Tuhan.

Sejauh apapun berlari, sejauh apapun jarak dengan kebenaran,
Jika Tuhan berkehendak untuk menggerakan hatmu menuju-Nya pasti akan datang juga.

Beberapa orang menolak kebenaran setelah mengetahuinya. Kata-kata diutarakan, fakta-fakta dipaparkan, tapi hati tetap menolak percaya. Padahal pembuktian telah disaksikan di depan mata. Padahal akalnya telah berkata setuju.

Memang, jika Tuhan belum ingin memberikan hidayah-Nya sejelas apapun beritanya, sekuat apapun buktinya. Bisa apa?

Hidayah itu memang mutlak milik Tuhan.
Sedekta apapun tempat ibadah dengan rumah, sedekat apapun dengan kebenaran. Jika akal cerdasmu disentil sedikit oleh-Nya, ragumu akan kehendak Tuhan akan memenuhi pikiran kritismu.

Beberapa orang memilih pergi setelah percaya dan menyaksikannya. Padahal telah bertahun-tahun merasa.

Tapi, hidayah itu memang mutlak milik Tuhan.
Jika Tuhan telah memilih untuk mengenal-Nya, bahkan karena kejadian kecilpun kau akan tetap mencari tahu tentang-Nya. Alasan sepele menurut orang lain poun bisa menuntunmu segera pada-Nya.

Benarla kalau hidayah itu memang mutlak milik Tuhan. Maka aku hanya bisa terus memperbarui dan menjaganya. Semoga aku salah satu yang diberi-Nya hidayah dan terus bisa menjaganya.

Continue reading Hidayah itu Mutlak Milik Tuhan

Selasa, 03 Juli 2018

Untuk Kamu yang Namanya Sempat dalam Doaku


Untuk kamu yang namanya sempat dalam doaku,

Terima kasih telah sempat hadir menghiasi untaian ceritaku.
Denganmu,
Aku pernah merasa semanja adik dengan kakaknya.
Pernah merasa terlindungi saat berdampingan.

Untuk kamu yang namanya sempat dalam doaku,,
Terima kasih telah membuatku berbincang lebih lama dengan Tuhanku.
Mendoakanmu akan keselamatanmu.
Merayu Tuhan agar aku bisa sedikit tahu tentangmu.


Untuk kamu yang namanya sempat dalam doaku,
Terima kasih akan hadirmu.
Doaku akan selalu sama, tapi mungkin tak seintens dulu.
Bukan lupa, aku hanya membatasi diri.


Karena aku tahu, selain aku pasti ada seorang wanita yang jauh lenih baik dariku yang juga mendoakanmu.
Aku tak mau membuat dia dan doanya cemburu saat bertemu aku serta doaku.

Untuk kamu yang namanya sempat dalam doaku,,
Terima kasih banyak telah menjadi dirimu dan pernah bertemu denganku.


Continue reading Untuk Kamu yang Namanya Sempat dalam Doaku

Jumat, 29 Juni 2018

S(he)'s BR(ok)EN

She's a girl with a shadow.
Her laugh is her tears,
Her smile is her broken heart.

She's said that "I'm okay!"
But the man doesn't hear 'was' word that she said before okay.

Встроенное

She's said that "I miss you!"
But the man doesn't understand that she wants to meet him,
Not to hear his voice.

She's a girl with the wall in her heart.
She's said that she loved him,
But she's afraid to give it.

She's a girl with her problem.
The man is okay and feels fine.

But she's broken.
Because the man is beside her,
But his heart is far from the girl.

Because the man's eye is looked at her,
But don't stare at her.
Continue reading S(he)'s BR(ok)EN

Kamis, 21 Juni 2018

Masih Percayakah Aku Saat itu?

Masih percayakah aku,
Ketika hidup di masa Muhammad muda berkata diangkat menjadi Nabi oleh Tuhannya?
Akankah aku ingkar padanya layaknya kaum Quraisy?
Semoga aku bukan termasuk bagiannya.

Masih percayakah aku,
Saat mendengar kabar bahwa Muhammad mendapat wahyu dan menggigil dalam balutan selimut karenanya?
Akankah aku ikut mengolok dan menganggap gila?
Semoga aku tidak.

Continue reading Masih Percayakah Aku Saat itu?

Deduksi Berlalu


Mungkin sikapmu adalah jawaban atas doa-doaku.
Mungkin raguku padamu juga merupakan tanda semesta untukku.

Padahal aku yang tunduk tangis berdoa,
Tapi aku juga yang tak membaca suratan-Nya.

Setelah selama ini kamu memecah belah perasaanku,
Mengaduk-aduk emosiku,
Menaik-turunkan harapanku.
Aku masih tak paham jawabannya.

Pikiranku tentang dirimu selalu hal yang baik-baik.
Tak sedikitpun curiga terlintas.
Karena emang seperti itulah dirimu yang kulihat.

Entah kamu yang terlalu rapi mengemas semuanya,
atau
Aku yang bodoh belum bisa membaca takdir-Nya.

Terima kasih.
Setidaknya setelah semua ini aku paham,
Tuhanku tidak akan membiarkanku berlarut dalam ketidaktahuan.

Continue reading Deduksi Berlalu

Rabu, 23 Mei 2018

Satu Arah

Sebenarnya, apa hanya aku yang menunggu?
Menatap layar ponsel lama-lama,
Membuka profilmu di media sosial.

Apa hanya aku yang berharap?
Setelah mengobrol berjam-jam,
Sambil bertukar senyum tentang masa depan.

Apa hanya aku yang mendoakan?
Menyebut namamu dalam untaian-untaian panjang,
Berbincang lirih dengan Tuhan-ku tentangmu,
Yang semoga baik-baik saja di sana.

Entahlah,

Aku terlalu lelah mengejarmu.
Kamu terlalu tinggi untuk digapai,
Terlalu fana untuk direalisasikan.

Padahal mataku hanya menatapmu,
Tapi kau mengalihkan matamu untuk memandangku.


Sepertinya aku hanya terlalu percaya diri,
setelah tau beberapa cerita yang tak kuketahui.
Begitulah,
Tapi kau tetap terlalu indah untuk dilewatkan dari pandanganku.
Mungkin aku memang telah membangun terlalu banyak harapan tentangmu.
.
Continue reading Satu Arah

Sabtu, 07 April 2018

,

Menghitung Hari

"Menghitung hari detik demi detik, menunggu itu kan menjemukan. 

Tapi ku sabar menanti jawabmu, jawab cintamu.


Jakarta, 17 Juni 2018.

Halo, apa kabar? Maafkan aku yang baru sekarang berani menulis surat untukmu. Dua tahun ini aku benar-benar sibuk! (dan menyibukkan diri :p) Aku tidak mau bercerita melalui surat ini, aku akan bercerita saat kau pulang saja. Ah iya, dan kau masih berhutang jawaban padaku!  Dan sekarang, kurasa inilah waktu yang tepat untuk menjawabnya.
Jangan kau beri harapan padaku, seperti ingin tapi tak ingin. 
Yang aku minta tulus hatimu, bukan pura pura.
Jangan menolak untuk menjawabnya! Kau telah menghilang dua tahun sejak aku menyatakan perasaanku. Aku bukan orang yang baik hati untuk menunggu lagi.  Walaupun aku agak terlambat menyadarinya, tapi setidaknya aku menyatakannya. Tidak sepertimu yang ambigu! Selalu disisiku, tapi ternyata lelah menungguku.

Jangan pergi dari cintaku, biar saja tetap denganku. 
Biar semua tahu adanya, dirimu memang punyaku.

Bisakah kau kembali dan menemuiku langsung untuk menjawabnya? Dan jangan pergi lagi. Di sini saja, tetap denganku. Ayo pergi ke cafe favoritmu dulu! Kita manggung lagi di sana, aku bernyanyi dan kau yang mengiringiku ya!

Maafkan aku selama ini tidak berani memandang dan menggandengmu di keramaian. Bukannya malu memilikimu, aku malu pada diriku sendiri. Bagaimana mungkin kau dan seluruh sifatmu cocok denganku yang serba kurang ini?

Setelah satu tahun pergimu, aku baru sadar betapa bodohnya ketakutanku selama ini. Ternyata jarak memang menciptakan ruangnya sendiri untukku menyadari. Terima kasih telah berani untuk tetap bertahan tanpa kejelasan.
Belum pernah aku jatuh cinta, sekeras ini seperti ini seperti padamu. 
Jangan sebut aku wanita, bila tak bisa dapatkan engkau."
Ah ya.. Ini pertama kalinya aku menyukai laki-laki begitu lama. Mungkin jika kau ingat, inilah rekor terlamaku menyukai dan tetap bertahan menghadapi laki-laki. Kamu pakai pelet ya biar aku tetap menunggumumu? :)

Jika kau bertanya, kenapa aku mengirim surat ke rumah orang tuamu. Jawabannya karena aku tidak diberi nomor handphonemu sama sekali oleh mereka. Bahkan sampai aku menangis di depan rumahmu hingga aku malu sendiri mengingatnya sekarang. Aku salut, mereka benar-benar menepati janji padamu. Tapi untungnya, ibumu memberitahuku kalau minggu ini kau akan kembali. Aku tidak sabar untuk mendengar ceritamu kali ini.

Kalau nanti kau sudah selesai membaca suratku, temui aku segera ya! Kau tahu pasti aku ada di mana.


Dariku,

Wanita bodohmu.


***



(Terinspirasi dari cover Fourtwnty - Menghitung Hari 2)
Continue reading Menghitung Hari