Kamis, 19 Juli 2018

Tentang Kematian

Entah kenapa beberapa malam terakhir aku memikirkan sesuatu yang sangat membuatku takut. Kematian. Memikirkannya membuatku benar-benar berdebar ketakutan. Aku takut menua dan mati.

Bukan, aku nggak takut wajahku keriput atau kemampuan fisikku menurun. Itu proses alamiah menurutku. Aku takut ketika tua nanti, apakah aku akan melupakan hal-hal yang telah terjadi dulu? Apa nanti aku bisa memandang dan dipandang sebagai orang yang sama?

Aku takut. Sungguh. Saat tiba-tiba teringat dan memikirkannya, jantungku berdebar kencang. Aku butuh di ruangan yang sama dengan orang lain agar bisa menenangkan diri, menyugestikan bahwa aku tidak sendirian.

Aku tahu, aku belum siap akan datangnya kematian. Padahal bisa terjadi kapan saja.

Tapi sekali lagi, aku takut membayangkan akan bagaimana di sana nanti?

Maksudku, jika di dunia ini aku makan, bermain, bekerja, berbicara dengan orang lain, dan kegiatan lainnya. Apakah setelah aku mati nanti aku akan melakukan hal yang sama dengan di dunia ini? Di sana aku sendirian, dan apakah saat sendirian itu aku akan mengingat kenangan semasa aku hidup?

Bahkan atas orang-orang terdekatku, aku takut membayangkan jika seandainya mereka benar-benar telah pergi. Aku benci lupa dan sendiri. Apalagi menua dan lupa, sendirian. Aku tidak suka membayangkannya, tapi aku merasa harus mengutarakannya.

Maaf, akan ketakutanku yang mungkin juga menakutkan dirimu.
Continue reading Tentang Kematian

Senin, 09 Juli 2018

Hidayah itu Mutlak Milik Tuhan

Image result for menatap matahari
Hidayah itu memang mutlak milik Tuhan.

Sejauh apapun berlari, sejauh apapun jarak dengan kebenaran,
Jika Tuhan berkehendak untuk menggerakan hatmu menuju-Nya pasti akan datang juga.

Beberapa orang menolak kebenaran setelah mengetahuinya. Kata-kata diutarakan, fakta-fakta dipaparkan, tapi hati tetap menolak percaya. Padahal pembuktian telah disaksikan di depan mata. Padahal akalnya telah berkata setuju.

Memang, jika Tuhan belum ingin memberikan hidayah-Nya sejelas apapun beritanya, sekuat apapun buktinya. Bisa apa?

Hidayah itu memang mutlak milik Tuhan.
Sedekta apapun tempat ibadah dengan rumah, sedekat apapun dengan kebenaran. Jika akal cerdasmu disentil sedikit oleh-Nya, ragumu akan kehendak Tuhan akan memenuhi pikiran kritismu.

Beberapa orang memilih pergi setelah percaya dan menyaksikannya. Padahal telah bertahun-tahun merasa.

Tapi, hidayah itu memang mutlak milik Tuhan.
Jika Tuhan telah memilih untuk mengenal-Nya, bahkan karena kejadian kecilpun kau akan tetap mencari tahu tentang-Nya. Alasan sepele menurut orang lain poun bisa menuntunmu segera pada-Nya.

Benarla kalau hidayah itu memang mutlak milik Tuhan. Maka aku hanya bisa terus memperbarui dan menjaganya. Semoga aku salah satu yang diberi-Nya hidayah dan terus bisa menjaganya.

Continue reading Hidayah itu Mutlak Milik Tuhan

Selasa, 03 Juli 2018

Untuk Kamu yang Namanya Sempat dalam Doaku


Untuk kamu yang namanya sempat dalam doaku,

Terima kasih telah sempat hadir menghiasi untaian ceritaku.
Denganmu,
Aku pernah merasa semanja adik dengan kakaknya.
Pernah merasa terlindungi saat berdampingan.

Untuk kamu yang namanya sempat dalam doaku,,
Terima kasih telah membuatku berbincang lebih lama dengan Tuhanku.
Mendoakanmu akan keselamatanmu.
Merayu Tuhan agar aku bisa sedikit tahu tentangmu.


Untuk kamu yang namanya sempat dalam doaku,
Terima kasih akan hadirmu.
Doaku akan selalu sama, tapi mungkin tak seintens dulu.
Bukan lupa, aku hanya membatasi diri.


Karena aku tahu, selain aku pasti ada seorang wanita yang jauh lenih baik dariku yang juga mendoakanmu.
Aku tak mau membuat dia dan doanya cemburu saat bertemu aku serta doaku.

Untuk kamu yang namanya sempat dalam doaku,,
Terima kasih banyak telah menjadi dirimu dan pernah bertemu denganku.


Continue reading Untuk Kamu yang Namanya Sempat dalam Doaku

Jumat, 29 Juni 2018

S(he)'s BR(ok)EN

She's a girl with a shadow.
Her laugh is her tears,
Her smile is her broken heart.

She's said that "I'm okay!"
But the man doesn't hear 'was' word that she said before okay.

Встроенное

She's said that "I miss you!"
But the man doesn't understand that she wants to meet him,
Not to hear his voice.

She's a girl with the wall in her heart.
She's said that she loved him,
But she's afraid to give it.

She's a girl with her problem.
The man is okay and feels fine.

But she's broken.
Because the man is beside her,
But his heart is far from the girl.

Because the man's eye is looked at her,
But don't stare at her.
Continue reading S(he)'s BR(ok)EN

Kamis, 21 Juni 2018

Masih Percayakah Aku Saat itu?

Masih percayakah aku,
Ketika hidup di masa Muhammad muda berkata diangkat menjadi Nabi oleh Tuhannya?
Akankah aku ingkar padanya layaknya kaum Quraisy?
Semoga aku bukan termasuk bagiannya.

Masih percayakah aku,
Saat mendengar kabar bahwa Muhammad mendapat wahyu dan menggigil dalam balutan selimut karenanya?
Akankah aku ikut mengolok dan menganggap gila?
Semoga aku tidak.

Continue reading Masih Percayakah Aku Saat itu?

Deduksi Berlalu


Mungkin sikapmu adalah jawaban atas doa-doaku.
Mungkin raguku padamu juga merupakan tanda semesta untukku.

Padahal aku yang tunduk tangis berdoa,
Tapi aku juga yang tak membaca suratan-Nya.

Setelah selama ini kamu memecah belah perasaanku,
Mengaduk-aduk emosiku,
Menaik-turunkan harapanku.
Aku masih tak paham jawabannya.

Pikiranku tentang dirimu selalu hal yang baik-baik.
Tak sedikitpun curiga terlintas.
Karena emang seperti itulah dirimu yang kulihat.

Entah kamu yang terlalu rapi mengemas semuanya,
atau
Aku yang bodoh belum bisa membaca takdir-Nya.

Terima kasih.
Setidaknya setelah semua ini aku paham,
Tuhanku tidak akan membiarkanku berlarut dalam ketidaktahuan.

Continue reading Deduksi Berlalu

Rabu, 23 Mei 2018

Satu Arah

Sebenarnya, apa hanya aku yang menunggu?
Menatap layar ponsel lama-lama,
Membuka profilmu di media sosial.

Apa hanya aku yang berharap?
Setelah mengobrol berjam-jam,
Sambil bertukar senyum tentang masa depan.

Apa hanya aku yang mendoakan?
Menyebut namamu dalam untaian-untaian panjang,
Berbincang lirih dengan Tuhan-ku tentangmu,
Yang semoga baik-baik saja di sana.

Entahlah,

Aku terlalu lelah mengejarmu.
Kamu terlalu tinggi untuk digapai,
Terlalu fana untuk direalisasikan.

Padahal mataku hanya menatapmu,
Tapi kau mengalihkan matamu untuk memandangku.


Sepertinya aku hanya terlalu percaya diri,
setelah tau beberapa cerita yang tak kuketahui.
Begitulah,
Tapi kau tetap terlalu indah untuk dilewatkan dari pandanganku.
Mungkin aku memang telah membangun terlalu banyak harapan tentangmu.
.
Continue reading Satu Arah