Selasa, 24 Desember 2019

Aren't we?

Don't let me feel like I'm fighting by my own
We are partner, aren't we?
I need you too, like you needed me

Don't let me think that I'm too good for you
Then I can leave you whenever I want
We must learning things together, aren't we?
I want to be taught too, like we still do

Don't let me say that I'm the most
You know we are all only human, aren't we?
I like being advice by you

Please,
don't make me feel that I'm bleeding the most
that you're the lucky one
and any mean word that I don't wanna hear
and any evil thought that I don't wanna say

Related image


We're still trying to be better, aren't we?
Continue reading Aren't we?

Jumat, 20 Desember 2019

Untuk Tuan Cahaya

aku melihatmu, di simpang jalan yang akan aku tuju
dikelilingi cahaya
menyilaukan mata

menyapa rasanya tidak selalu bisa aku lakukan,
seingin apapun aku melirihkan panggilan

kamu serupa,
keinginan yang orang-orang dambakan
mimpi yang orang-orang percaya

keberadaanmu penuh sorak sorai
perayaan kehadiran

aku yang memijak tanah bisa apa?
melangkah saja dipandu sisa terangmu
dibiasi penuh oleh ketakutan

berlindung di antara terangnya cahayamu
agar aku tak selalu beradu pandang

karena setiap kau mengulurkan tangan dan memandang,
tanganku masih saja gemetar ketakutan
Continue reading Untuk Tuan Cahaya

Jumat, 13 Desember 2019

You're too Good For Me, Let's Break Up!

Kemarin waktu scrolling twitter, aku nemu sebuah cuitan orang yang intinya;

Kenapa cewek lebih suka sama bad boy dibanding cowok baik-baik? Kenapa ngajak putus dengan alasan kamu terlalu baik buatku?


Kalo dipikir-pikir, iya juga ya. Rata-rata orang cenderung lebih atraktif sama orang-orang yang terkesan "bad" entah cewek maupun cowok. Bukan cuma buat ngebenerin aja, tapi kesan yang mereka tunjukkan tuh apa adanya dan kelihatan lebih menarik. Dibanding good person yang bikin ngerasa minder duluan sebelum pedekate. rasanya nggak cukup baik buat dekat sama orang sebaik dia. Eh iya nggak sih? Kalo menurut kalian gimana?

Why we break up?

Ngomong-ngomong, aku baru tau kalo ada yang minta putus dengan alasan terlalu baik. Beneran. Dulu banget, alasan aku putus karena diselingkuhin dan nggak berhasil diyakinin, tolong jangan minta aku buat cerita. Nggak mau soalnya, hahaha. Cerita dari temen-temen juga nggak ada yang diputusin atau mutusin karena terlalu baik sih, aku baru tau dari cerita di internet aja. Hahaha.

Alasan terlalu baik itu bikin aku mikir lagi, bukannya kalo pasanganmu orang yang baik jadi bisa bimbing ke arah yang lebih baik juga? Atau bisa saling belajar buat jadi baik. Isn't that good to be better together? Growing up and having bad-good memories together.

Bukannya jadi goals juga kalo misalnya jadi baik bareng-bareng? Kan enak tuh waktu cerita ke anak-cucu nanti, "dek, berpasangan itu nggak selalu tentang baik-baik aja. Kamu juga harus berproses jadi lebih baik lagi. Dulu, mama sama papa..." dan selanjutnya-selanjutnya deh yaa. Bisa dibayangkan sendiri.

Punya pasangan kan juga tentang berproses ya? Semua proses nggak ada yang mudah, nggak ada langsung berhasil, pasti ada capeknya dulu. Ada marah dan berantemnya dulu, dan semua-semuanya. Bukannya emang minta didekatkan dan dijodohkan dengan orang yang baik ya? Setelah dikasih kok malah menolak dengan alasan terlalu baik?

Asli, alasan kayak gitu masih nggak masuk di akalku. Kenapa sih mau pisah karena terlalu baik? Karena sifat terlalu baiknya merugikan kita sebagai pasangan, misal suka pinjamin orang uang gitu? Apa karena minder waktu lagi ngeliatin dia treat kita? Hmm, nggak ngerti, beneraaan.

Ya tapi sebenernya terserah sih mau beralasan apapun juga. Toh, aku nggak terlibat juga dalam hubungan itu, 'kan. Eh, tapi seriusan, ada nggak sih yang pernah diputusin atau mutusin pacar dengan alasan terlalu baik buat aku? Aku masih nggak percaya! :(
Continue reading You're too Good For Me, Let's Break Up!

Sabtu, 07 Desember 2019

I Don't Wander Anymore

"Match your step with me, so I don't wander anymore." said one o' my friend when I asking for instagram caption. That's a part of Heartbeat by BTS lyric. I've said to her, I gonna use that caption for next post, but I haven't used it yet.

Now, someone make me feel like those lyric. I don't wander anymore. Maybe it's sounds cringe but that's what I feel. This one person who doesn't make me wander anymore. Because meeting him is like I found my destination.

Someone who made me think "Aw, you're so cute. I can't stand this", "I love your thought." or "How sweet you are. Thank u." Really. Maybe I don't reaction too much when he do those things, but I am grateful at all the times. How can I taking this uwu moment? 

Maybe I wrote this in a state "Bucin Season" but I'll let it be. I just wanna share to feeling loved. Seriously, I never feel dramatic like this, but I love when he helped me out. Feeding me, rub my head, anything about him I loved.

Aaaaa, I can't stand those cute little things. Feeling afraid and melted seldom. How exaggerate me.

Really. thank u for your existence. For anything u do for me. For making me don't wander anymore. Wuf u! 
Continue reading I Don't Wander Anymore

Rabu, 20 November 2019

Euforia Langit

Jadi akhir-akhir ini, aku merasa langitku dominan cerah. Sesekali memang ada mendung dan hujan mampir, tapi dia cuma berkunjung sebentar. Lalu ijin pergi, tapi membuat langitku lebih bersih. Aneh rasanya.

Setelah langitku selalu melewati hari penuh gumpalan awan abu-abu, beberapa petir yang mengagetkan, dan butiran air langit yang jatuh. Aku baru tau kalau dia bisa berwana merah muda waktu kutengokkan kepala. Cerah dan cantik. Menyenangkan juga menatap langit yang ternyata begitu mengagumkan di atas sana.

Sementara langitku yang dulu selalu hujan, aku terus saja menatap tanah tanpa berani menengok ke atas. Memperhatikan dia yang mungkin selalu berusaha memberi tau, tapi malah aku hindari. Karena perasaan dingin yang hujan kirimkan itu, aku ketakutan untuk mendongakkan kepala. Apalagi petir yang tiba-tiba, rasanya ingin bersembunyi.

Coba lihat sekarang, langitku biru cerah. Seperti warna kesukaanku. Awannya menggumpal putih bersih, kadang aku bisa menemukan kelinci di antara mereka. Tidak terik tapi tidak juga mendung, rasanya sejuk untuk sekadar berjalan-jalan.

Bahkan aku bisa melihat perubahan warnanya saat sang cahaya tenggelam. Biru, ungu, merah muda, jingga. Banyak sekali warna transisinya, aku baru tau. Ke mana saja selama ini aku memandang ya? Terlalu banyak menunduk dan melihat tanah yang kupijak, mungkin? Sampai lupa apa yang langitku ingin sampaikan di atas sana.

Baiklah, aku akan mulai untuk lebih memandang langit. Menengok tanah pun masih harus terus dilakukan. Juga melihat lurus pepohonan.

Ada lebih dari puluhan yang bisa dicari cerahnya. Ya?
:)


Continue reading Euforia Langit

Selasa, 19 November 2019

Berisik

Halo.

Pusing ya dengan apa yang ada di kepala? Rasanya ramai, tapi sendirian. Banyak pertanyaan, tapi sedikit yang bisa didapat jawabannya. Boleh istirahat sebentar kok, sandarin kepala sambil pejamkan mata. Tidur juga boleh kalau rasanya udah capek.

Berisik banget ya pikirannya? Mau diurai satu-satu nggak? Ceritain. Jangan cuma diam dan memandang orang-orang dengan tatapan penuh harap buat dimengerti. Kepala mereka sendiri udah ribut, jangan kasih tanda yang nggak jelas begitu.

Tangan kamu gemetar lho itu. Takut banget ya? Emang sih susah banget ya buat bagi kepercayaan buat orang lain, apalagi untuk hal kayak gini. Kamu terlalu sensitif sih, sejak kapan deh? Rasanya dulu kamu nggak peduli sama orang lain.

Aku tau, soalnya jantung kamu debarannya kencang lho itu. Apa sih yang kamu khawatirkan? Dasar aneh. Bukannya hidup hanya sekali, ya jalani aja. Nggak perlu banyak pikiran begitu, coba hilangkan pelan-pelan deh,

Iya-iya. Bercanda. Maaf.

Kalau takut, ayo belajar buat lebih berani. Kalo khawatir, nanti kita belajar buat lebih tenang juga. Gimana? Jangan sembunyi terus. Di depan sana ada yang lebih menakutkan dan mengkhawarkan dari ini. Kamu tau kan?

Sini-sini kalo capek. Istirahat dulu ya? Nggak usah berusaha buat cari obrolan, duduk sini.
Continue reading Berisik

Sabtu, 16 November 2019

Obrolan Satu Pagi

Assalamu'alaikum! Haiiiii! Akhirnya aku nulis lagi. Iya, setelah minggu-minggu stuck ide karena mood selalu bagus dan terlalu terang, aku jadi nggak bisa mengurai kegalauanku seperti dulu. Hahaha. Hal itu juga yang bikin aku mikir, kenapa yang senang dan bahagia juga nggak dibagikan? Biar ikutan jadi bagian cerita yang harus dipigura. Diabadikan dalam sebuah tulisan. Lets talk about it.

Obrolan satu pagi ini aku buat karena entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu tidur larut malam. Pekerjaan dan obrolan satu pagi dengan orang-orang terdekat emang selalu bikin aku terjaga. Rasanya kalo ngobrol di jam satu ke atas, pembicaraan yang mengalir terasa lebih jujur dan dalam. Kalau aku bilang, Manzila mode malam itu bawel banget. Apa aja diceritain, kayak orang mabuk. Padahal mah karena emang lagi banyak pikiran aja, kebetulan ada teman yang mau dengar jadi nggak sengaja kebuka satu persatu lembaran bukunya. :))

Di jam ini, rasanya waktu lagi baik hati untuk kosongin pikiran. Apalagi kalo ada teman yang mau diajak ngobrol. Udah, kelar. Rasanya seluruh emosi yang aku tutupin ke semua orang bisa ketauan di jam ini; ketakutan, overthinking, harapan, mimpi, marah, sedih. Semuanya. Obrolan satu pagi ini bener-bener ya. Hanya aja. nggak dengan semua orang aku bisa ngobrol pukul satu pagi. Aku lebih sering malas balas chat kalo udah di atas jam dua belas. Hahaha.

Pertama kali ngobrol sama Mama, sekitar tengah malam, beberapa tahun lalu. Waktu semua orang udah pada tidur, aku malah ngajak Mama cerita. Merasa bersalah karena ambil jam tidurnya, tapi berkat obrolan itu juga aku jadi lebih terbuka untuk berbagi cerita. Awalnya tentang kegiatan harian aja, terus akhirnya kelepasan  ngomongin apa yang selama ini aku mau ceritain. Sejak itu juga aku bisa ngobrol banyak sama Mama. Lega banget rasanya. Sekarang jadi terbiasa cerita banyak hal :)

Terus pertama kali bisa terbuka sama salah satu orang terdekatku sekarang, karena obrolan random satu pagi. Nggak nyangka. Hahaha. Malu karena akhirnya dia tau aku yang sebenernya gimana, tapi rasanya seneng bisa saling bagi cerita. Akhirnya jadi kebiasaan, obrolan satu pagi selalu jadi favorit!

Kali ini juga, untuk pertama kalinya aku berani. Nggak lagi ragu, nggak lagi abu-abu. Boleh aku kasih kepercayaanku yang masih ada? Tapi masalahnya kalau aku udah percaya, aku jadi ketergantungan. Boleh nggak aku minta waktu untuk mau direpotin nanti?

Tuh, kan. Obrolan satu pagi ini emang bahaya. Udah, ah. Tulisannya aku selesaikan di sini. :)


Cheers!
Continue reading Obrolan Satu Pagi