Selasa, 30 Agustus 2016

Sabtu, 27 Agustus 2016

Kamis, 25 Agustus 2016

Masihkah ada harapan?

Benarkah ada harapan?
Saat bocah-bocah disana menangis, bermandikan debu, berudarakan kematian
Sedangkan kami disini mengisi jalanan dengan penuh protes
Saat wanita-wanita disana ketakutan, ditemani kekejaman, bersaudarakan diskriminasi
Sedangkan kami disini berlenggang santai dengan bungkusan pakaian jutaan

Benarkah ada harapan?
Saat bayi merah yang dilahirkan Ibunya ditemukan di tempat sampah
Sedangkan orang tua lainnya menunggu kehamilan mereka
Saat yang kaya raya bertanya cara menghabiskan pundinya
Sedangkan sang miskin bingung memikirkan penghasilannya

Tuhan,benarkah masih ada harapan?

Yang manakah yang akan kau kabulkan?
Continue reading Masihkah ada harapan?

Benarkah aku bisa bertahan?

Aku tersesat saat aku mencoba mengikuti jejakmu
Apakah aku bisa bertahan?
Dengan menyibak belukar-belukar yang kering
Simbol hatimu
Memangkas benalu-benalu yang tumbuh
Seperti kebaikanmu
Apakah aku bisa bertahan?


Aku tenggelam bersama pekatnya iris matamu
Dan sayangnya aku tak mahir berenang
Menyusuri kepedihan-kepedihanmu
Mengarungi kenangan-kenanganmu
Terlalu dalam
Apakah aku bisa bertahan?


Bisakah aku bertahan?
Saat mereka menomorsatukanmu
Bisakah aku bertahan?
Saat wanita-wanita disana berlomba mencari perhatianmu?


Benarkah aku bisa bertahan?


(Jakarta, 25 Agustus 2016)
Continue reading Benarkah aku bisa bertahan?

Selasa, 09 Agustus 2016

Hujan dan kamu

Hujan dan kamu adalah satu keterikatan dalam ingatanku.
Kamu begitu membenci hujan.
Aromanya,
Dinginnya,
Dan tiap tetesnya yang turun
Tapi aku jatuh cinta pada hujan.
Rintiknya yang bermusik,
Kabutnya yang menghalang pandangan,
Dan kesejukannya yang menentramkan.
Kamu begitu membenci hujan.
Tetapi mengapa aku bisa jatuh cinta?
Tetapi mengapa setiap pertemuan kita selalu diiringi turunnya hujan?
Kamu selalu membenci hujan.
Ia memberi kenangan-kenangan pahit,
dan mengingat semua kegagalanmu.
Hujan tak pernah memberikan hal baik, katamu.
Kamu begitu membenci hujan,
Tapi tetap saja,
Dalam ingatanku, kamu dan hujan mempunyai satu hal yang terikat
Karena setiap kita bertemu,
Ia selalu datang dengan rintiknya yang anggun.
Continue reading Hujan dan kamu

Senin, 08 Agustus 2016

[Buku] Hujan Karya Tere Liye


Assalamu'alaikum semuaa, apa kabar? Maaf baru posting blog lagi ya^^ karena akhir-akhir ini aku dikejar-kejar suatu makhluk yang bernama waktu. Dan ada suatu makhluk lainnya yang selalu menemaniku dalam membuat artikel yaitu lupa alur. Huft.



Kali ini aku mau mereview novel karya salah satu penulis kesukaanku, Tere Liye dengan bukunya "Hujan". Akhirnya setelah menunggu dengan sabar, aku bisa beli buku ini juga! Walaupun Bang Tere menganjurkan untuk meminjamnya saja, tapi rasanya kok lebih enak punya sendiri ya? ^^

Source: Fanpage Tere Liye

Jadi saat pertama kali melihat cover bukunya yang membiru itu, aku langsung jatuh cinta. Jatuh cinta sekali. Karena aku adalah salah satu dari mereka yang menyukai warna biru dan hujan. Hidup pluiviophile! Covernya depannya yang sederhana, rintik gerimis dengan dasar berwarna biru dan pantulan air yang tergenang. Aku selalu suka dengan font judul yang dibuat Bang Tere. Sederhana. Tidak perlu memakai font yang bagus dan ramai. Covernya hanya berisi judul dan nama penulisnya saja. Cukup membuatku jatuh cinta dan penasaran.

Lalu sinopsis di cover belakang membuatku lebih penasaran. Tentang persahabatan, cinta, melupakan, perpisahan, dan... hujan. Apa yang membuat sinopsis itu begitu istimewa? Padahal genrenya bisa dibilang cukup popular, Cinta. Tapi kenapa harus tentang hujan juga? Dan otakku langsung dengan cepat merespon, "Hujan selalu berhubungan dengan perasaan, dan kenangan." Gotcha! Mungkin akan sesuai dengan aku yang selalu mencintai hujan. Setelah ada kesempatan, aku langsung membelinya.

Novel setebal 317 halaman ini menggunakan kertas khusus novel. Kertas dengan bau yang sangat khas, menurutku. Bau yang sangat khas bagi para penyuka buku. Kertasnya tebal, dan ada pembatas buku dengan desain yang sama dengan cover depan. Pembatas buku adalah benda istimewa yang selalu aku cari saat membeli buku, sangat ekslusif.

Novel ini benar-benar membuatku jatuh cinta. Di bab pertama saja, aku jatuh cinta pada deskripsi penulisnya tentang kemajuan teknologi. Walaupun saat bab pertama aku agak sulit mengerti alur cerita, tapi lama-kelamaan aku menikmatinya juga. Seperti secangkir cokelat panas, yang akan terasa jika diminum secara perlahan. Aku menikmatin jalan cerita buku ini.

Kisahnya tentang Lail, seorang remaja yang menjadi yatim-piatu akibat gempa bumi hebat. Hampir tiga perempat penduduk di kotanya meninggal. Ia diselamatkan oleh Esok, anak laki-laki berusia lima belas tahun –terpaut dua tahun usianya dengan Lail– untuk keluar dari stasiun bawah tanah. Setelah pertemuan itu, Lail dan Esok menjalin hubungan pertemanan yang erat. Dimana ada Esok, disitu ada Lail, begitupun sebaliknya.

Beberapa tahun kemudian, setelah keadaan kota mereka membaik. Esok mendapatkan kesempatan untuk meneruskan pendidikannya ke Universitas ibu kota, meninggalkan Lail dan ibunya yang selamat. Esok sangat sibuk dengan kuliahnya dan Lail menjadi relawan dengan jadwal yang memenuhi hari-harinya membuat mereka sangat jarang bertemu. Bahkan saling bertanya kabarpun hanya mereka lakukan tiga kali, dan semuanya dimulai oleh Esok. Laila hanya menunggu dengan sabar. Bahkan saat bumi diambang sekarat, ia tetap percaya Esok akan menghubunginya, memberinya penjelasan.

Hingga ia tahu bahwa ia hanyalah pilihan. Ia memilih menyerah. Sudah sering Esok membuat hidupnya berantakan. Saat kemarin ia sudah menata hati, Esok datang menemuinya. Memberi kejutan, lalu pergi hari itu juga. Walaupun Lail tahu, bertemu dengan Esok satu menit berarti kembali membuat hatinya berantakan. Semua hal tentang Esok membuat emosinya naik turun. Akhirnya ia memutuskan menghapus ingatan pahitnya. Kehilangan orang tua, gempa bumi, dan Esok.

Hujan sangat berhubungan dengan novel ini. Karena setiap peristiwa penting yang dialami Lail bertepatan dengan hujan turun. Ia berhasil melewati semua, tapi hampir tak berhasil menaklukan keinginannya sendiri.

Akhir cerita novel ini kurang membuatku terkesan, tidak seperti awal ceritanya. Karena biasanya Tere Liye selalu mempunyai akhir yang unik untuk setiap jalan ceritanya. Berakhir bahagia disatu sisi, tapi di sisi lain menyesakkan. Tapi tak apa, walaupun kurang tapi cukup membuatku ikut tersenyum. Dengan seseorang yang dicintai, hidup akan terasa lebih tenang dilalui, itu yang aku dapatkan dari akhir ceritanya.

Buku ini termasuk bacaan ringan untuk penulis seperti Tere Liye. Karena biasanya ia menulis dengan tema-tema berat dan jarang diminati oleh orang awam. Tapi tetap saja, Tere Liye selalu menghadirkan hal-hal unik, seperti novel ini.


Sources: http://kribos.blogspot.co.id/2016/04/hujan-review.html

Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian."



Akhir kata, aku tidak menyesal membeli buku ini. Selain ceritanya yang membuat baper, novel buatan penulis yang satu ini tidak pernah mengecewakanku. Jadi terserah pilihan kalian, mau membeli atau meminjamnya. Harga di pasaran sekitar Rp. 68.000,- tapi Tere Liye menyarankan untuk meminjamnya saja, jika belum bisa membelinya.



Selamat menyelesaikan novelnya!
Continue reading [Buku] Hujan Karya Tere Liye

Sabtu, 06 Agustus 2016