Senin, 26 Agustus 2024

Politik itu Berwarna Biru Perlawanan!

Gonjang-ganjing pencalonan bakal Cagub DKI ini bikin ramai twitterku deh (walau sekarang berubah menjadi X, aku akan tetap menulisnya sebagai twitter :p). Manuver politik dari masing-masing partai dan calon independent membuat pening setiap pemberitaan.

Ada calon independent yang curi data warga untuk dapat dukungan, ada (katanya) calon yang mengubah undang-undang (lagi) untuk bisa melenggang, ada calon dengan tingkat kepopularan tinggi tapi kekeuh nggak mau masuk partai (katanya).

Semoga rakyat selalu dalam lindungan Tuhan

Dari awal Pemilu Capres kemarin, rasanya ada satu calon yang selalu dijegal untuk masuk ke dalam istana. Kiri-kanan-bawah, (arah atas gak bisa diakali, soalnya berhubungan langsung dengan Tuhan) semuanya berusaha untuk menekan dan menendang. Aneh sekali.

Beragam cara dilakukan, dari yang paling bermoral sampai menjijikan. Membuka kotak pandora keburukan, hingga menyewa opini-opini dunia maya. Semua saling menyerang, sampai lupa siapa yang memberi senjata untuk saling baku hantam.

Ada orang yang bilang, jangan terlalu percaya politik. Karena politik itu kejam dan abu-abu. Tidak ada hitam dan putih dalam politik. Jila tercebur, maka akan bau selokan satu badan, tanpa kecuali.

Hmm, rasanya kurang tepat untuk didengar. Menurutku politik itu jelas. Yang abu adalah mereka yang ada di dalamnya. Politik adalah sebuah konsep pemerintahan. Konsep tidak seharusnya abu-abu. Penjalan fungsilah yang membuatnya begitu.

Konsep adalah sesuatu yang tidak akan berubah, namun fleksibel untuk dijalankan.

Entahlah, apa gebrakannya lagi di akhir 2024 nanti. Semoga nggak ada perubahan undang-undang untuk selalu berkuasa.

Continue reading Politik itu Berwarna Biru Perlawanan!

Minggu, 25 Agustus 2024

Wanita Butuh Dukungan Saat Menstruasi

Para wanita, kalian kalau haid harus mengalami rasa sakit dulu gak sih? Mulai dari Pra-Menstrual Syndrome, saat darah menstruasi keluar, hingga Pasca Menstruasi. Rasanya seperti wonder woman.

Aku termasuk wanita yang merasakan semua! High five kalau kamu juga! :')

Sebelum haid, tanda-tanda yang paling sering kurasakan adalah badan pegal, lemas, dan mudah mengantuk. Saat tanda ini muncul, aku sudah paham bahwa dalam waktu dekat jadwal menstruasiku akan datang.

2 hari pertama menstruasi adalah hal yang melelahkan bagiku. Pinggangku pegal, perutku mulas seperti ingin BAB. Aku bisa bolak-balik toilet tiap 25 menit sekali karena tidak bisa membedakan mulas dan kram perut akibat haid.

Lalu pasca menstruasi itu selesai, aku berubah menjadi si rakus yang menginginkan semua jenis makanan. Gurih, pedas, manis, aku mau semua! Mata dan perutku terus menerus lapar.

Aku nggak mengeluh sih, eh, paling hanya meringis aja sih tiap kesakitan. Jarang minum obat karens ingin menguji diri, sebatas mana aku bisa menoleransi rasa sakit bulan ini. Hahaha, kalian gitu juga gak sih?

Namun ada 1 hal yang aku sadari setelah menikah, aku memiliki suami yang pengertian.

Beliau adalah orang yang mau memahami betapa sakitnya menstruasi dan betapa lemasnya aku di dua hari pertama menstruasi.

Ini nggak terjadi begitu saja, aku harus melalui tahun-tahun pertama pacaran dengan mengomel karena beliau tidak tau apa yang harus dilakukan saat itu. Ibunya tidak merasakan sakit haid sepertiku dan sahabat perempuannya (mungkin) tidak separah aku.

Aku memberinya informasi tentang pertolongan menstruadi hari pertama di luar rumah bersamanya. Mulak dari membeli pembalut, hingga menyediakan air hangat untuk kompres dan minum.

Awalnya pacarku (sekarang suamiku) sedikit panik, tapi kini ia mulai paham pertolongan pertama. Aku bangga dan bersyukur.

Beberapa hari yang lalu aku pun merepotkannya dengan beragam permintaan, walau sambil mengomel tetap dilakukan, hehe.

Sejujurnya, aku sangat bersyukur memiliki pasangan yang bisa diandalkan dan mau mendengarkan.💖

Continue reading Wanita Butuh Dukungan Saat Menstruasi

Senin, 19 Agustus 2024

Detox Social Media

Aku... kecanduan sosial media. :(

Dari bangun tidur sampai mau tidur, aku nggak berhenti pegang handphone-ku. Kayaknya aku nggak bisa hidup tanpa handphone dan scroll-scroll sosial media deh. Ini gawat banget.

Jadi aku coba buat detox social media selama seminggu. Iya cuma seminggu, buat mencoba. Tapi karena pekerjaanku di social media, aku susah banget keluarnya. Dan itu gagal. Aku masih nggak bisa berhenti.

Aku baru berani mencoba lagi setelah resign dari pekerjaanku dan meyakinkan diri, aku mau detox social media buat seminggu!

Tau nggak hasilnya?

Iya, susah banget.

Karena lagi nganggur, aku bingung harus ngapain. Aku udah mencoba beres-beres rumah, baca buku, main sama kucingku, tapi kok rasanya jam lama banget berputarnya.

Akhirnya aku melonggarkan waktu detox-ku. Maksimal 1 jam di sosial media. Cuma buat buka, jangan scroll apa pun. Yang boleh dibuka hanya youtube dan netflix.

Yaah, bisa sih. Tapi tetap aja rasanya kurang cukup.

Kayaknya sekarang dalam dnaku darahnya semerah youtube dan rambutku sehitam logo tiktok deh.

Jadi aku berencana buat detox lagi. Nanti aku ceritakan. Doakan aku, semoga aku berhasil.
Continue reading Detox Social Media

Minggu, 18 Agustus 2024

Idola Bisa Berhala?

 Hallo!

Aku suka banget scroll twitter [sekarang X]. Sampai dibilang selalu up-to-date dengan permasalahan sekarang dan apa pun yang lagi trending.

Yaaah, mau gimana lagi. Namanya juga cari nafkah dari sosmed, aku harus paham apa yang harus aku kerjakan. Soalnya dunia digital itu cepat banget. Baru beberapa jam, udah beda topik yang dibicarakan. Super berisik.

Akhir-akhir ini aku lagi memperhatikan satu orang yang sangat diidolakan oleh orang banyak. Pendukung di sosial medianya sangat banyak, tapi di dunia nyata seperti nggak ada yang bersuara. Aneh banget.

Si idola ini melakukan beragam kegiatan tapi yang paling disukai adalah saat dia berbaur dengan masyarakat biasa, katanya sangat merakyat dan sederhana.

Ada keputusan-keputusan yang dia hiraukan, tapi banyak juga yang dia gantungkan.

Pendukungnya sangat banyak, bahkan kejelekannya bisa ditutupi dengan 1 kebaikan yang serentak disebut oleh para fans-nya. Di platform mana pun, kamu bisa menemukannya.

Aku jadi kepikiran, mungkin kini kita sudah menganggap bahwa idola itu adalah sesuatu yang suci? Yang kesalahannya bisa dimaklumi, yang harus dibela dan menyebar benci ke orang yang mengkritik. Seakan-akan idola itu berpijak di tanah yang berbeda dengan kita, menghirup udara yang berbeda dengan nafas kita, berprilaku bak makhluk tanpa dosa.

Padahal sama saja. Masih manusia. Masih bisa mati ketika ajalnya tiba.

Setelah melihatnya, pikiranku jadi pusing. Jangan-jangan benar kata orang, terlalu memuja bisa menjadikan seseorang sebagai berhala.

Continue reading Idola Bisa Berhala?

Sabtu, 17 Agustus 2024

Satu Dekade Setelah Berteman di Sekolah

Hai!

Katanya 10 tahun pertemanan adalah istimewa, apalagi pertemanan masa sekolah. Gak semua orang bisa akur dan langgeng berteman dengan teman sekolah. Karena kita sedang berkembang dari fase remaja ke dewasa.

Namun syukurnya, kami bisa melewati check point itu. Tahun ini tepat satu dekade kami berteman. Congratulation, guys!

Anyway, kami berteman di tahun kedua sekolah menengah atas. Nggak ingat momen tepatnya, yang aku ingat tiba-tiba kami punya grup whatsapp dengan nama persatuan. Awalnya cuma satu kelompok tugas, lalu sering bergerombol saat istirahat, sampai di tahap berusaha bertemu setelah lulus.

Us on 2016

Oh, yang membuat kami mirip mungkin adalah kami suka buku dan seni, terutama novel, buku puisi, musik, dan film. Entah memang dari awal atau tertarik karena ada teman. Haha

Kami pernah ikut seleksi lomba film bersama, tapi sayangnya... gak lolos karena kami nggak cukup persiapan. hahaha.

Cuma anggota genk biasa yang menjalani kehidupan di kantin-musala-perpus aja. Bukan genk labrak-melabrak, hahaha [gak perlu dijelasin mungkin semua orang sudah tau]
 

10th Anniversary Cake (we said)

Us on 2024

Anyway, jangan bilang kami lancar-lancar aja di 10 tahun pertemanan ini. Nggak.

Ada konflik yang kalo diingat sekarang, rasanya kok sepele banget ya. Padahal saat itu sampe bikin grup whatsapp kami dibubarkan. :(

Proses mendewasa itu nggak selalu menyenangkan. Ego selalu maju paling depan. Akal sehat dipakai belakangan. Haaah.

Sudahlah. Namanya juga anak muda. Biar masalah itu menjadi tertawaan kami aja saat bertemu.

Semoga di 10 tahun ke depan, membaca tulisan ini aku bisa mengingat kembali alasan kenapa kami bertengkar.
Continue reading Satu Dekade Setelah Berteman di Sekolah

Selasa, 13 Agustus 2024

Jakarta

Untuk segala sihir penjuru kota.

Salam untuk terik yang menyinari cerahnya pagi,

Untuk debu yang terbatuk dari mesin motor,

Untuk sirine dan klakson yang mengalun bermelodi.

Untuk bangunan menjulang yang tidak peduli bersih atau kotor.


Di jalannya, kebencian dan cinta terasa tak terdefinisi.

Lampu yang berkilauan dari jembatan penyebrangan,

Dengan pasangan yang bergandeng tangan di sudut taman.

Tentang anak-anak kecil berlarian diujung maghrib,

Disambut teriakan ancaman dari preman-preman diminta tertib.


Jakarta,

Antara hujat dan puji, dia tetap berlayar.

Antara hilang dan simpan, dia tetap berjalan.

Antara suka dan sedih, dia tetap melayan.


Inginnya ke pantai, tapi Ancol malah dijadikan sekadar air garam.

Inginnya ke kebun binatang, tapi ke Ragunan katanya tak juga memuaskan.

Inginnya ke taman luas, tapi terlalu pemalas.

Akhirnya ke pusat swalayan, lalu berkoar Jakarta tak ada taman hiburan.


Haah, Jakarta.

Rasa-rasanya di tengah sedu sedan, kamu yang selalu mendengarkan.

Bahkan perihal lupa dan ditinggalkan, agaknya kamu paling paham.

Walau akhirnya tetap saja, kamu adalah tapi saat banyaknya kelebihan yang diutarakan.

Continue reading Jakarta

Senin, 12 Agustus 2024

Ulang Tahun

Pernah nggak kamu kebingungan memberikan hadiah ulang tahun untuk seseorang yang penting bagimu? Aku pernah.

Ini kali pertamanya aku memiliki pacar, dan aku tidak tahu apa yang harus aku berikan kepada pasanganku. Semua teman sudah memberikan rekomendasi, semua video surprise pasangan telah aku tonton, semua daftar hadiah telah aku tulis. Tapi rasanya, semua terasa sangat basic dan kurang berarti.

Lalu temanku menyarankan, aku harus bertanya langsung daripada aku kebingungan. Jadi di sinilah aku, duduk berdua di toko kopi favorit kami dan berusaha mengorek informasi tanpa dia ketahui. Atau mungkin dia tahu...

***

"Kamu punya keinginan yang pengin diwujudin dalam waktu dekat nggak?" tanyaku suatu hari kepada seseorang.

"Ada, bikin kamu senyum bahagia tiap hari." jawabnya berbinar.

"Ih, bukan. maksudku keinginan buat diri kamu sendiri. bukan orang lain. yang bikin kamu seneng, kayak reward ke diri sendiri gitu." tanyaku lagi, lebih jelas.

"Ya.. itu. kebahagiaanmu adalah reward buat aku." ujarnya sambil tersenyum.

Aku memandangnya sebal, "ih, kayak suara buaya!" pungkasku.

"Loh, yaudah. aku jujur kok dibilang buaya." jawabnya sambil tertawa.

Aku memutar bola mata, "kalo keinginan jangka panjang deh. ada gak?"

Ia terdiam sejenak, berpikir. "Aku mau punya keluarga yang di dalamnya ada kamu dan anak-anak kita." ia menjawab sambil memandang mataku, tersenyum lembut.

Lagi-lagi jawaban menggelikan itu. aku menjulurkan lidahku dengan sebal. "keinginan buat diri kamu sendiri, tanpa aku!" aku menghela nafas, "coba deh bayangin, kalo aku nggak ada di hidup kamu saat ini, apa satu hal yang kamu ingin lakukan untuk diri kamu sendiri?"

Dia terdiam, lalu menundukkan kepalanya. "mungkin mati..." cicitnya.

Kami terdiam. Obrolan ini menjadi suram karena pertanyaanku. Hari itu, kami berpamitan  tanpa sepatah kata pun.

***

Hari ini hari minggu, tepat tiga hari setelah percakapan yang kami anggap tidak terjadi, itu aku diam-diam mencari tau sendiri jawabannya. Mengasah peka dan rasa. namun nihil, aku tidak bisa menemukan sesuatu pun keinginannya. Rasanya ada yang aneh, semua yang dia lihat dan ingin beli, alasannya karena aku menyukainya.

Beberapa kali kutemukan ia melihat etalase toko pastry, setelah kutanya jawabanya selalu sama "itu ada cake favoritmu, mau nggak?"

Di toko pakaian dan sepatu, dia menunjuk sebuah manekin dan berujar, "kayaknya baju ini cocok buat kamu deh."

Aku bahkan mencari makanan yang ia sukai. Namun setiap ke restoran, dia selalu memesan 2 menu favoritku dan kami akan berbagi makanan.

Ini membuatku jengkel. Mana ada manusia yang tidak memiliki keinginan sepertinya?
Kenapa dia selalu menerima tanpa meminta apa pun?
Kenapa selalu aku yang didahulukan?
Kenapa dia tidak punya keinginan untuk dirinya sendiri?

Sudah hampir 9 bulan kami bersama dan aku masih tidak tahu apa yang dia suka dan tidak sukai. Setiap kami bertemu, wajahnya selalu menunjukkan ekspresi lembut dan tersenyum. Mungkin baru kemarin aku melihatnya sesuram itu saat bersamanya. Dan jujur saja, itu membuatku takut.

"Aku bingung." keluhku saat kami kembali ke mobil.

"Apa yang membuat kamu bingung?" jawabnya sambil tersenyum sambil memasangkan sabuk pengamanku.

"Sebentar lagi kamu ulang tahun, tapi aku masih nggak tau kado yang tepat buat kamu."

Dia mengernyitkan dahi sejenak, "Iya kah? Aku sampai lupa." Lalu kembali tersenyum dan menjawab, "Dengan adanya kamu di hari ulang tahunku aja, aku sangat bersyukur."

Aku merinding.

"Aku serius. Kamu adalah kado terbaik sepanjang aku hidup. Jadi aku akan berusaha membuat kamu bahagia bersamaku, sebagai rasa syukur atas kado dari Tuhan." ujarnya.

Kali ini aku terdiam. Tidak mengelak atau pun mengejeknya. "aku tau kado apa yang tepat buat kamu." jawabku sumringah.

"Apa itu?"

"Lihat aja nanti, hehehe. Pulang yuk!" Aku terkekeh senang.


***

Hari yang aku tunggu akhirnya tiba. Aku tau dia akan datang jam 10 pagi nanti untuk menjemputku. Jadi aku sudah mempersiapkan semuanya sejak pagi buta. Mengundang kedua orang tua dan adik-adikku untuk datang dan turut merayakan ulang tahunnya.

Aku tersenyum sendiri, membayangkan akan sekaget dan semalu apa dia nanti saat bertemu keluargaku.

"Assalamu'alaikum." Si pemeran utama akhirnya muncul juga! Aku mengajak kedua orang tuaku dan adik-adikku untuk segera berada di posisinya masing-masing.

"Wa'alaikumussallam. Yuk, masuk." Ajakku.

Dia tersenyum dan memberikanku sebuket bunga. Aku sumringah melihat sebuket bunga lily dalam genggamannya. "Terima kasih!"

Aku menuntunnya menuju ruang tengah dan hendak meninggalkannya sebentar dengan alasan memanggil ayahku untuk berpamitan. Ia agak kikuk, lalu mengangguk. Aneh, tidak biasanya dia sekaget itu. Ah, mungkin dia belum sarapan, pikirku.

"Selamat ulang tahun kami ucapkan..." lantunan lagu yang aku dan keluargaku nyanyikan pecah. Ia menengok dan segera berdiri begitu mendengar suara orang tua dan adik-adiku ikut bernyanyi. Matanya berkaca.

"Selamat ulang tahun untukmu, sayang. Semoga kamu selalu diliputi bahagia dan orang-orang yang menyayangimu." ujarku sambil menodongkan sebuah kue ulang tahun.

Dia tersenyum lembut dengan mata berkaca. Menyalimi orang tuaku dan menyapa adik-adikku. Aku tidak tahu kalau mereka seakrab itu.

Aku memberikannya sepucuk surat dan sebuah kotak sebagai hadiahnya. "Buat kamu." ujarku.

"Terima kasih, kamu sudah mempersiapkan hal yang paling aku inginkan."

Aku tersenyum geli, lagi-lagi kalimat buaya itu.

"Aku juga punya kejutan untukmu." jawabnya. Ia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, lalu berlutut. "Maukah kamu menghabiskan hari-hari bersamaku seumur hidupmu?" ujarnya.

Sekarang rumah ini riuh suara adik-adikku yang berteriak kaget. Apalagi aku. Kenapa di hari bahagianya, ia juga memberikanku kejutan yang tidak kuduga. Mataku langsung tertuju ke orang tuaku, meminta jawaban. Mereka mengangguk.

"Aku mau.." ujarku pelan.

Dia tersenyum bahagia. Lalu memasukkan cincin ke jari manisku. Lalu menyalami orang tua kami dan memeluk ayah.

Aku memandangi punggungnya. Bahkan di situasi seperti ini pun, kamu tetap memberikanku spot agar bisa bersanding bersamamu dalam hujanan perhatian ini.
Continue reading Ulang Tahun

Minggu, 11 Agustus 2024

Prasangka Tentang Kematian

Pernah gak sih kamu berpikir hidup setelah kematian?

Beberapa tahun ini, lebih tepatnya setelah menginjak usia 20 tahun, tiba-tiba aku terbayangkan sebuah realita. umur 40 tahun nanti dan saat aku dilahirkan dulu, hanya terpaut 20 tahun dari umurku sekarang.

Tua dan mudaku memiliki jarak yang sama, dengan rasa yang berbeda. Masa muda aku lalui dengan senang hati, sedangkan masa tua aku lalui dengan kekhawatiran.

Aku tidak takut menjadi tua, tapi aku takut akan kematian. Walau tak selalu mati dan tua adalah dua hal yang berhubungan.

Bukan, aku bukan takut mati. Tapi ketakutanku adalah.. bagaimana hidupku setelah mati?

Terlalu banyak pertanyaan dalam otakku yang membuatku takut. Bahkan ketakutan ini membuatku terjaga hampir setiap malam. Aku bisa gemetar dan memangis karena pikiranku sendiri, dan baru bisa tertidur setelah mendengar murotal atau saat telepon dengan pacarku (sebelum kami menikah).

Mungkin jika dijabarkan, ini adalah beberapa pertanyaan tentang kematian dalam pikiranku yang membuatku takut..


Jika aku meninggal, bagaimana orang-orang sekitarku akan terus berjalan? Bagaimana aku saat dikafani? Bagaimana aku setelah dikebumikan?

Apakah aku sadar kalau aku sudah meninggalkan dunia? Apakah aku sadar kalau waktuku sudah habis untuk beribadah kepada-Nya?

Apakah aku sadar kalau dosaku masih terlalu banyak untuk diampuni?

Lalu setelah itu, siapa yang bisa aku temui di sana?

Akankah rutinitasnya akan sama dengan kehidupan duniaku?

Mungkinkah rasa takutku sama seperti apa yang aku rasakan di dunia?


Ada begitu banyak pertanyaan yang ada di kepalaku. Kadang kala aku sampai menangis ketakutan saat membayangkannya.

Apakah ini hal aneh? Atau semua makhluk bernyawa merasakan ketakutan ini?

Aku bersyukur ketakutan ini mulai berkurang sekarang. Namun tetap saja, menulis ini pun rasanya dadaku berdebar kencang. Aku ketakutan.

Continue reading Prasangka Tentang Kematian

Sabtu, 10 Agustus 2024

Kontras

Aku yang perasa, bertemu kamu yang tidak peka.
Menjalaninya bersamamu jadi terasa hampa. Seperti tenggelam dan tidak ada yang mendengar saat kuminta pertolongan.

Aku yang terencana, bertemu kamu yang spontan.
Hari-hari bersamamu terasa menakutkan. Rasanya seperti berlayar tanpa tau arah, dan aku tidak tau cara membaca cuaca.

Aku yang penyendiri, bertemu kamu pencinta keriuhan.
Tanganku gemetar di keramaian, sedang tanganmu melambai ke atas mengikuti lantunan irama saat aku membutuhkan genggam.

Aku si pencinta buku, bertemu kamu penikmat film.
Tulisan dari buku yang kubaca tidak lebih seru dari film perang favoritmu, katamu. Adegan film favoritmu tidak semenegangkan bab 3 bukuku, ujarku.

Apakah bisa yang saling bertolak belakang mencoba untuk menyatu?
Apakah bisa kita saling bersama?

Katamu, aku harus makan tiga kali sehari agar seperti orang normal.
Kataku, kamu harus mandi dua kali sehari agar normal.

Katamu, aku harus keluar rumah seperti sewajarnya manusia.
Kataku, kamu harus berdiam di rumah seperti sewajarnya manusia.

Kontras yang terlalu menyakiti hati, apakah bisa dilalui?

Continue reading Kontras

Jumat, 09 Agustus 2024

Persamaan

Seperti Kayu yang mencintai Api, walaupun api tak mengetahui kesakitan Kayu sampai ia rela menjadi abu.

Seperti Langit yang mencintai Hujan, meskipun langit harus menangis terlebih dahulu saat datangnya hujan yang memberi kebahagiaan.

Seperti Ali yang mencintai Fathimah dengan sangat rahasia, sehingga Setan pun tak tahu perasaan Ali terhadap Fathimah.

Seperti aku yang mencintaimu tanpa diketahui teman-temanku, soalnya kalo mereka tau nanti aku dicie-ciein. Huh.


---



Continue reading Persamaan

Kamis, 08 Agustus 2024

Perihal Gue, Saya, dan Aku

 Dilihat dari tulisan yang aku buat di blog ini, awal-awal buat aku selalu membahasan diri dengan "gue" sebagai panggilan atas diri sendiri. Lalu lambat laun, berubah menjadi "aku" yang sempat bertahan beberapa lama. Dan di beberapa postingan berubah lagi menjadi "saya". Dan sekarang kembali menyebut diri sendiri dengan kata aku. Kata-kata yang paling aman dan nyaman sih setelah mencoba berbagai kata sebutan diri.

Alasan aku ganti-ganti penyebutan diri ini salah satunya karena membaca tulisan blogger lain yang terlihat enak dibaca dengan gaya mereka. Tapi pada akhirnya kembali ke "aku" karena panggilan diri sehari-hari seperti itu.

Awal menggunakan kata "gue" itu adalah SMP. Waktu pertama kali buat blog ini. Dan emang sering menyebut diri sendiri dengan kata gue saat berbicara dengan teman-teman sebaya. Tapi entah kenapa, penulisan gue di tulisanku terkesan sok asik dan nggak cocok dibaca. Akhirnya diganti dengan pengucapan aku.

Lumayan nyaman dengan panggilan aku terhadap diri sendiri. Lalu setelah baca tulisan orang lain, kata saya terlihat lebih dewasa dan tegas. Hingga memicuku untul menulis dengan kata saya juga sebagai panggilan diri. Awalnya enak banget bikin tulisan dengan sudut pandang menggunakan kata saya. Tapi kok kesannya nggak ramah ya di aku? Terlalu superior saat dibaca.

Akhirnya kembali dengan penulisan orang pertama sebagai aku. Dan lebih nyaman. Walaupun jadi terkesan feminin dan ramah. Kadang kali, aku juga merasa tulisanku terkedan manja dan centil. Hahaha. Efek sebutan orang pertama dalam sebuah tulisan itu emang besar banget ya. Padahal aku baca tulisan temanku yang bahasanya pakaì Lo-Gue atau Saya-Kamu biasa aja. Tapi pas aku yang pakai kok nggak cocok sih. Hahaha.

Sekali lagi, emang sehari-hari memgenalkan diri dengan kata "aku-kamu" sih ya. Dan emang nggak bisa panggil orang yang baru dikenal dengan gue-lo. Entah kenapa lupa caranya. Apalagi ke org yang lebih tua, mereka gue-elo, sedangkan aku tetap membahasan diri dengan aku-kakak/abang. Hahahaha.


Kalau kalian, lebih suka panggil diri dengan kata aku, saya atau gue nih?

Continue reading Perihal Gue, Saya, dan Aku

Rabu, 07 Agustus 2024

Hewan Kok diajak Ngobrol!

"Ngapain sih hewan diajak ngomong? Emangnya dia bakal paham apa maksudmu?"

"Setiap ketemu hewan dipanggil terus, emang dia bakal datang apa?"

"Ada-ada aja, hewan kok disayang banget."

Itulah kata-kata yang sering aku dengar dari orang sekitar, terutama kalau aku lagi kasih makan kucing aku. Kalian pernah nggak sih dibilang begitu sama orang sekitar? Terutama kalian yang pelihara hewan di rumah. Kalau iya, mari berkumpul, satukan barisan. Aku juga termasuk golongan kalian!

Setiap jalan ke manapun, kalau ketemu kucing pasti aku otomatis panggil atau nyamperin buat sekadar elus-elus kepalanya aja. Sampai dipanggil pengasuh kucing saking seringnya nyamperin kucing dulu kalau di jalan. Aku sih santai-santai aja. Soalnya mereka pasti nggak paham rasanya waktu kita tegur kucing di jalan dan dia nyamperin, kan. It's priceless!

Mungkin bagi yang belum pernah memelihara binatang, nggak bakal mengerti rasanya ngomong sama hewan peliharaannya. Kalian gitu nggak sih? Suka cerita juga sama hewan di rumah kalau lagi sendirian sama mereka? Bahkan kadang aku juga nggak sadar kalau aku lagi ngajak ngobrol kucingku. Karena ya, mereka bukan sekadar "peliharaan" aja di mataku, tapi juga temanku (walaupun kerjaannya minta makan mulu tapi aku sayang). Entah kenapa, aku yakin kalau mereka mengerti apa yang kita rasakan.

This is nCim!

Menurutku, kucing adalah makhluk dengan perasaan halus. Walau kadang menyebalkan juga. Berbicara dengan kucing adalah suatu terapi menghilangkan rasa marah (kalau alasan marahnya bukan karena si kucing ya).

Katanya, kucing juga bisa menyerap energi negatif manusia. Itulah alasan mereka bisa tidur dalam waktu yang lama. Untuk melepaskan energi negatif yang telah mereka serap dari manusia.

Katanya juga, kucing bisa merasakan manusia dengan energi positif, lho. Makanya kalau kita sedang duduk di luar, kadang ada kucing yang ikut nimbrung. Selain minta makanan, bisa jadi artinya energi kamu dan si kucing cocok!

Siapa yang suka ajak ngomong kucing kayak aku?
Call her, Lily!

Continue reading Hewan Kok diajak Ngobrol!

Selasa, 06 Agustus 2024

Menjauhi Ekspektasi

Sejujurnya aku nggak bakal melarangmu bertemu temen sampai larut malam. Tidak juga melarangmu main game sampai lupa waktu. Juga tidak marah waktu kamu lupa mengabariku berjam-jam karena kesibukanmu.

Kamu sudah dewasa dan tau batasan diri.

Mungkin dulu aku pernah kesal, tapi sekarang.. sudahlah. Aku nggak mau marah, aku cukup lelah.

Lelah karena diekspektasiku, kamu akan mengabari walaupun menghilang lagi.
Lelah karena saat aku memikirkan kesehatanmu, tapi kamu lebih memilih bertemu temanmu.

Aku tidak lagi berekpektasi apapun. Hanya berharap kamu bisa diberi yang terbaik. Tidak juga berpikiran negatif tentangmu. Sama sekali.


Namun aku butuh jaga diriku dari rasa kecewa.

Aku tau hubungan personal memiliki beragam macam emosi. Tapi tidak apa, aku harus membentengi diri.

Aku tidak mau terlalu banyak berharap, karena sejujurnya aku masih takut kecewa.
Aku tidak mau terlalu banyak memaksa, karena sejujurnya aku juga benci dipaksa.
Aku tidak mau terlalu banyak tuntutan, karena aku pun masih harus banyak berubah.

Aku akan menjauhi berekspektasi.
Continue reading Menjauhi Ekspektasi

Senin, 05 Agustus 2024

Hidup Setelah Menikah

 Halo!

Terhitung bulan ini, kira-kira hampir 2 tahun aku menjalani pernikahan. Cukup menarik, karena banyak hal baru yang aku rasakan, banyak emosi juga yang mulai terlihat.

Kata orang, satu tahun pernikahan itu penuh dengan drama. Karena bersatunya dua orang yang tidak saling mengenal dalam sebuah rumah. Mulai dari perbedaan cara tidur, mandi, makan, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Tumbuh dari atap yang berbeda dan meniti di atap yang sama memang unik sih.

Contoh kecilnya, mematikan lampu saat tidur, urutan mandi, urutan mencuci piring, dan yang penting adalah kebiasaan berbenah.

Aku adalah si telat tidur dan telat bangun, sedangkan suamiku adalah si awal tidur dan awal bangun. Aku si mudah kedinginan, dan suamiku si mudah keringatan.

Hidup setelah menikah nggak menyeramkan, seperti kata orang-orang. Tahun pertama pernikahan itu adalah masa orientasi, jadi siap-siap sering bertengkar, katanya. Banyak kebiasaan yang baru muncul setelah hidup bersama, dan inilah alasan pertengkaran dimulai.

Pertengkaran memang ada sih, tapi nggak semenyeramkan itu juga kok. Semua bisa diselesaikan dan dikompromikan dengan baik, selama ada makanan setelahnya.

Pepatah yang bilang, semua masalah bisa diselesaikan kalau perut kenyang itu benar, lho.

Continue reading Hidup Setelah Menikah

Sabtu, 29 Juni 2024

Jika Suatu Nanti

Jika suatu nanti, saat kita sudah tidak saling bercerita tentang lelahnya hari yang kita lalui. Saat bahagiamu bukan lagi ditujukan karenaku. Saat rindu kita tak lagi bisa berbalaskan temu.

Mungkin yang bisa diingat hanya marahku, tidak peduliku, dan diamku. Mungkin kamu akan mengingatku sebagai perempuan pemarah yang tidak mau berbagi keluh kesah. Sebagai dia yang banyak ngambeknya namun selalu berucap "tidak apa-apa."

Jika suatu nanti, saat kita sudah tidak bertegur sapa bahkan untuk melambai saja. Waktu di mana mengirim pesan hanya di hari raya.

Mungkin yang akan kamu ingat hanya tangis dan bertengkarnya kita. Apa-apa yang kita tidak sepakat. Segala kata hanya amarah saja.

Dan jika suatu nanti itu tiba, aku tidak akan menahan asa. Tidak akan ada ingin untuk berjumpa. Tidak akan menyesal akhirnya.

Jika suatu nanti itu tiba, semoga kamu selalu bahagia dan menjadi dewasa.

Continue reading Jika Suatu Nanti

Kamis, 27 Juni 2024

Kenapa sih Kok Marah-Marah Terus?

Kenapa sih marah-marah terus? Memangnya gak bisa ya dibicarakan baik-baik saja, kan kamu lihat sendiri kalau aku juga punya telinga.

Kenapa sih marah-marah terus? Kan bisa ngomong baik-baik juga.

Kan cuma karena aku nggak bantu pekerjaan kamu, padahal kamu juga tau kalau aku juga lelah.

Kan cuma karena aku lupa permintaanmu, padahal kamu juga tau kalau aku pelupa.

Kan cuma karena aku menunda tugas sebentar, padahal kamu juga tau kalau aku sedang sibuk dengan handphone-ku.

Kan cuma karena aku sedang bersantai, padahal kamu kan sedang sibuk dengan pekerjaan rumah.

Kan cuma karena aku nggak mendengar ceritamu, padahal kamu tau aku sedang sibuk dengan gameku.

Kan cuma karena aku sering keluar dengan temanku, padahal kamu tau aku cuma nongkrong aja.


Kenapa sih harus marah-marah terus? Kan bisa intonasinya diturunkan.

Kamu kan tahu aku orang seperti apa.

Kamu juga tahu kebiasaanku bagaimana,


Kenapa sih harus marah-marah terus, kan aku bukan melakukan kesalahan.



----

note: bukan pengalaman pribadi, melainkan cerita tik-tok tentang rumah tangga yang menyebalkan.

Continue reading Kenapa sih Kok Marah-Marah Terus?

Senin, 13 Mei 2024

Part of Loving Is Letting Go


"I like your eyes you looked away
when you pretended to care.
I like the dimples on the corners
of the smile that you wear.
you wore them more with her.
I knew and I was scared."

 

"Kenapa?" tanyanya tersenyum sambil mengusap kepalaku.

Aku menggeleng pelan menatap senyumnya. Senyum yang  dulu selalu mengembangkan dadaku. Tapi kini terasa menyesakkan. "Kita udahin semuanya sekarang ya."

Tangannya yang mengusap kepalaku seketika membeku. Dia bergerak dan duduk di sebelahku, "maaf," ucapnya. "kamu udah tau?"

Mataku menemukan guratan penyesalan saat memandangku. Aku menganggukkan kepala, "it's okay. Sejak awal aku udah tau, tapi denial. Aku pikir, seiring berjalannya waktu, kamu juga akan jatuh cinta."
I let myself fall deeper
but I was prepared.

Flashback on

Dia adalah rekan kerjaku. Salah satu dari sekian laki-laki yang akhirnya berhasil menarik perhatianku. Berkacamata, rambut lebat yang rapi, dengan sepasang lesung di pipinya. Manis dan pintar adalah impresi pertamaku saat melihatnya. Sejak melihatnya aku tau, dia adalah tipeku.

Hampir setiap hari kami bertemu dan mengobrol di kantor, yah, karena dia adalah manager baru di divisi pemasaran. Sejak pertama kali bertemu hingga hari ini pun aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku padanya.

Mungkin karena terlalu terbaca, dia akhirnya menerima perasaanku dan kami memulai hubungan sejak April tahun lalu. Kalian bisa membayangkan perasaanku saat itu? Cintaku tidak bertepuk sebelah tangan!

Jika tidak ada meeting, kami akan pulang dan berangkat bersama. Yang aku baru tahu, dia adalah orang yang ceroboh. Dia bisa membawakanku payung, namun dalam sekejap merusaknya. Hingga akhirnya kami harus menghabiskan malam menunggu hujan di kafe kantor. Aku sih merasa tidak masalah, selama aku bisa menghabiskan waktu dengannya.

I liked your shirt, the one I gave you
can't forget how you smell
but now on different shoulders hang
the jacket I used to wear.

Pernah di bulan lahirnya, aku memberikannya sweater bertuliskan kampus impiannya, karena dia sering merasa kedinginan. Dia memberikanku jaketnya yang kebesaran sebagai balasan. Dia tertawa saat aku bilang jaketnya bau, karena dia tau, aku suka menenggelamkan wajah di pelukannya.

I loved you for so long,
sometimes it's hard to bear.
but after all this time,
I wish you well from here.

Aku menyukainya, bukan, aku jatuh cinta. Sejatuh-jatuhnya. Kadang bahkan terasa seperti mimpi jika aku bisa menjadi bagian dari hari-harinya. Bergandengan tangan, mendengarkan musik, memasak (walau pun ia lebih banyak menghancurkan dapurku), dan menghabiskan waktu berdua. Semua momen itu terekam jelas dalam otakku.

I loved you every minute, every second.
I loved you every where and any moment.
always and forever was just
for a moment cause
I was not the one
I don't know how.

Aku mencintainya dalam setiap tarikan nafas yang aku syukuri. Mungkin memang terdengar menyeramkan, tapi itulah rasa syukurku.

Sampai aku tidak sengaja mendengar obrolan dengan mama saat berkunjung ke rumahnya. Priaku menangis dan berkata " Tidak ada yang bisa menggantikan Rinda Seragie" kepada ibunya dan berbicara betapa aku mengingatkannya pada wanita tersebut. Rasanya kakiku lemas, hampir saja aku menimbulkan keributan. Namun akhirnyanaku memaksakan diri untuk bergerak, dan pergi dari percakapan itu.

Aku kembali ke rumah dengan wajah acak-acakan karena air mata. Membuka laptop dan bergerak seperti intel. Mencari tau nama tersebut di seluruh sosmednya. Menemukan satu foto seorang wanita cantik yang dia pos di akun sosial media salah satu teman lamanya.

Mereka tersenyum berdua di foto tersebut. Aku melihat sorot matanya yang bersinar dengan dada menahan sesak. Kututup laptop, lalu menaruhnya di sisi tempat tidur. Tiba-tiba mataku basah. Sebelum menutup seluruh tubuhku dengan selimut, kunyalakan musik keras-keras agar tidak ada yang mendengarku menangis.

Selama ini aku hanyalah bayang-bayang seseorang yang dia panggil Rinda, kekasih pertamanya yang meninggal 3 tahun lalu. Tangisku kembali pecah. Hatiku sesak. Kenapa harus aku?

I loved you til the last of snow disappeared.
missed you on the rainy days of the year.
never knew of pain like this
but i've got to know
thought I loved you so,
why did you go?

Pantas saja ada saat-saat tertentu tatapannya penuh kerinduan dengan sendu yang tersembunyi. Aku yang terlalu percaya diri mengira itu adalah tatapan kerinduannya padaku. Ternyata tatapan kerinduan kosong pada seseorang yang telah mati.

Apa yang membuatku mirip dengan wanita itu?

Hari-hari setelahnya, kulalui dengan membohongi perasaanku sendiri. Aku yakin, pada akhirnya dia akan mencintaiku. Namun yang kutemukan hanyalah rasa sakit atas perlakuan baiknya.

Rasanya sia-sia. Semua yang aku lakukan, pasti membuatnya terbayang dengan masa lalu. Jangan-jangan, cafe favoritnya adalah tempat di mana mereka sering menghabiskan waktu? Atau sepasang pakaian couple darinya di ulang tahunku adalah milik pasangannya dulu? Lalu apa panggilan sayang kami adalah panggilan sayang mereka dahulu?

Memikirkan kemungkinan terburuknya saja membuatku ingin menangis dan pergi dari hadapannya. Rasa sesak ini berubah menjadi amarah dan kecewa.

Harusnya aku segera mengakhiri semuanya sebelum terlalu dalam.

I hate the way you let us go,
like it was all just nothing.
I hate the way you hit the notes,
but not the words i'm saying.
I hate the little things
like when i'm unaware.
I still remember how
we broke so perfectly.

Aku merasa semakin gila karena selalu mencari alasan untuk bertengkar sepanjang waktu, di saat ia sangat sabar menghadapiku. Semuanya aku lakukan agar dia meyakinkanku bahwa dia benar mencintaiku.

Aku benci melihatnya bisa melakukannya dengan mudah, mendapatkan hatiku, menerima semua cinta dan kasih sayangku. Aku benci melihat pajangan yang kusukai di rumahnya, ternyata hadiah terakhir dari wanita. itu. Aku benci tatapan kerinduan di matanya. Aku benci mengingat betapa aku mengingatkan dia pada masa lalunya. Aku benci kepura-puraan ini.

though sometimes when
life brings me down,
time can heal my heart.
through the bad rainy days,
I know that I will be okay.

Aku mulai kehabisan stok kepalsuan. Setiap malam, mataku tidak bisa terpejam, jadi kugunakan waktu tersebut untuk kembali mencari info dari sosial teman-teman lamanya. Kini aku tau, pantas saja dia tidak bisa lupa. Mereka adalah pasangan sempurna. Keluarga mereka saling mengenal, teman-teman mendukung hubungan mereka, bahkan mereka memiliki bisnis bersama. Ya, memang itu salahku. Tapi inilah cara agar aku bisa yakin untuk melepasnya.

 
I loved you every minute, every second.
loved you even if it was for a moment.
always and forever can wait
for the time because
you were not the one
I know that now.

 Flashback off

Dia menggelengkan kepalanya, "maaf, aku sempat terjebak dalam masa lalu." lalu menggenggam tanganku "tapi aku sadar bahwa aku mulai membuka diriku sejak bertemu denganmu. Banyak hal yang mulai berani kulakukan, dan itu hanya denganmu." ujarnya.

"Kau tau, mungkin sebaiknya kita selesai sampai di sini." balasku. Dia menatapku dengan terkejut.

"Nggak bisa! Ayo kita tetap bersama, buat aku semakin jatuh cinta kepadamu, seperti biasanya. Ayo kita hidup sampai tua."

Aku tersenyum getir, "Sayangnya semuanya sudah terlambat. Mungkin aku bisa membuatmu jatuh cinta, tapi perlahan cintaku semakin terkikis. Aku tidak berhenti memikirkan bahwa semua ketulusanku sia-sia."

"Tidak ada yang sia-sia!" Ujarnya marah. "Aku menghargai ketulusanmu. Buktinya sekarang aku jatuh cinta padamu."

"Cukup. Kamu tau? Jika kamu belum selesai dengan masa lalumu dan dirimu sendiri, jangan ajak orang lain untuk sembuh. Karena itu menyakiti perasaan orang lain." balasku. "Terima kasih, aku selalu menyayangimu." aku tersenyum, lalu mengelus kepalanya dengan penuh rasa sayang. 

In a world still full of life, I see color.
In a bit of time cause we deserve better
always and forever when the right one comes
because part of loving you is letting go
part of loving you was letting go

Aku berjalan dengan cepat menuju jalan raya dan segera menyetop taksi. Tangisku pecah sebelum supir taksi sempat bertanya tujuanku. Dengan sungkan, supir taksi melajukan mobilnya lurus. Mungkin membiarkanku memutari kota sampai tangisku reda.

Ya, aku memang merelakannya. Aku sudah meyakini diriku sendiri selama 1 bulan. Maksudku, aku sudah denial 1 bulan ini hingga lelah sendiri. Ada perasaan lega yang tidak dapat dijelaskan walau rasanya sangat menyedihkan.

Orang-orang memang akan datang lalu pergi. Tapi rasanya kali ini sungguh menyakitkan. Menjadi bayang-bayang, rasanya apa yang aku lakukan tidak akan pernah cukup. Semua ketulusan tidak akan pernah setara. 

Inikah rasanya jatuh karena cinta?

Continue reading Part of Loving Is Letting Go