Senin, 29 Januari 2018

Tentang Hilang

Assalamu'alaikum!

Tahun berganti, umur bertambah, wajah menua. Gak terasa tahu ini saya memasuki usia dewasa, dua puluh tahun. Entah mengapa, saya sedikit takut memasukinya. Dan jujur, saya cukup takut menua. Melihat perubahan saya kelak, hingga menghuni liang lahat nanti.

Saya takut, dengan banyak kemungkinan-kemungkinan yang saya buat dan bayangkan sendiri. Saya takut kehilangan, apalagi jika saya yang hilang. Saya takut membayangkan kalau salah satu dari orang terdekat saya pergi dan wajahnya tidak dapat saya tatap lagi.

Saya takut membayangkan saat kelak saya sudah tidak ada di dunia ini lagi, tempat seperti apa yang nanti saya datangi? Apakah saya akan kembali melihat orang terdekat saya? Apakah mereka akan mengingat saya? Apakah amal saya cukup untuk dapat tinggal di Surga? Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan di pikiran saya saat mengingat tua.

Sumber
Apa nanti saya bisa menjadi istri yang baik untuk suami saya? Menjadi ibu madrasatul 'ula anak-anaknya? Menjadi nenek yang mencintai cucu-cucunya? Semoga.

Apa nanti dunia yang saya lihat saat ini akan berubah seiring waktu? Dan teknologi-teknologi yang diciptakan semakin canggih dengan kecerdasan buatan?

Apa jika nanti saya hidup di akhir zaman, saya bisa mempertahankan Iman saya? Apa saya bisa membedakan mana yang baik dan buruk?

Apa kelak jika saya sudah wafat, nyawa saya diambil dengan perlahan? Apa yang akan saya lihat nanti? Bagaimana amal saya semasa di dunia ini?

Saya takut. Jika nanti ketakutan-ketakutan saya membuat saya tertekan sendiri. Bicarapun saya nggak berani. Saya tidak ingin orang lain merasakan ketakutan saya juga. Cukup saya saja. Tapi saya merasa butuh bercerita.


Terima kasih telah membaca ketakutan saya. Semoga harimu menyenangkan.
Continue reading Tentang Hilang

Jumat, 12 Januari 2018

Dasar Generasi Mecin!

Assalamu'alaikum!

Gimana, gengs? Resolusi tahun baru sudah didata belum? Atau malah masih sama dengan resolusi tahun lalu yang belum tercapai? Haha, tenang. Kamu gak sendirian! Karena beberapa resolusi saya juga masih ada yang belum tercapai di tahun lalu! Masih semangat kan mencapainya?

Semakin ke sini, sepertinya zaman semakin melesat cepat ya. Yang dulunya kita anak-anak SD hanya bisa memainkan handphone mainan yang isinya air atau kalau dipencet keluar lagu "Butterfly", sekarang adik-adik kita sudah bisa memegang bebas handphone di tangannya. Yang dulunya kalau mau terkenal, kita harus ikut audisi "Idola Cilik" atau kirim-kirim surat ke majalah Bobo, sekarang tinggal rekam, lalu upload ke instagram atau youtube dengan kata-kata pancingan. Langsung bisa dikenal.

Saya jadi ingat, dulu waktu sekolah dasar mainan termahal yang aku punya adalah monopòli dan binder! Mahal banget! Mau beli monopoli harus ngumpulin stiker dulu yang harus disusun satu-satu. Harga stikernya juga mahal kalau buat bisa dapat monopoli. Atau beli binder yang kalau merknya 'Harvest' atau 'Kiky' yang tebal bisa menghabiskan uang jajan seharian. Haha. Sekarang adik saya mainan termahalnya squishy dan slime (dulu namanya lumpur lapindo, haha)! Yang kalau main itu bisa menghilangkan stress katanya.

Iya, salah satu adik saya suka banget sama slime. Bahkan sampai akun instagramnya (iya, dia punya akun sendiri) mengikuti akun slime. Padahal menurut saya, nggak ada gunanya sama sekali. Tapi mau gimana lagi, dia suka?

Ngobrol tentang perbandingan anak sekarang dengan anak zaman dulu bikin saya ingat satu kata yang sedang tenar sekarang, "Dasar Generasi Mecin!" Saya jadi mikir lagi, emang iya anak yang lahir tahun 2000-an malah generasi mecin?

Mecin, bang!
Seingat saya, mecin banyak terpapar di generasi 90-an (saya termasuk generasi 90-an akhir juga sih). Mulai dari jajanan abang-abang gendong sampai makanan ringan, semuanya mengandung mecin! Iya, hampir semuanya. Cilor, cireng, milor, basreng, chiki taro, chitatos, dan kawan-kawan penuh dengan zat yang sangat asinnya bikin ketagihan. Dan beberapa dari kita dengan bangganya bandingin makanan bermecin itu dengan makanan anak zaman sekarang yang penuh nutrisi. Jangan mencibir kalau lihat remaja milenial yang upload foto-foto makanan mereka yang kaya gizi, seperti steak atau chiken cordon blue. Lihat aja, jajanan kita waktu seumuran mereka adalah makanan penuh mecin. Jadi sebenarnya siapa sih yang generasi mecin?

Dan ya, pasti orang tua muda milenial sekarang lebih sering memberi makanan anaknya dengan makanan organik. Karena mereka tahu apa yang baik untuk tubuh anaknya, apalagi sekarang gaya hidup sehat sedang naik-naiknya. Pantas aja kalau badan mereka lebih cepat bertumbuh dibanding kita yang dulu jajannya cemilan-cemilan berminyak. Tapi bukan berarti orang tua kita dulu tidak peduli dengan jajanan kita. Ini hanya masalah zaman yang bergerak terus, tanpa henti.

Bahkan merokok dan mabok, loh!
Ah iya, dan bagaimana anak generasi 2000-an tidak mau lekas bertumbuh? Sedangkan kakak-kakak generasi 90-an terus memberi mereka inspirasi-inspirasi yang diekspos melalui media sosial. Anak sekolah dasar berpacaran, siapa yang mereka lihat? Kita, anak 90-an yang memajang foto di instagram sedang merayakan aniversary bersama kekasih. Dan kita salahkan mereka dengan mengatakan "Dasar generasi mecin!"

Sinetron juga salah satu pemicu kasmaran dini loh!

Sadar gak sadar, sebenarnya generasi 90-an lah yang membuat mereka bertumbuh sebelum waktunya. Tidak, jangan mempermasalahkan orang tua mereka yang memberi handphone sebelum waktunya. Tanpa handphone-pun pemandangan wanita dan pria yang bergandengan sudah lumrah terjadi di semua tempat (ini tidak termasuk orang tua ya). Jika semua tempat dipenuhi orang kasmaran, di mana kita bisa mengajak adik atau anak kita untuk wisata?

Kesimpulannya, ini bukan sepenuhnya salah mereka. Kita juga memiliki andil dalam kegiatan mereka segari-hari. Jadi mau gak mau, kita juga harus membantu mereka mengenal mana yang bisa mereka lakukan dan mana yang belum boleh mereka lakukan di usianya. Dan dengan pengertian selembut mungkin. Karena rata-rata remaja (bahkan sebagian orang dewasa sekarang juga begitu), lebih suka diingatkam sebagai teman, bukan di nasehati sebagai yang lebih tua.

Menurut kalian, apa dan siapa yang menjadi tolak ukur generasi 2000-an saat ini?

Cheers!
Continue reading Dasar Generasi Mecin!

Kamis, 04 Januari 2018

Tentang Selera Musik

Assalamu'alaikum semua!

Kayaknya tahun lalu itu adalah tahun di mana lagu-lagu romantis menjadi favorit semua kalangan ya. Mulai dari Surat Cinta untuk Starla, Asal Kau Bahagia, Bukti, Akad, Tukar Jiwa, dan lain-lain. Waah, kayaknya banyak dari kita yang lagi senang digombalin dengan lagu ya. Haha
Sumber
Setiap tahun memang lagu romantis selalu mendapat perhatian khusus. Tentu saja, selain karena liriknya yang cantik, lagu romantis adalah bekal untuk melamar seseorang! Terutama bagi kaum pria, kayaknya kalau kalian bisa bermain gitar atau bernyanyi kesempatan kalian diterima bakal lebih besar. Karena rata-rata wanita suka dengan lagu.

Semakin banyaknya band dan penyanyi yang muncul, juga semakin menyemarakan panggung musik tanah air. Yah, walaupun yang masuk di acara televisi masih itu-itu saja, setidaknya di youtube, kita bisa menemukan bermacam-macam penyanyi dengan lagunya yang gak kalah keren. Terima kasih youtube! Walaupun trending musik Indonesia 60% dikuasai oleh penyanyi luar, entah itu Amerika atau India, setidaknya kita masih berbangga dengan 40 persennya.

Genre musik yang dibawakanpun semakin bervariasi. Dari satu genre, hingga menggabungkan beberapa genre sekaligus. Saya suka semua jenis genre, kecuali musik keras dan tembang sinden. Alasannya pertama, karena saya nggak bisa dengar suara-suara yang telalu keras atau 'banyak' pasti langsung pusing dengarnya (norak mode on). Dan alasan kedua, saya takut dengan suara tembang dari para pesinden, suara yang lirih dan tinggi bikin saya keingat film-film horror :( Namanya selera musik, kita tidak bisa memaksakannya.

Waktu kecil saya lebih sering dengar lagu dangdut lawas ala bang Haji Rhoma, bunda Rita, bunda Evie. Oh iya, Mama saya juga suka mendengar lagu lawas angkatan beliau, seperti Nike Ardila, Tomi, dan teman angkatannya. Gak heran kalau dengar lagu lawas, saya ikut nyanyi. Padahal saya termasuk anak ujung 90-an. Hahaha. Eh tapi saya juga diputarkan lagu anak-anak kok. Masa kecil saya termasuk bahagia juga lah. Hahaha

Pindah ke masa sekolah. Mulai banyak band mellow yang dikenal luas. Peterpan, Anima, Drive, Nineball, dan banyak lagi yang menghiasi layar kaca. Masuk sekolah menengah pertama, genre reggae mulai mendapat perhatian dari abg-abg labil macam saya waktu itu. Kayaknya kalau nggak tahu lagu reggae, gak asik! Hahaha.

Lulus SMP, masuk SMK. Sepertinya waktu saya kelas 10, genre saya masih sama dengan SMP. Yah namanya juga baru masuk. Masih alay-alaynya ya (sampai sekarang sih). Naik kelas dua, tiba-tiba teman laki-laki sekelas menyalakan lagu Payung Teduh - Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan melalui speaker kelas. Musik yang belum pernah saya dengar, lagu mendayu yang sendu. Bikin ngantuk, kata saya waktu itu. Pertama kali dengar saya nggak peduli sama sekali, tapi setalh beberapa kali diputar tenyata asik juga ya :D

Ternyata sekarang saya malah jatuh cinta dengan band-band indie. Liriknya yang aestetik (halah bahasa saya) dan musiknya yang khas benar-benar memabukan! Saya sampai mengubek-ubek youtube mencari band Indie Indonesia.

Kalau ditanya, dimana saya mencari dan mendengarkan lagu? Dulu mungkin saya jawabnya dari stafaband, gudanglagu, dan web lagu bajakan lainnya. Karena platform semacam joox atau spotify kan dulu belum ada, dan beli lagu melalui web langitmusik itu mahal banget. Jadi ya begitu deh :( Maafkan saya para musisi :(

Sekarang saya lebih suka mendengarkan via youtube. Saya nggak memakai aplikasi musik apapun. Karena banyak lagu yang saya cari nggak ada. Huh! Ya kalau mau dengar lagu aja sih resolusi videonya cukup 144p aja di youtube. Irit kuota kan! Haha.

Oh iya, kalau genre lagu kesukaan kalian apa?
Continue reading Tentang Selera Musik

Refleksi Awal Tahun

Assalamu'alaikum, teman-teman! Apa kabar? Bagaimana awal tahunnya? Menyenangkan? Semoga selalu bahagia ya!

Ah ya, setelah buka-buka blog lagi, saya baru sadar kalau selama bulan Desember lalu tidak sempat mengepos satupun tulisan. Saking sibuknya pekerjaan dan rasa malas saya yang semakin lama semakin tak mau beranjak. Huh! Ayolah, awal tahun harus lebih sering menulis lagi!
Membandingkan tulisanku tahun 2017 lalu dengan tahun sebelum-sebelumnya rasanya menyenangkan. Sesadar saya, kemampuan bercerita saya meningkat sedikit. Yah, walaupun sedikit tapi rasanya senang sekali! Yang tadinya hanya sekadar iseng-iseng menulisnya, ternyata aku bisa menelurkan 33 tulisan! Bravo! Walaupun belum meningkat, tapi mari bersyukur!

Momen tahun lalu tak banyak yang saya ingat. Karena saya baru sadar, banyak kejadian-kejadian yang kurang kuperhatikan. Jadi sadar atau tidak saya malah lupa. Sepertinya tahun ini saya harus lebih memperhatikan dan mengingat kejadian kecil setiap hari.

Lulus sekolah, magang, menganggur, hingga akhirnya mendapat pekerjaan membuatku bersyukur harusnya. Iya, tentu saja saya bersyukur. Tapi sepertinya masih saja kurang yang saya syukuri. Sedangkan saya selalu dimudahkan jalannya oleh Allah. Ibadah masih belum meningkat, dan hubungan saya dengan orang lain masih statis saja hingga saat ini. Saya bukan tipe orang yang dengan santainya menyapa orang baru, ayo berusaha lebih ramah!

Menghasilkan uang juga membuat sata tak selalu mengingat saat sedang butuh-butuhnya. Saya membelikan sesuatu yang bahkan aku tidak terlalu dibutuhkan. Padahal masih banyak hal penting yang harusnya dibeli. Sepertinya membuka akun-akun online shop itu meracuni mata saya! :( Pokoknya harus bisa lebih tahan godaan berbelanja!

Tahun kemarin, seperti pijakan untuk naik ke atas. Entah itu merangkak, atau berdiri tegak. Jangan sampai mundur. Jika jatuh, bangun dan melangkahlah sekali lagi. Semoga tahun ini, menjadikan kita lebih baik dan lebih baik lagi dari tahun sebelumnya.

Cheers! :)

Continue reading Refleksi Awal Tahun