Jumat, 26 Juli 2019

Kepada Yang Ragu Melangkah

Kamu tau bahwa kamu belum siap. Bahwa kamu masih ragu. Bahwa kamu ketakutan. Tapi kamu malah mendobraknya. Menerobos batas yang kamu buat sendiri.

Hingga akhirnya bertemu dengan jalan-jalan yang membuatmu kebingungan. Sebagai orang yang tak memiliki pengalaman, kamu pasati tersesat di seluruh arah. Semua tidak terasa familiar, buta arah sepertinya adalah nama tengahmu ya.

Kulihat jalanmu melambat. Nafas pendekmu, kaki yang gemetar dan kamu terus berjalan. Tapi apa kamu tau yang kamu tuju? Mungkin bukan apa, tapi, Siapa yang kamu tuju?

Keraguan selalu menguasai langkahmu, kan? Kamu tersesat oleh imajinasimu sendiri. Bagaimana mungkin kamu bisa lanjut melangkah, bahkan saat sayap yang kamu gunakan patah? Bahkan saat pijakanmu itu goyah?

Tujuan itu tidak berubah. Tapi hatimu yang ketakutan dan kadang menyerah.
Tujuan itu tidak semu. Tapi langkahmu yang ragu-ragu.

Kamu butuh navigator. Atau setidaknya membaca semesta. Juga, asahlah rasa. Peka.

Aku tau, kamu hanya mulai berusaha. Dan akhirnya mau mencoba. Tapi aku harap, kamu tidak lagi meragu. Tidak selalu membiru.

Kasihan sesuatu yang kamu tuju itu. Dari yang terbaca jelas, hingga akhirnya ikut abu-abu.
Continue reading Kepada Yang Ragu Melangkah

Sabtu, 13 Juli 2019

, ,

Istirahat

Hallo.

Maaf, akhir-akhir ini rasanya aku kehilangan mood untuk melakukan apapun. Rasanya cuma ingin tidur seharian atau duduk di taman tanpa melakukan apapun. Perasaanku benar-benar berantakan. Emosi macam apa ini? Rasanya patah hati banget. Sedih. Nggak dipedulikan. Overthinking. Mau nangis. Males ngomong. Iri terhadap apapun. Kenapa sih?

Aku pengin cerita ke seseorang. Tapi aku nggak tau harus cerita apa dan gimana? Dan juga apa ceritaku nanti buat orang itu juga ikut ngerasa sedih? Jadi merasa bersalah? Gimana kalo nanti malah menyebarkan masalah?

Rasanya pengin menyandarkan kepala sebentar di bahu seseorang sambil disayang. Diberi tau kalau semuanya bakal baik-baik aja. Ada waktu di mana kamu emang harus nangis tanpa sebab. Atau cuma butuh seseorang untuk dipeluk tanpa banyak bertanya. Rasanya pusing sekali mendengarkan isi kepala yang tidak selesai.

Atau diajak jalan ke tempat yang menenangkan, mendengarkan suara air mengalir atau burung-burung berkicau. Suara daun yang tertabrak angin. Atau suara anak-anak kecil tertawa dan saling berlari-larian.

Takut tapi nggak tau apa yang ditakutkan. Merepotkan diri sendiri dan bikin bingung orang lain. Aku nggak suka aku yang kayak gini. Aku nggak suka aku yang cengeng. Aku nggak suka aku yang nyakitin orang lain terus. Aku nggak suka aku yang nggak acuh sama orang lain.

Butuh me time, mungkin? Setelah selama ini lelah berinteraksi dengan orang-orang. Mendengarkan keluh kesah mereka ternyata sedikit berdampak juga kepadaku. Aku harus segera ke perpustakaan.
Continue reading Istirahat

Senin, 08 Juli 2019

,

Am I Deserve to Have You?

Halo, kamu. Ada kabar apa hari ini?
Hariku masih sama sebenarnya, tidak semenyenangkan saat kamu turut hadir di dalamnya.

Maafkan aku yang terlalu abu-abu. Satu hari terlihat sangat menyukaimu, di hari lainnya terlihat tidak tertarik padamu.

Maafkan sikapku yang pasti menyakitimu. Terkadang sangat menerimamu dan kadang lainnya terlihat seperti membencimu.

Aku hanya terus-terusan berpikir,
Apa aku cukup baik untukmu?
Apa aku berhak mendapatkanmu?

Kamu dan segala sifat baikmu.
Kamu dan seluruh semestamu.

Sedangkan aku,
Sifat baikku tak bisa dibandingkan dengan kamu.
Semestaku berkebalikan dengan kamu.

Apa aku masih bisa mendapatkan seluruhnya kamu?

Maafkan aku.
Yang terus-terusan berpikir kalau kamu terlalu baik untukku, bahkan saat aku sangat-sangat menyukaimu.

Maafkan aku.
Yang bergegas mengakhiri obrolan kita saat pertanyaan itu kembali muncul.

Maafkan aku.
Yang bahkan meyakinkan diriku sendiri saja sesulit ini. Bagaimana saat meyakinkanmu nanti?

Aku tau, aku hanya takut melangkah.
Pijakan yang dulu pernah kutata sempurna, ternyata rapuh di tengahnya.
Aku mengaitkan tangan dengan orang yang salah.

Maafkan aku.
Karena hal yang bukan salahmu, membuatmu mendapatkan aku yang ketakutan mengulurkan tangan.

Aku dan kekhawatiranku masih terus-terusan berpikir.
Apa aku layak jika memilikimu?
Continue reading Am I Deserve to Have You?

Sabtu, 22 Juni 2019

Kepada Orang-Orang yang Tetap Tersenyum

Aku tau semua orang punya masalahnya sendiri. Melalui hari-hari yang berat, teriakan-teriakan pedas, atau lupa bawa tugas yang sudah dipersiapkan matang semalaman. Setiap hari, pasti akan selalu ada masalah yang dilalui. Dan sepertinya harus. Tapi tidak apa-apa, terima kasih telah tetap tersenyum setiap pagi.

Berhimpitan di tengah kendaraan umum atau telat datang karena ojek online yang dibatalkan terus menerus bisa membuat perubahan mood dalam sekejap. Atau tiba-tiba ditegur atasan, lalu makanan kesukaan di restoran yang sudah lama diantre ternyata habis. Lagi-lagi hal yang membuat suasana hati terasa terbakar. Tidak apa-apa, terima kasih untuk tarikan nafas panjang penuh kesabaran.

Semua orang punya tangisnya sendiri. Perihal kepergian atau bertemu kembali. Walau tak pernah sama, mereka selalu memberikan kesan yang tak terdefinisikan dengan kata sedih atau bahagia. Tentang kegagalan atau keberhasilan yang menghasilkan tangis. Haru dan sembilu serupa benang tipis yang memisahkan tapi berdampingan.

Namun juga, setiap hari adalah senyum yang berbeda. Akibat bertatap mata tidak sengaja, atau bahkan sekadar karena sapa. Karena memakai baju dengan warna kesukaan, atau handphone dengan baterai terisi penuh saat akan dibawa ke perjalanan. Sebuah keriaan kecil yang menyenangkan.

Dengan tawa menular semudah mendengarkan jokes seseorang di kereta secara tidak sengaja atau melihat video hewan di timeline saat meluncur di instagram. Semua orang dapat berbagi tawa. Entah dalam pesan "Hahaha" atau dalam suara bergema. Tawa selalu jadi alasan kuat untuk bertahan hidup.

Jadi,
Bertahanlah, terbiasalah.
Continue reading Kepada Orang-Orang yang Tetap Tersenyum

Rabu, 19 Juni 2019

Berusaha dan Terbiasa

Sampai pada titik ini aku baru mengerti. Entah berapa banyak hal yang lewat dan mendekat, tapi secara tak sadar kuminta mundur dan pergi begitu saja. Padahal banyak dari mereka yang aku sukai.

Entah berapa banyak juga yang datang berkunjung, tapi begitu aku sambut perlahan pamit. Beberapa dipersilakan masuk tapi begitu melepas alas kaki dan melihat sekitar lantas berkemas terburu-buru. Padahal aku sudah berusaha untuk terbiasa, tapi tetap saja, rasanya menyedihkan.

Sepertinya aku harus lebih lapang dada. Dan tentunya tidak terlalu banyak berharap. Juga tidak perlu terlalu berbaik hati mengulurkan tangan.

Tapi bagaimana caranya? Aku terlalu terbiasa memberi bantuan. Terlalu terbiasa mendengarkan.

Ada saatnya aku iri dengan orang lain yang sepertinya tidak peduli. Tapi bagaimana rasanya tidak peduli saat memikirkan apa yang ada di kepala orang lain?

Sejujurnya, aku terlalu takut. Percaya pada orang lain seperti porselen mahal, rentan dan kapan saja bisa pecah atau dicuri.

Berusaha saja ternyata tidak cukup, aku juga harus terbiasa.
Continue reading Berusaha dan Terbiasa

Kamis, 16 Mei 2019

Kabar untuk Diri Nanti

Halo, diriku lima tahun dari saat ini.
Apa kabar? Kuharap kamu baik-baik saja ya. Karena saat ini aku sedang tidak baik-baik saja.

Sejak menginjak usia dua puluh tahun, hariku terasa melelahkan. Emosiku sangat cepat berubah. Pikiranku terlalu banyak terbagi-bagi. Aku jadi mudah lupa berbagai hal. Hal-hal yang seharusnya aku ingat, atau yang harusnya lebih aku pedulikan.

Pilihan-pilihanku selalu diliputi keraguan. Aku benar-benar takut melangkah setelah mendengar cerita orang-orang tentang pilihan mereka. Entah sejak kapan cerita mereka cukup menggangguku dalam menentukan jalan. Padahal aku tau, setiap orang punya jalannya sendiri.

Diriku lima tahun lagi, kuharap kamu cukup beristirahat dan masih mau untuk belajar. Kuharap juga kamu dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, pertimbangan membuat pikiranmu rentan.

Apa kamu masih memakai topeng ini saat menemui orang lain? Aku mulai mempertimbangkan untuk membuangnya, tapi aku yakin di suatu waktu tempatmu berada, pasti akan membutuhkannya. Jadi beberapa ada yang kusimpan di tempat tersembunyi, hanya kita berdua yang tau.

Jangan lupa, terus membaca dan belajar ya. Di masa kamu nanti, apa genre yang sedang aku gemari? Apa aku masih bisa menangis karena membaca sebuah fiksi? Apa buku yang kubaca sudah lebih banyak daripada sebelumnya? Atau malah kamu sudah bisa menerbitkan buku?

Keinginanmu untuk bisa jalan-jalan keliling Indonesia bagaimana? Terutama keinginanmu ke luar pula Jawa? Apa bahkan kau sudah berhasil pergi ke Jepang? Atau Korea? Hey, aku harap kemampuan berbahasamu mengalami peningkatan juga! Minimal kamu bisa berbasa-basi sebentar dengan orang asing.

Kehidupan sosialmu juga jangan lupa diperluas ya. Kamu selalu suka bertemu dengan orang baru kan, diriku? Yah, setidaknya kamu butuh lebih banyak teman untuk memperluas pola pikiranmu. Dunia ini sempit tapi dimiliki banyak orang, bahkan sekarang kamu tidak bisa mengklaim dirimu sendiri adalah milik suatu ras tertentu. Bagaimana di masa depan sana?

Ah iya, kuharap juga kamu bisa segera menyelesaikan satu persatu cita-citamu ya. Jadi apa hal yang benar-benar menarik perhatianmu? Kamu sudah berhasil menyelesaikannya belum?

Baik-baik ya, di sana. Aku selalu mendoakanmu. Jalani saja sesuai keinginanmu, jangan lupa orang-orang yang selalu mendukungmu ya.



Salam dariku di 2019.
Continue reading Kabar untuk Diri Nanti

Jumat, 10 Mei 2019

Halo, Aku Ingin Mengeluh Sebentar

Bukannya berlebihan, aku hanya lelah dan ingin didengarkan.
Butuh istirahat, ingin mengeluh setelah hari-hari melelahkan.
Tidak butuh nasehat, untuk sekejap saja, tolong dengarkan.
Izinkan kepala yang penuh pikiran negatif ini keluar perlahan.

Mungkin kamu tidak mengerti obrolan itu, tapi tolong dengarkan.
Sebentar saja boleh, ya? Sampai rasa lelah itu berkurang.
Rasanya akalku sudah tumbang benar.
Aku butuh kamu untuk bersandar.

Entah sejak kapan dan bagaimana mulainya, aku percaya padamu.
Bercerita sambil duduk di sampingmu.

Ngomong-ngomong, kamu tau tidak?
Sepertinya kamu memiliki kekuatan tersembunyi.
Tanganmu sepertinya memiliki magis yang membuat orang merasa aman.
Senyummu sepertinya bisa meramalkan semuanya akan baik saja.
Apa kamu itu rumahku?
Berada di sekitarmu membuatku merasa nyaman.

Continue reading Halo, Aku Ingin Mengeluh Sebentar