Rabu, 12 Desember 2018

Kalau Kamu Bukan Mayoritas, Masihkah?

Coba bayangkan jika  bukan hidup di negeri mayoritas. Bagaimanakah menyikapinya? Tetap teguhkah? Atau goyah?

Bagaimanakah jika nanti ak tahu arah kiblat? Jika kamu tidak tahu kapan waktu Shalat? kamu tidak tahu kapan waktu sahur dan berbukamu?

Kalau kamu tidak hidup berdampingan dengan banyak muslim lainnya, apa yakin tetap memegang teguh aturan? Berbuat baik tanpa memandang Tuhan?

Aku selalu bertanya, bagaimana jika aku nanti pindah ke daerah di mana aku menjadi minoritas di sana, apakah aku tetap sama atau malah terbawa arus? Jika aku terbawa arus, apakah aku yang kurang iman ataukah tidak adanya pegangan?

Di sini, di Jakarta. Aku selalu mendengar seruan Adzan. Lima waktu sepanjang hari. Jika nanti aku pergi ke suatu tempat di mana tidak ada panggilan Shalat, apakah aku akan kebingungan?

Di sini, aku selalu mendengar orang mengucap salam, Assalamu'alaikum. Kalau nanti aku tinggal di suatu tempat yang aku belum paham, apa aku juga akan mengucapkannya karena terbiasa?

Di sini, melihat orang berbalut kerudung adalah hal biasa dan memang sering aku lihat. Bagaimana jika nanti di tempatku tinggal, hanya ada segelintir orang yang cara berpakaiannya sama denganku, apakah aku akan malu dan menanggalkannya?

Aku bertanya-tanya, kalau aku tidak menjadi mayoritas, masihkah aku sama seperti sekarang? Goyahkah? Takutkah? Malukah?

Semoga jawabannya adalah aku tidak akan berubah, kecuali menjadi lebih baik lagi.

0 komentar:

Posting Komentar