Senin, 31 Desember 2018

Kontempelasi #1

Suatu hari, di suatu malam, dalam pikiran seseorang.

"Kau aneh. Membandingkan dirimu dengan orang yang kamu tau sendiri bahwa dia lebih banyak berbuat kebaikan dibandingkan kau. Pantaslah kalau dia dilimpahi kebaikan dan keberuntungan dalam langkahnya."

"Tapi bagaimana kau tahu bahwa dia lebih baik dariku dan aku lebih buruk darinya? Bahkan hal buruknya pun kau ketahui.? kataku menyela tanggapannya.

"Karena aku adalah AKAL SEHATMU. Bagaimana mungkin aku tidak tahu kellakuanmu selama ini? Dan dia, yang kau lihat selama ini hanya beberapa keburukannya saja. Lalu langsung menyimpulkan bahwa kau lebih baik darinya? Dia bahkan menyembunyikan kebaikannya lebih banyak daripada kau menyembunyikan keburukanmu."

"Tapi aku juga ingin dilimpahi kebaikan dan keberuntungan sepertinya juga. Aku mau hidupku diliputi keberuntungan. Rasanya melelahkan sekali, sampai ingin menangis semalaman." timpalku lagi.

"Kau yakin?"

"Sangat, sangat yakin." jawabku antusias seraya menganggukan kepala.

"Walau harus mengorbankan keberuntunganmu yang tersisa di dunia?"

"Apa keberuntunganku di dunia bisa habis?| tanyaku lagi, memastikan.

"Tentu saja! Dan juga bisa diisi ulang. Tapi jika kau tidak sempat mengisi ulang, keberuntunganmu akan berhenti di tempat terakhir kau melangkah."

"Lalu bagaimana cara agar aku bisa mendapatkannya selalu? Aku ingin keberuntungan yang tidak terbatas! Bahkan sampai  nanti di alam baka!"

"Ckckck. Ternyata kau orang yang serakah. Lakukan saja kebaikan setiap waktu. Dengan cara itulah kau mengisi ulang keberuntunganmu. Dan lagi, di alam baka? Pft! Itu tergantung seberapa banyak kau menyimpan dan menggunakan keberuntunganmu di dunia ini."

"Tapi kalau ternyata aku mati dalam keadaan belum mengumpulkan keberuntunganku, bagaimana?" tanyaku lagi dengan penuh rasa cemas.

"Sudahlah, jangan terlalu banyak bertanya. Aku lelah memberimu jawaban. Untuk itu, sedari sekarangn sebaiknya kkau harus lebih banyak memberi kebaikan dan keberuntungan juga pada orang lain. Terutama lihat sekitarmu! "

"Tapi bagaimana jika keberuntunganku habis, jika kubagikan dengan orang lain?"

"Keberuntungan tidak akan habis kalau kau membaginya secara tulus kepada orang lain. Dasar bodoh! Bisakah kau melakukan saja semua saranku tadi? Kau pastui akan menemukan jawabannya di perjalananmu nanti. Sudahlah, aku butuh istirahat. Mataku lelah! Selamat tidur."

"Ah baiklah. Selamat tidur, semoga kebaikan selalu menyertaimu." aku mengakhiri percakapanmu malam itu.

"Ya. Semoga kau juga."


***

0 komentar:

Posting Komentar