Kamis, 01 September 2016

Kamu adalah rindu

Kau tahu? Aku telah melewati banyak hari, dimana tak ada dirimu di dalamnya. Berulang-ulang selama beberapa tahun, tanpamu. Aku pikir, aku baik-baik saja. Aku masih bisa tersenyum senang, masih bisa tertawa lebar, aku masih bisa merasakan hidupku.

Bertahun-tahun telah berjalan, tentu saja. Semua butuh berevolusi, menjadi lebih baik, menjadi lebih cerdas. Tetapi kamu tetap menjadi alasan dari aksara-aksaraku. Kamu adalah tema yang selalu memberiku ide-ide baru.

Mengapa harus kamu? Jika ada orang lain yang lebih cerdas darimu, yang bisa mengimbangi ocehan-ocehan gilaku. Mengapa harus kamu? Jika ada orang lain yang lebih mahir membuatku tersenyum bahagia. Mengapa harus kamu?

Aku sendiri sedang mencari alasan itu. Mengapa harus kamu? Padahal ada lebih dari kamu yang membuatku bahagia?

Apa yang membuatmu begitu berharga dalam aksaraku?
Kubuka lagi foto-fotomu yang ada di media sosialmu, tapi tak kutemukan alasan disana. Yang aku temukan malah kerinduan akan senyumanmu itu. Bodohnya aku.
Kubuka lagi pesan-pesan kita dahulu, dari awal bertemu hingga kita tidur larut malam hanya untuk sebuah percakapan tentang waktu. Tapi yang kudapatkan malah senyuman malu-malu di wajahku. 

Bodohnya aku.

Aku menyerah, mungkin saja aku bisa menemukan alasan itu diingatan-ingatanku tentangmu. Bukankah itu telah terlalu berdebu? Ternyata, kau tersimpan disana. Bertahun-tahun.
Dan ternyata, mengapa harus kamu? Karena kamu adalah orang pertama yang memuji tulisanku. Kamu yang pertama mengkritikku dan memberiku saran-saran yang menyemangatiku.
Karena kamu yang diam-diam masih disimpan ingatanku. Karena kamu juga yang masih menjadi sebuah rindu untukku.

0 komentar:

Posting Komentar