Sabtu, 29 Februari 2020

Perihal Meninggalkan dan Ditinggalkan

Perihal meninggalkan dan ditinggalkan tidak pernah mudah untuk diurai atau pun dituliskan. Tidak akan pernah. Apalagi jika alasan pergi adalah karena keadaan. Semesta tak lagi mengijinkan untuk mendekat. Sakit, tapi rasa sakitnya tidak bisa mengalahkan rasa kosong karena kebiasaan-kebiasaan yang dulu tidak bisa lagi dilakukan bersama.


Memutuskan pergi tidak akan pernah sederhana. Penuh air mata untuk mengurusnya, penuh drama untuk melepasnya. Dibuatnya dari seluruh kesedihan dan keputusan panjang, melelahkan. Ikhlas pun belum tentu mengekori pergi. Kadang dia memilih untuk tertinggal di belakang, atau memilih tidak ikut. Pergi berjalan sendiri dengan hati terluka dan tangisan yang tidak bisa dilepaskan.

Yang ditinggalkan pun tidak akan pernah mudah. Sabar saja tidak cukup. Ada kehilangan yang siap menyapa di depan mata. Penyesalan dan menyalahkan diri sendiri akan berkunjung bergantian, bahkan kadang bersama-sama datang bertanya kabar. Sedangkan ikhlas yang ditunggu tidak juga hadir untuk melihat keadaan sebentar. Sesak.

Entah bagaimana harusnya melewati kepergian. Apakah dengan tangisan atau dengan berpura-pura menjadi baik-baik saja? Membiarkan waktu yang katanya akan menyembuhkan. Mengijinkan lupa melakukan tugasnya. Menyuruh hati sadar akan kehilangan secara paksa.

Padahal sudah berhati-hati merawat dan mengasihi, tapi ternyata rasa ingin memiliki lebih menguasai.

0 komentar:

Posting Komentar