Sorak sorak bergembira, bergembira semua..Sudah bebas negeri kita, Indonesia merdeka..
Anak-anak sekolah dasar itu berteriak saat bernyanyi, entah senang karena Hari ini Dirgahayu
tanah kelahirannya atau mereka bernyanyi hanya untuk menyenangkan hati. Aku
menjauh, sedikit terganggu dengan teriakan mereka.
Dengan menutup
telinga, aku memutar ke arah belakang sekolah, tempat favoritku.Tiba-tiba aku melihat seorang anak yg termenung memandang sekolah.
Dengan gerakan yang tidak terlalu menarik perhatian aku mendekatinya,
lalu langsung duduk di sampingnya. Anak itu menengok sebentar, lalu
tersenyum.
Tapi ia kembali menatap sekolah dengan tatapan kosong. Aku
berangsur mendekat, sambil tersenyum aku mencoba menyapanya,"Assalamu'alaikum, Dik." ucapku sambil mengulurkan tangan."Kumsalam, kak" ucapnya, dengan menjabat tanganku.
Aku
menatap wajah anak itu. Anak yang cantik, gumamku. Tapi sayang, terlalu
banyak kesedihan dalam binar matanya, tambah bathinku. Aku mencoba
mencairkan suasana dengan bertanya banyak hal padanya, ia hanya menjawab
seperlunya.
Sangat cerdas, ucapku. Semua yang kutanyakan dia jawab
dengan tutur kata yang pas, tidak ada kesan, cuek ataupun sok tahu. Aku
memandang anak itu, tanpa sandal, dengan baju muslimah bersih walau
sedikit tidak rapi, dan membawa tas kecil. Aku tersenyum, mungkin ini
anak gelandangan yg ingin ikut belajar, pikirku.
"Kakak, ngapain disini? Bukannya lagi upacara ya? Kakak gak ikut upacara?" ucapnya polos"
"Upacaranya baru dimulai, Dik. Tapi ada yang kakak lupa tadi, makanya kakak ke sini. " ucapku tersenyum. "Kamu
emangnya mau ngapain kesini? Mau ikut sekolah?" tambahku. Anak itu
menatapku, sedih.
"Aku sekolah disini kak, tapi kata Ibu Guru aku gak boleh
ikut upacara, katanya Ibu Guru malu kalo muridnya gak pake baju seragam. Terus aku disuruh pulang, tapi aku gak mau. Aku kan mau upacara,
kayak anak-anak yang lain." katanya sambil menatap tiang bendera. "Seragamku masih dipakai sama Adikku, Kak. Aku kasihan sama dia belum pernah ikut upacara kemerdekaan" lanjutnya.
Aku terkesiap, aku kira dia anak gelandangan yg ingin "mencuri" ilmu dari sekolah ini. Astagfirullah. "Oh, begitu" jawabku akhirnya.
Untuk beberapa menit, kami terdiam. Ia melihat ke arah lapangan, ia yang sedari tadi berdiri tegak langsung mengangkat tangannya memberi hormat sesuai aba-aba yang terdengar. "Kak
ayo berdiri, bia Pahlawan kita gak sedih pas liat kita di hari ini" katanya semangat. Lalu ia bernyanyi lagu Indonesia Raya.
Aku berdiri disampingnya dan ikut memberi hormat ke arah Bendera, dengan bernyanyi Indonesia Raya juga tentunya. Setelah
selesai bernyanyi, ia duduk sambil tersenyum. Seolah hinaan guru tadi
itu tidak ada. Aku tersenyum lagi, anak yang baik, gumamku lagi.
"Kak,
aku sedih deh, kenapa ya? Banyak orang gak berseragam kayak aku gini
malah gak dibolehin masuk buat upacara, katanya biar gak ada perbedaan.
Tapi yang aku liat, yang lainnya pake seragam yang beda kak." katanya.
Dari suaranya aku mendengar kekecewaan.
"Beda gimana, Dik?" ucapku. Aku bingung, bahasa anak ini sangat ambigu.Ia diam sebentar, mencoba menyusun kata-katanya. Lalu menarik nafas
dalam-dalam.
"Beda kak, maksudnya banyak yang gak ngerasa kalo orang yg
lebih 'mampu' itu pake seragam yang lebih mewah, sepatu keren, perhiasan
mahal. Mungkin yang dimaksud merdeka di Indonesia itu mereka ya, Kak?
Sedangkan aku bukan bagian dari kemerdekaan Indonesia. Iya kan kak?"
ucapnya.
Aku terhenyak. Bagaimana anak sekecil itu terlihat sangat
dewasa? Yang bahkan hal itu tak terpikirkan olehku sendiri. Aku diam.
Bingung harus menjawab apa.
"Hmmm, sebenarnya kakak kurang tahu arti
merdeka itu dik. Tapi menurut Kakak, Merdeka itu gak dijajah, hidup kamu
bebas tapi tetap ada aturannya. Dan aturan itu juga gak merugikan kamu,
malah sangat menguntungkan. Menurut Kakak sih, Dik. Hehe" ucapku, agak
rikuh.
Tiba-tiba, matanya berbinar. "Jadi aku bisa dianggap merdeka ya, Kak?" Ucapnya semangat.
"Bisa, asalkan kamu jangan mau dijajah oleh teman-teman kamu yang kamu
bilang Merdeka itu. Mereka memang lebih dulu merdeka, tapi menurut
kakak, kalau mereka masih menggantungkan hidupnya pada orang lain mereka
belum merdeka seutuhnya. Malah bisa jadi, kamu duluan yang merdeka" kataku.
Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sebijak itu. Tapi aku sangat
senang bisa menemukan anak itu disela-sela upqcara bendera itu. Ternyata di Indonesia masih banyak orang cerdas yang berdiri, ucapku bangga. #DirgahayuIndonesia69th.
Hai!
Kalau kamu butuh teman yang mau
mendengarkan ceritamu, menemanimu berjalan dan menemukan tempat menarik di sudut kota, mencari buku seru, melihat galeri seni dan museum; kamu sangat boleh menyapaku!
Salam kenal!
0 komentar:
Posting Komentar