Minggu, 17 Agustus 2014

#DirgahayuIndonesia69th ^^

Sorak sorak bergembira, bergembira semua..Sudah bebas negeri kita, Indonesia merdeka..

Anak-anak sekolah dasar  itu berteriak saat bernyanyi, entah senang karena Hari ini Dirgahayu tanah kelahirannya atau mereka bernyanyi hanya untuk menyenangkan hati. Aku menjauh, sedikit terganggu dengan teriakan mereka. 

Dengan menutup telinga, aku memutar ke arah belakang sekolah, tempat favoritku.Tiba-tiba aku melihat seorang anak yg termenung memandang sekolah. Dengan gerakan yang tidak terlalu menarik perhatian aku mendekatinya, lalu langsung duduk di sampingnya. Anak itu menengok sebentar, lalu tersenyum.

Tapi ia kembali menatap sekolah dengan tatapan kosong. Aku berangsur mendekat, sambil tersenyum aku mencoba menyapanya,"Assalamu'alaikum, Dik." ucapku sambil mengulurkan tangan."Kumsalam, kak" ucapnya, dengan menjabat tanganku.

Aku menatap wajah anak itu. Anak yang cantik, gumamku. Tapi sayang, terlalu banyak kesedihan dalam binar matanya, tambah bathinku. Aku mencoba mencairkan suasana dengan bertanya banyak hal padanya, ia hanya menjawab seperlunya.

Sangat cerdas, ucapku. Semua yang kutanyakan dia jawab dengan tutur kata yang pas, tidak ada kesan, cuek ataupun sok tahu. Aku memandang anak itu, tanpa sandal, dengan baju muslimah bersih walau sedikit tidak rapi, dan membawa tas kecil. Aku tersenyum, mungkin ini anak gelandangan yg ingin ikut belajar, pikirku.

"Kakak, ngapain disini? Bukannya lagi upacara ya? Kakak gak ikut upacara?" ucapnya polos"

"Upacaranya baru dimulai, Dik. Tapi ada yang kakak lupa tadi, makanya kakak ke sini. " ucapku tersenyum. "Kamu emangnya mau ngapain kesini? Mau ikut sekolah?" tambahku. Anak itu menatapku, sedih.

"Aku sekolah disini kak, tapi kata Ibu Guru aku gak boleh ikut upacara, katanya Ibu Guru malu kalo muridnya gak pake baju seragam. Terus aku disuruh pulang, tapi aku gak mau. Aku kan mau upacara, kayak anak-anak yang lain." katanya sambil menatap tiang bendera. "Seragamku masih dipakai sama Adikku, Kak. Aku kasihan sama dia belum pernah ikut upacara kemerdekaan" lanjutnya.

Aku terkesiap, aku kira dia anak gelandangan yg ingin "mencuri" ilmu dari sekolah ini. Astagfirullah. "Oh, begitu" jawabku akhirnya.

Untuk beberapa menit, kami terdiam. Ia melihat ke arah lapangan, ia yang sedari tadi berdiri tegak langsung mengangkat tangannya memberi hormat sesuai aba-aba yang terdengar. "Kak ayo berdiri, bia Pahlawan kita gak sedih pas liat kita di hari ini" katanya semangat. Lalu ia bernyanyi lagu Indonesia Raya.

Aku berdiri disampingnya dan ikut memberi hormat ke arah Bendera, dengan bernyanyi Indonesia Raya juga tentunya. Setelah selesai bernyanyi, ia duduk sambil tersenyum. Seolah hinaan guru tadi itu tidak ada. Aku tersenyum lagi, anak yang baik, gumamku lagi. 

"Kak, aku sedih deh, kenapa ya? Banyak orang gak berseragam kayak aku gini malah gak dibolehin masuk buat upacara, katanya biar gak ada perbedaan. Tapi yang aku liat, yang lainnya pake seragam yang beda kak." katanya. Dari suaranya aku mendengar kekecewaan.

"Beda gimana, Dik?" ucapku. Aku bingung, bahasa anak ini sangat ambigu.Ia diam sebentar, mencoba menyusun kata-katanya. Lalu menarik nafas dalam-dalam. 

"Beda kak, maksudnya banyak yang gak ngerasa kalo orang yg lebih 'mampu' itu pake seragam yang lebih mewah, sepatu keren, perhiasan mahal. Mungkin yang dimaksud merdeka di Indonesia itu mereka ya, Kak? Sedangkan aku bukan bagian dari kemerdekaan Indonesia. Iya kan kak?" ucapnya.

Aku terhenyak. Bagaimana anak sekecil itu terlihat sangat dewasa? Yang bahkan hal itu tak terpikirkan olehku sendiri. Aku diam. Bingung harus menjawab apa.

"Hmmm, sebenarnya kakak kurang tahu arti merdeka itu dik. Tapi menurut Kakak, Merdeka itu gak dijajah, hidup kamu bebas tapi tetap ada aturannya. Dan aturan itu juga gak merugikan kamu, malah sangat menguntungkan. Menurut Kakak sih, Dik. Hehe" ucapku, agak rikuh.

Tiba-tiba, matanya berbinar. "Jadi aku bisa dianggap merdeka ya, Kak?" Ucapnya semangat.

"Bisa, asalkan kamu jangan mau dijajah oleh teman-teman kamu yang kamu bilang Merdeka itu. Mereka memang lebih dulu merdeka, tapi menurut kakak, kalau mereka masih menggantungkan hidupnya pada orang lain mereka belum merdeka seutuhnya. Malah bisa jadi, kamu duluan yang merdeka" kataku.

Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sebijak itu. Tapi aku sangat senang bisa menemukan anak itu disela-sela upqcara bendera itu. Ternyata di Indonesia masih banyak orang cerdas yang berdiri, ucapku bangga. #DirgahayuIndonesia69th.


0 komentar:

Posting Komentar